Mereka yang mengaji dan mengerti tingkatan hati dan sedang melatih diri serta malah datang sakit hati pasti akan tahu titik terendah manusia sekalipun itu dirinya sendiri.
Tidak ada nabi Allah dan malaikat Allah yang tiada datang dalam hatinya suatu rasa kecewa, sebagaimana Nabi Adam AS yang kecewa karena melanggar perintah Allah memakan buah Khuldi dan terpisah dengan Siti Hawa selama puluhan tahun; Nabi Syits AS dalam beberapa kisah yang berkembang di jawa, bahwa Beliau tanpa sadar meniduri Dewi Daljah anak Azazil/Iblis karena sang istri telah diam-diam ditukar; dan kisah para nabi yang sakit hati terus ada sampai Nabi Muhammad SAW yang sedih karena ditinggal Siti Aminah pada umur 6 Tahun, Abu Thalib dan Siti Kadijah pada masa kenabian, Hamzah pada Perang Uhud, dan kisah sedih lainnya.
Kisah sedih ini cukup disinggung dalam syair Kisah Sang Rasul “Inilah kisah sang Rasul yang penuh suka duka yang penuh suka duka”. Mereka (Para Nabi) menyadari bahwa tempat munajat dan tergantungnya sesuatu hanyalah Allah dan bukan makhluk yang sejatinya memiliki شَرِّ مَا خَلَقَ berupa kejahatan, keraguan, ketidak puasaan yang sering membuat sedih makhluk lain.
Sihir Allah lawan hanya dengan sifat رَبِّ ٱلْفَلَقِ (Tuhan Fajar) tetapi Allah melawan sifat hancurnya hati dengan 3 sifat رَبِّ ٱلنَّاسِ (Tuhan Manusia), مَلِكِ ٱلنَّاسِ (Rajanya Manusia), dan إِلَـٰهِ ٱلنَّاسِ (Sembahan Manusia). 3 AsmaNya turun untuk melawan 1 sifat waswas yang menjadi dasar hancurnya hati karena perbuatan makhluk lainnya.
Kembali ke beberapa kisah, jika kita tau bahwa iblis menyukai suatu perpecahan keluarga (perceraian) padahal tidak berdosa, jika tau dalam Ratib Al Athas wa Al Haddad menyebut أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ disini letak keagungan kalimat ini. Dalam kalimat ini disebut شَرِّ مَا خَلَقَ dan jika konteksnya adalah al Falaq maka hanya sihir yang dikawatirkan, tetapi jika konteks yang kita pahami sebagai makhluk adalah selain Allah, maka dari sini termasuk penyakit fisik maupun hati jugalah bersifat makhluk, kalau Bahasa anak muda cidro, galau, gundah karena berpisahpun juga makhluk. Jadi kalimat sebelum شَرِّ مَا خَلَقَ disebut kan بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ yang berarti dengan kalimat-kalimat Allah yang Sempurna, dan Ketika kalimat-kalimat Allah turun maka pastilah menjadi Firman baik berwujud Suhuf, Kitab, maupun Hadist Qudsi, bahkan yang tak tercatat, agar kita sadar bahwa kejahatan itu luas maka tiada tempat bergantung selain Tuhan.
Dan dalam Al Baqarah ayat 2 dengan tafsir Al Ibriz ذَٰلِكَ ٱلْكِتَـٰبُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًۭى لِّلْمُتَّقِينَ .
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَـٰبُ utawi iki kitab Al Quran ( kitab Al Quran ini); لَا رَيْبَ فِيهِ iku ora ono gampangan iku maujud ing dalem Al Quran ( itu tidak ada sifat murahan tanpa nilai yang ada di dalam Al Quran); هُدًۭى tur dadi pituduh (serta menjadi petunjuk); لِّلْمُتَّقِينَ tumerap wong pada taqwa iya kabeh (yang dapat diterapkan kepada orang yang taqwa secara mujmal/menyeluruh). Dari firman Allah berarti jika berdasar kecukupan maka menjadi hal luar biasa dan terlewat atau melebihi kecukupan itu sendiri bagi mereka yang bertaqwa.
