Mohon tunggu...
Vidya Vijaswari
Vidya Vijaswari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

A Healthier Tomorrow: The Importance of Reproductive Education in Preventing Stunting for Building Stronger Generations

20 Mei 2024   10:44 Diperbarui: 20 Mei 2024   10:45 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kementerian Kesehatan melaporkan peningkatan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia pada tahun 2023, dengan penularan terutama didominasi oleh ibu rumah tangga. Data menunjukkan bahwa sebanyak 35% ibu rumah tangga terinfeksi HIV, jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain seperti suami pekerja seks dan kelompok MSM. Dr. Muhammad Syahril, juru bicara Kementerian Kesehatan, menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti rendahnya pengetahuan tentang pencegahan dan dampak penyakit serta perilaku seks berisiko pada pasangan merupakan penyebab tingginya penularan HIV pada ibu rumah tangga. Penularan HIV dari ibu ke anak juga menjadi perhatian, dengan sekitar 45% bayi yang lahir dari ibu HIV-positif terinfeksi HIV. Hanya sekitar 55% ibu hamil diuji HIV, sebagian besar karena tidak mendapatkan izin dari suami. Upaya pemerintah termasuk skrining dan tatalaksana yang komprehensif untuk mencapai eliminasi penularan HIV vertikal dari ibu ke anak.

Malnutrisi yang disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu kondisi medis kompleks yang membawa morbiditas dan mortalitas yang signifikan bagi anak-anak yang terkena dampak, dengan mortalitas yang lebih besar akibat SAM (Severe Acute Malnutrition) di antara anak-anak yang HIV-positif dibandingkan dengan anak-anak yang HIV-negatif. Gangguan imunitas akibat HIV meningkatkan risiko infeksi oportunistik dan memperburuk status gizi anak (stunting). Infeksi HIV sering menyebabkan kekurangan nutrisi melalui penurunan asupan makanan, malabsorpsi dan peningkatan pemanfaatan dan ekskresi nutrisi, yang pada gilirannya dapat mempercepat kematian.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Riau, Mardalena Wati Yulia mengatakan ibu hamil yang terpapar HIV/AIDS berisiko melahirkan anak stunting. HIV/AIDS adalah penyakit menular yang kronis, dapat ditularkan melalui darah, cairan tubuh dari ibu ke anak. Perilaku seks bebas, berisiko terjangkitnya penyakit HIV/AIDs yang menyerang sistem kekebalan tubuh. "Seseorang yang terpapar HIV/AIDS malas makan, kalau sudah malas makan kebutuhan gizi tidak terpenuhi, apa jadinya nanti jika seorang calon ibu akan hamil dan melahirkan sementara kondisinya terpapar HIV AIDS?" kata Mardalena.Ia menjelaskan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis. Akibatnya, anak terlalu pendek untuk usianya. Mardalena mengatakan kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir. Namun, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Dalam mencegah terjadinya stunting perlu digencarkan program Promosi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pengasuhan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Selain itu, perlunya memberikan pengetahuan yang komprehensif kepada remaja tentang penyiapan kehidupan berkeluarga. Dia menuturkan remaja perlu dibekali dengan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual agar mereka bisa terhindar dari perilaku seks bebas.

2.2 Intervensi Pendidikan dan Dampaknya terhadap Kesehatan Reproduksi

Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi dapat membantu remaja untuk mengurangi timbulnya aktivitas seksual, menunda inisiasi seksual, mengurangi frekuensi seks yang tidak aman, meningkatkan penggunaan pengaman untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi menular seksual. 

Studi yang sama menggarisbawahi peran penting pendidikan usia dini dalam mencegah stunting, yang merupakan masalah besar di Indonesia. Dengan menyasar wanita hamil, program pendidikan ini bertujuan untuk memberikan dampak pada fase awal yang penting dalam 1000 hari pertama kehidupan seorang anak. Hasil pasca intervensi menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai gizi dan kesehatan reproduksi meningkat secara signifikan, yang mana hal ini sangat penting dalam mengurangi kejadian stunting.9. Intervensi ini menggambarkan potensi program pendidikan untuk memberikan dampak besar terhadap hasil kesehatan masyarakat.

Bidang fokus penting lainnya adalah kesehatan reproduksi remaja di pedesaan Indonesia. Studi cross-sectional yang dilakukan di salah satu SMA di Indonesia mengkaji pengetahuan, sikap, dan praktik (KAP) terhadap kesehatan reproduksi pada siswa SMA. Temuan menunjukkan bahwa siswa secara umum memiliki pengetahuan rendah namun memiliki sikap positif terhadap masalah kesehatan reproduksi. Namun, praktik mereka buruk dan sangat dipengaruhi oleh keyakinan budaya dan agama.12 Lokakarya pendidikan secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan sikap mereka, menyoroti efektivitas intervensi pendidikan yang ditargetkan.12 Pendidikan seksualitas di sekolah tidak mendorong siswa untuk bereksperimen atau meningkatkan aktivitas seksual, justru sebaliknya dapat mengurangi perilaku seksual berisiko pada mereka.

Intervensi pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi menjadi strategi yang efektif untuk melindungi remaja dari berbagai macam aktivitas seksual berisiko. Intervensi pendidikan seksual dan reproduksi yang komprehensif harus menjangkau seluruh remaja sebagai sasaran utama, sehingga penerapannya tidak hanya di lakukan di sekolah, namun harus menjangkau seluruh remaja di kalangan masyarakat. Mengoptimalkan kolaborasi antara badan pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan penyedia layanan kesehatan dapat memfasilitasi perluasan program pendidikan ini. Upaya kolaboratif tersebut dapat secara signifikan meningkatkan jangkauan dan dampak pendidikan kesehatan reproduksi di seluruh Indonesia, berkontribusi terhadap hasil kesehatan yang lebih baik bagi ibu dan anak, serta mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat seperti stunting.9.

  1. Peran Gizi Ibu dan Kesehatan Reproduksi dalam Tumbuh Kembang Anak

3.1 Gizi Ibu dan Dampak Langsungnya Terhadap Tumbuh Kembang Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun