Setiap tanggal 9 Maret kita merayakan Hari Musik Nasional. Untuk itulah dalam rangka menyambut Hari Musik Nasional, kami dari PT Inspirasi Musik Indonesia mengadakan kontes menyanyi khusus musisi jalanan bertemakan "Sebarkan Cintamu Lewat Musik".
Waktu: Senin, 9 Maret 2020 pukul 19.00 WIB
Tempat: Lapangan Bakti Jaya, Jakarta Selatan dekat Warung Catemak Jagung Ibu Linda
Total hadiah: Rp15 jutaÂ
Bagi para musisi jalanan, ayo datang dan tunjukkan kebolehan lo! Jangan sampai kelewatan!
Â
Narahubung:
Annisa 081093316657
***
Begitulah bunyi selebaran brosur berwarna biru yang baru saja dipungut oleh seorang pria berambut gondrong di terminal Blok M. Ketika ia memperhatikan isi brosur tersebut dengan saksama, di saat itulah sebuah percakapan terjadi.
"Ma, dia sedang apa sih?"
"Ia sedang membaca brosur."
"Brosur apa?"
"Dari gambar yang mama lihat di brosur, sepertinya sih itu brosur kontes menyanyi."
"Pria gondrong ini ingin mengikuti kontes menyanyi?" tanyanya yang lain. Kali ini suaranya lebih cempreng.
"Entahlah. Tapi sepertinya sih gitu."
"Emang apa untungnya ikut kontes menyanyi?" yang lain ikut bertanya.
"Biar dapat hadiah, sayang."
"Hadiahnya apa ma? Darahkah?"
"Hush! Ngawur kamu! Mana mungkin hadiahnya darah. Hadiahnya tentu saja uang, sayang. Sudah-sudah, Albert, Bo, Carlie, Dong, Eli, Franz, Go, Hima, Ivy dan Joan, kalian semua masuk ke dalam! Jangan terlalu di pinggir, berbahaya!"
"Tapi ma, kita belum mendengarnya bernyanyi. Kata mama, pria gondrong ini suka bernyanyi."
"Iya, dia akan bernyanyi setelah masuk ke dalam kopaja. Sekarang kalian semua masuk. Dari dalam kalian juga bisa mendengarnya bernyanyi kok."
"Baik ma!"
Anak-anak mama menurut. A-J mengikuti apa yang diperintahkan oleh mamanya. Mereka masuk ke dalam.
***
Dengan gitar dipegang di tangan, kini si pria gondrong masuk ke dalam salah satu kopaja yang sedang berhenti. Ia berdiri di bagian depan kemudian menunjukkan keahlian public speaking-nya seperti biasa.
"Ada ayam ada itik. Belinya sama Bu Tini. Permisi kakak-kakak yang ganteng dan cantik. Maaf ganggu, izinkan saya nyanyi hari ini."
Si pria gondrong baru saja menyampaikan pembukaan. Sayangnya, meski ia sudah bersusah-susah membuat pantun, tidak satu pun penumpang kopaja yang benar-benar memperhatikannya.
Para penumpang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang berbicara dengan teman sebelahnya, ada yang main handphone dan bahkan ada pula yang menatap ke luar jendela. Hanya si mama beserta A-J saja yang antusias menanti penampilan si pria gondrong.
"Sudah mulai lagunya, ma?" tanya Eli.
"Belum. Sebentar lagi." Jawab si mama.
Si pria gondrong melihat ke sekeliling kopaja. Tampak belasan penumpang menunjukkan sikap tak acuh terhadap keberadaan dirinya. Walau begitu, ia tampil dengan penuh percaya diri.
"Ya, kakak-kakak sekalian. Pada kesempatan kali ini saya akan mempersembahkan lagu legendaris dari Chaseiro yang berjudul "Pemuda". Lagu ini rilis pada 1979 dan pernah dinobatkan sebagai salah satu dari 150 lagu terbaik sepanjang masa oleh Rolling Stone Indonesia. Tanpa berlama-lama lagi, saya akan mainkan lagunya. Selamat menikmati." kata si pria gondrong.
Sejenak si pria gondrong menghela napas.
"One.. two.. three..." Tak lama kemudian ia mulai menggenjreng gitarnya. Jreng.. jreng.. jreng... Musik pun memasuki intro. Mulanya ia memetik senar gitar dengan pelan. Namun lambat laun dentingannya makin kencang hingga mengantarkannya pada bagian lirik. Dengan alunan gitar yang ia mainkan sendiri, ia pun mulai bernyanyi.
"Nah, itu sudah mulai nak." jelas si mama kepada A-J.
"Yeay!" A-J kegirangan. Mereka melompat bahagia.
Pemuda, kemana langkahmu menuju
Apa yang membuat engkau ragu
Tujuan sejati menunggumu sudah
Tetaplah pada pendirian semula
Â
Dimana artinya berjuang
Tanpa sesuatu pengorbanan
Kemana arti rasa satu itu
Â
Bersatulah semua seperti dahulu
Lihatlah kemuka
Keinginan luhur kan terjangkau semua
Â
Dari segi penampilan, sebenarnya si pria gondrong terlihat kurang meyakinkan. Selain rambutnya gondrong dan tak terawat, tubuhnya juga pendek, kurus dan kulitnya tampak kusam. Orang yang melihatnya mungkin tidak percaya bahwa si pria gondrong memiliki talenta. Padahal sebenarnya, si pria gondrong memiliki kualitas vokal yang tak perlu lagi diragukan.
