Mohon tunggu...
Nanda GP
Nanda GP Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UKSW Fakultas Pertanian Dan Bisnis, Progdi Agroteknologi

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

[Kreanova] Mari Kenali Pola Tanam Jagung secara Zig-zag

19 November 2020   20:35 Diperbarui: 19 November 2020   20:37 2070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
johndated.github.io

Jagung merupakan tanaman pangan kedua yang banyak di konsumsi masyarakat Indonesia setelah padi, hal ini dikarenakan jagung memiliki nutrisi yang hampir sama dengan padi, yaitu kaya akan karbohidrat. Penanaman jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, yang menjadi kunci keberhasilan dari budidaya jagung adalah kesuburan tanah, kualitas benih, dan pemeliharaan yang tepat.

Langkah awal dalam budidaya jagung adalah penanaman. Dimana dalam proses penanaman, budidaya harus memperhatikan beberapa hal agar menghasilkan jagung dengan kuantitas dan kualitas yang baik salah satunya dengan menerapkan pola tanam yang tepat. Penanaman jagung biasanya dilakukan dengan pola tanam secara monokultur dan polikultur.

 Pola monokultur ini adalah penanaman yang hanya ditanami tanaman jagung di dalam satu wilayah, sedangkan pola tanam polikultur adalah penanaman dengan menggabungkan jenis tanaman lainnya dengan tanaman jagung di dalam satu wilayah. Selain itu biasanya penanaman jagung dilakukan pada jarak tanam 75 x 25 cm, lalu lubang pertanaman yang baik untuk jagung adalah 5 cm, tiap lubang tanam diisi sebanyak 2 benih jagung.

Nah bagaimana jika budidaya jagung menggunakan pola tanam secara zig-zag? pola tanam secara zig-zag ini merupakan terobosan baru yang diupayakan dalam meningkatkan produktivitas jagung dengan sentuhan inovasi berupa penambahan populasi tanaman dengan sistem zig-zag. Sistem ini diharapkan dapat mengoptimalkan populasi tanaman tanpa mengurangi pertumbuhan tanaman. Sistem penanaman dengan pola zig-zag ini merupakan inovasi yang ditemukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Lampung melakukan kajiterap. Kajiterap merupakan tes bahan informasi pertanian dan metode penyuluhan pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petani maupun nelayan dalam memilih teknologi usahatani yang telah direkomendasikan sebelum didemostrasikan. Kajiterap dalam budidaya jagung dengan pola tanam zig-zag ini dilakukan dengan dua perlakuan, dimana perlakuan yang pertama menggunakan jarak tanam 25 cm x 12,5 cm x 75 cm dan perlakuan kedua dengan jarak tanam 35 cm x 12,5 cm x 75 cm. Serta penggunaan 3 varietas tanaman jagung yaitu JH-3, NK super, dan P-27.

Keunggulan dari teknologi pertanaman jagung dengan pola zig-zag ini diantaranya adalah membuat sinar matahari yang menyinari tajuk jagung tidak terhambat daun jagung yang saling menaungi bila ditanam lurus atau berjajar, yang efeknya ke laju fotosintesis tanaman menjadi optimal. 

Kepala  Balai besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Prof. Dr. Dedi Nursyamsi, M.Agr. mengatakan pola tanam zig-zag dengan bantuan pupuk fosfat alam terbukti mampu mendongkrak produksi jagung hingga 20 ton/hektar. Seperti yang telah diketahui bahwa tanah di Indonesia dua dari pertiga tanahnya bereaksi asam dan memiliki kandungan C-organik rendah (kurang dari 2 persen). Sehingga pemberian batuan fosfat yang mengandung P, Ca dan Mg tinggi dapat meningkatkan pH tanah dan sangat efektidf dan efesien dibandingkan dengan pemberian pupuk jenis SP-36 atau TSP.

Faktanya aplikasi dengan pola tanam jagung secara zig-zag dengan penambahan pupuk batuan fosfat alam dibeberapa lahan ternyata membuat jagung dapat dipanen dengan hasil 20 ton/hektar atau 3 kali lipat dari hasil rata-rata petani. Hal ini sudah dibuktikan oleh petani jagung di Desa Gunung Raja, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut dan petani jagung di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Propinsi Lampung.

Sistem pertanaman dengan pola zig-zag ini merupakan inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Semoga Kementrian Pertanian dapat diseminasikan hal ini agar diadopsi secara luas oleh petani-petani jagung di Indonesia.

Sumber:

satu, dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun