Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Amos Bardi, Penyanyi Opera yang Berdamai dengan Diri Sendiri

26 Mei 2020   16:42 Diperbarui: 26 Mei 2020   18:18 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini juga bukan hanya soal keterbatasan dalam melihat dimana dunia seolah hanya hitam saja dan tidak ada warna. Namun andai kita berada di posisinya, kita juga harus siap dalam menghadapi cemoohan dan sikap memandang sebelah mata dari orang-orang di sekeliling.

Saat masih kecil, Amos Bardi memang sempat tidak menerima kondisinya. Itu terlihat ketika ia dimasukkan ke sekolah khusus tuna netra, ia justru menangis dan sempat menolak pada ibunya untuk disekolahkan di sana. Namun saya dapat memakluminya karena usia Amos yang masih amat belia saat itu.

Seiring berjalannya waktu, Amos semakin bisa menerima dirinya sendiri. Ia bisa bersosialisasi dengan temannya yang senasib dengan dirinya. Sejak kecil, ia bahkan sudah percaya diri percaya diri untuk berbaur dengan orang-orang normal lainnya dan bahkan tampil bernyanyi di hadapan orang banyak.

Memang, ada masa dimana mentalnya menurun. Biasanya hal itu terjadi ketika ada orang yang meremehkannya, baik dari segi kemampuannya ataupun kekurangan fisiknya. 

Misalnya saat seorang kritikus opera bernama Vanini mengatakan secara blak-blakan bahwa ia meragukan kemampuan Amos untuk tampil karena kekurangan fisiknya, di saat itulah mental Amos sempat menurun.

Namun bagi saya mental yang naik turun itu wajar karena itu juga terjadi pada orang pada umumnya. Terlepas dari kondisi mentalnya, pada akhirnya Amos selalu bisa menerima dirinya sendiri.

Wah, menurut saya sifat ini patut banget untuk kita teladani. Tak jarang kita tidak bisa menerima diri sendiri padahal apa yang kita alami tidak seberat dan mungkin juga tidak ada apa-apanya dibanding apa yang dialami oleh Amos Bardi. Kalau Amos saja mampu berdamai dengan dirinya sendiri, kenapa kita enggak?

Selain itu, karakter Amos yang patut menjadi perhatian adalah, Amos adalah pribadi yang mencintai apa yang ia lakukan. Ini terlihat ketika Amos mempelajari musik sejak kecil dan konsisten hingga dewasa. Ia mencintai apa yang ia lakukan bahkan sampai-sampai ia menjadikan musik sebagai satu-satunya alasan ia buat hidup.

Amos juga tipikal orang yang mau berproses. Meskipun ia sudah mahir dalam bernyanyi, ia juga tak merasa paling jago dan terus ingin belajar. Alhasil, seiring berjalannya waktu kemampuan bermusiknya semakin berkembang. Dari awal mulanya hanya bisa menyanyi saja, ia kemudian jago dalam memainkan alat musik seperti piano.

Ia juga tipikal orang yang mau belajar dan mendengarkan orang lain. Ketika seorang maestro memberikannya masukan untuk lebih peka dengan suara dengan cara disiplin dalam diam dan mengurangi berbicara, ia mendengarkannya dengan saksama dan bersedia menerima nasehatnya. Ia pun mempraktekkannya saat tampil sehingga semakin lama penampilannya kian matang.

Tak bisa dipungkiri, karakter Amos Bardi adalah magnet di film "The Music of Silence". Karakter-karakternya mencuri perhatian bagi siapa saja yang menontonnya. Melalui karakternya, semoga kita terinspirasi dalam mencintai kehidupan yang kita jalani sembari terus berjuang dalam menggapai bintang yang kita inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun