Desa Parseh merupakan salah satu desa yang ada di pulau Madura, berada di Kecamatan Socah, dan termasuk bagian dari wilayah Kabupaten Bangkalan ini terletak di sebelah timur kota Bangkalan, dengan luas daerah 600,36 Hektar. Desa parseh terletak pada ketinggian tanah kurang lebih 8.5m dari permukaan laut.Â
Perekonomian desa Parseh sendiri merupakan salah satu desa yang memiliki wilayah dengan lahan prtanian yang cukup luas. Dari kondisi geografis tersebut, jenis pekerjaan yang dilakukan dan yang cukup diandalkan oleh masyarakat di desa Parseh yaitu petani, buruh tani, dan pedagang.
Pertanian yang dilakukan meliputi tanaman jagung, padi, serta kacang-kacangan. Namun petani masih mengandalkan sumber perairan dari curah hujan dalam memberdayakan pertaniannya tersebut.Â
Dengan adanya lahan pertanian yang melimpah, petani berinisiatif untuk memanfaatkan lahan tersebut dengan cara menjalin Kerjasama antara Dana Badan Usaha Milik Desa dengan para petani yang ada di Desa Parseh untuk melakukan kolaborasi pembuatan produk dari pisang cavendish dan pepaya California, hal ini dilakukan untuk meningkatkan UMKM dan menghasilkan produk sendiri dengan kualitas yang terjamin.
Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Melakukan pelaksanaan intervensi komunitas di Desa Parseh, guna sebagai fasilitator pelaksanaan intervensi komunitas.Â
Kegiatan yang akan dilakukan meliputi pemeliharaan pisang cavendish dan pepaya California dengan memanfaatkan limbah kulit bawang sebagai pestisida pupuk nabati (ZPT). Limbah kulit bawang dipilih sebagai bahan pestisida alami dikarenakan terbukti ampuh untuk mengurangi hama ataupun sebagai pencegah hama yang meresahkan para petani.Â
Berdasarkan penelitian dari Marpaung & Hutabarat (2015), menyatakan bahwa pada bawang merah memiliki kandungan minyak atsiri, sikloalin, metialin, dihidroalin, flavong liosida, kuersetin, saponin, peptide, fitohormon, vitamin, dan zat pati. Kulit bawang merah juga bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu: 1) sebagai pupuk organic cair (POC), kandungan unsur hara yang ada didalam kulit bawang merah seperti kalium (K), Magnesium (Mg), Fospor (P), dan zat besi (Fe) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair dan zat pengatur tumbuh (ZPT), dan sebagai pestisida nabati karena didalamnya terdapat senyawa acetogenin yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati.
 Pengaplikasian pestisida nabati dari kulit bawang merah pada tanaman dapat mengakibatkan terganggunya organ pencernaan hama serangga yang dapat menyerang tanaman (Rahmawati et al., 2020).
 Â
Dengan pembuktian gambar diatas maka terbukti bahwa pestisida dari limbah kulit bawang ini efektif dalam mengusir hama, keefektifitasannya dapat dilihat seminggu setelah pengaplikasian pestisida. Hasil evaluasi dari kegiatan intervensi yang dilakukan bersama pihak desa menghasilkan respon dan tingkat kepuasan yang baik.Â
Hasil wawancara yang dilakukan juga menyatakan bahwa para petani dan pihak desa menambah pengetahuan baru mengenai pestisida nabati dari kulit bawang serta merasa senang karena hasil setelah pengaplikasian pestisida nabati terbukti berhasil membuat tanaman mereka terhindar dari hama.Â
Keberhasilan ini diharapkan dapat membantu mengurangi biaya perawatan tanaman karena menggunakan limbah rumah tangga yang mudah untuk didapatkan daripada menggunakan pestisida dengan campuran bahan kimia yang tidak ramah lingkungan. Karena hasil yang dirasakan sangat memuaskan, membuat para parangkat desa tertarik untuk menjadikannya sebuah produk yang nantinya dapat diperjual belikan dan membantu para petani lokal lainnya dalam merawat tanamannya menggunakan bahan alami serta ramah lingkungan.
Daftar referensi :
Buku Desa
Marpaung, A.E., dan Hutabarat. R.C. (2015). Respon Jenis Perangsang Tumbuh Berbahan       Alami  Setek Batang terhadap Pertumbuhan Bibit Tin (Ficus Carica L.). Jurnal   Hortikultura,  25(1), 37-43.
Rahmawati, D., Djaelani, M.A., Kasiyati, dan Sunarno. (2020). Bobot Karkas dan Bagian Karkas Ayam Petelur Jantan (Gallus domesticus L.) Setelah Pemberian Tepung Daun    Kelor  (Moringa oleifera Lam.) sebagai Imbuhan Pakan. Jurnal Biologi Tripika, 3(2),       65-72).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H