Apa yang ada dipikiran pembaca yang budiman jika menemukan kata GENJIK dalam judul suatu karya tulis miilik Mahasiswa?
“judul kok neko-neko?”
atau
“mahasiswa macam apa”
Atau malah
“D.O saja!”
Atau komentar positif seperti ini,
“kita baca dulu isinya, siapa tau ada maksud lain”
Pembaca pastinya memiliki beragam komentar, begitu pula penulis yang pastinya memiliki alasan.
“Apa nggak ada kosakata lain?”
Baik, mari kita luruskan. Penulis yang notabene-nya masih belum hafal semua kosakata yang ada di Indonesia, memilih GENJIK sebagai singkatan dari Gerakan Jurnalis Cilik. Kenapa GENJIK? Jangan ditanya, penulis hanya memilih kata yang pas dilidah namun ternyata panas di telinga. Mana kami tau bahwa GENJIK adalah bahasa kasar dari anak babi.