Sekarang bagaimana jika berlindung dengan بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ yang tak terbatas luasnya pada Al Quran saja? Maka aji (nilai) kejahatan dari para makhluk itu tidak ada yang dapat mengganggu hati sama sekali.
Dan bersama Ratib Syamsi Syumus wa Syaikhona Khlolil Bangkalan kecuali Al Haddad bersama menyebut salah satu doa Nabi Khidhir AS يا لطيفًا بخَلقه، يا عليمًا بخَلقِه، يا خبيرًا بخَلقِه، الطُفْ بِنا يا لطيفُ يا عليمُ يا خبيرُ yang berarti secara cinta Duhai Zat yang Maha Lemah Lembut terhadap makhluk-Nya, Duhai Zat Yang Maha Mengetahui keadaan makhluk-Nya, Duhai Zat Yang Maha Mengerti (Pangerten) segala rahasia makhluk-Nya, tolong lembutlah kepada kami Duhai Engkau Dzat yang Maha Lemah Lembut, Duhai Engkau Dzat yang Maha Mengerti (Pangerten) segala rahasia makhluk-Nya.
Disini sering dijumpai Allah belum mengabulkan keinginan hamba Nya karena Allah mengetahui dan memperhatikan bahwa itu belum waktunya dan sebagai analogi missal ada wacana bom Nuklir menyerang keluarga anda tetapi itu terjadi 300 tahun setelah anda wafat maka dari sini jelas jika Allah menganbulkan do aitu sekarang ya untuk apa? Malah qobul hajat kita tetap qobul tapi gak tahu 300 tahun kedepan keturunan kita bagaimana.
Sebenarnya tulisan ini saya buat bersinggungan dengan dasar penyakit hati artikel Kebohongan, Ketidakmauan, dan Kehancuran dan akan dilanjutkan terus hingga takt ahu pemicu berikutnya ada apa lagi karena masih banyak bait cinta yang Allah ajarkan kepada kita.
Sebagai penutup ucapan terima kasih saya sampaikan kepada kawan saya di Kudus inisial E yang menjadi teman logis hingga menjadi tanpa sadar saya Kembali membuka tafsir Al Ibriz dan ternyata bait-bait yang telah diamalkan sehari-hari menjadi Bayan At Taqrir, At Ta'kid, dan Al Isbat dalam tahsih ini terfokus ke Al Baqarah ayat 2.
Ucapan terima kasih selanjutnya saya sampaikan ke kawan Jepara inisial A, Pangandaran inisial A, Dsn. Ngonto Candi Bandungan inisial U, dan kawan Pondok Pesantren Al Iman Sumowono yang berinisial L. Yang masing-masing kawan ini telah menjadi teman bercanda yang membuat merefresh pikiran hingga Kembali ke Agama yang membuat full senyum ini.
Terima kasih ketiga untuk sahabat di PMII Rayon Abdurrahman Wahid Komisariat UIN Walisongo sekalipun saya tidak tergabung dalam rayonnya dan kawan dari Pondok Pesantren Al Iman juga yang berinisial N. Yang kemarin sedang berziarah yang Rayon Gus Dur ke Syech Jumadil Kubro dan Sunan Kalijaga, dan untuk kawan N ke beberapa lokasi Selatan dan ini menjadi pengingat saya akan beberapa tanggung jawab yang saya cintai (Ilmu Allah yang tersebar).
Dan untuk yang ke empat dan ucapan kepada Mahluk Allah dari Temanggung yang berinisial V.E.L. dan kupanggil Ver karena menjadi sahabat saya, dan bermasalah dengannya selama sehari semalam malah berakibat terbukanya pikiranku yang telah menjadi kaku. Dan hasilnya aku bangga berteman denganmu, dan jadi pemicu titik full senyumku akan skema dari kekuasaan Luhurnya Allah.
Untuk penutup terimakasih yang terakhir dan sebenarnya yang paling awal juga untuk Allah SWT اَلحَمْدُ لله ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئ مَزِيْدَهُ tanpanya berkenan membuka pikiran dan hatiku, aku akan merasa semakin merasa tanpa makna dan tanpa syukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H