Dengan karakter bass yang khas, suaranya cukup enak untuk didengar. Ia punya warna vokal tersendiri yang menjadikan dirinya unik dibandingkan musisi lain. Ia bahkan tak kalah dengan penyanyi-penyanyi yang sudah wara-wiri di televisi.
 "Wah, suaranya bagus banget ma. Pria gondrong ini benar-benar berbakat!" puji Bo sambil bertepuk tangan.
"Iya, suaranya bagus. Aku suka." kata Dong mengikuti. Ia juga bertepuk tangan.
"Aku setuju. Apakah lagunya sudah selesai?" tanya Franz.
"Iya, mama juga suka kok dengan suaranya. Enak didengar. Tenang, nanti ada lagi kok lagu menarik lainnya yang akan ia nyanyikan."
"Serius ma?" tanya A-J secara bersamaan.
"Tentu saja." Si Mama tersenyum.
Si pria gondrong baru saja selesai menyanyikan lagu "Pemuda". Ia melihat ke sekeliling. Namun Tak ada penumpang Kopaja yang mengapresiasinya. Mereka semua tampak datar dan seolah tak peduli. Hanya mama dan anak-anaknya si A-J yang terang-terangan memberikan apresiasi. Mereka bahkan sampai bertepuk tangan dan memuji si pria gondrong atas performa yang baru saja ditampilkan.
Kendati demikian, si pria gondrong tak terlalu memikirkannya. Yang terpenting adalah di saat ia menengadahkan sebuah plastik bekas bungkusan permen, ada uang yang masuk ke dalamnya. Semakin banyak orang yang memasukkan uang ke dalamnya, semakin senanglah ia.
Setelah selesai meminta uang apresiasi kepada semua penumpang, ia pun mengucapkan terima kasih. Tak hanya kepada para penumpang yang telah mendengarkannya dengan terpaksa saja, namun juga kepada sopir dan kernet bus yang telah mengizinkannya untuk bernyanyi di atas kopaja.
Tak lama kemudian, ia turun dari kopaja yang ditumpanginya lewat pintu belakang. Lalu ia mencari kopaja lainnya untuk dihentikan. Setelah itu, ia masuk ke dalamnya dan mengulangi kegiatan yang baru saja ia lakukan.
"Kok musiknya berhenti ma?" tanya Hima.
"Sabar. Tunggu sebentar." jawab si Mama.
"Pada kesempatan kali ini saya akan menyanyikan lagu legendaris dari Nike Ardilla yang berjudul "Panggung Sandiwara". Lagu ini rilis pada tahun 1995 dan sempat jadi lagu popular pada masanya. Selamat menikmati." papar si pria gondrong.
Beberapa detik kemudian, jreng.. jreng.. alunan gitar pun mengalun di dalam kopaja. Si pria gondrong mulai bernyanyi. Suaranya bersahut-sahutan dengan derunya kendaraan ibukota dan suara pedagang kecil yang naik turun menjajakan dagangan.
Dunia ini panggung sandiwara.
Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabrata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
yang harus kita mainkan
ada peran wajar dan ada peran berpura-pura
Mengapa kita bersandiwara?
Mengapa kita bersandiwara?
Peran yang kocak bikin kita terbahak-bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupanÂ
Mengapa kita bersandiwara?Â
Mengapa kita bersandiwara?
 Â
"Wah, liriknya dalem banget. Aku suka. Jadi kita hidup di dunia ini sebenarnya menjalankan peran masing-masing ya ma?" tanggap Franz.Â
"Mengapa kita bersandiwara? Mengapa kita bersandiwara? Huwoo..." Ivy mengikuti suara si pria gondrong.Â
"Ivy, kamu berisik ih! Udah tahu suaramu jelek, lebih baik tak usah bernyanyi!" ketus Go.Â
"Iya, Ivy berisik. Mengganggu mood saja!" sahut Carlie.Â
Seketika kericuhan mulai terjadi. Mereka saling meledek satu sama lain. Setelah sempat melihat mereka sambil berkaca-kaca, si mama kemudian berupaya meminta mereka untuk tidak bertengkar satu sama lain.
***
"Panggung Sandiwara" selesai dinyanyikan. Kini si pria gondrong turun dari dalam Kopaja. Kemudian ia beralih dari satu kopaja ke kopaja lainnya. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak kopaja yang dinaikinya dan semakin banyak pula lagu-lagu yang dinyanyikannya. Seperti biasa, ia pun memperkenalkan lagu-lagunya terlebih dahulu sebelum mulai menyanyikannya.Â
Hampir semua lagu yang dinyanyikan adalah lagu nasional dengan rentang waktu perilisan berbeda-beda. Mulai dari "Kolam Susu"-nya Koes Plus yang rilis pada 1973, "Oemar Bakri"-nya Iwan Fals yang rilis pada 1981, "Mantan Kekasih"-nya Sheila On 7 yang rilis pada 2006, "Jatuh Bangkit Lagi"-nya HiVi yang rilis pada 2019 bahkan hingga yang pernah viral merasuki masyarakat Indonesia yakni "Salah Apa Aku (Entah Apa yang Merasukimu)"-nya Ilir 7.Â
Setiap kali si pria gondrong menyanyi, di saat itulah si mama beserta A-J selalu mendengarkan nyanyian dan musik yang ditampilkannya. Mereka selalu menikmati setiap performanya. Tak jarang mereka bahkan ikut tertawa dan menyanyi bersama.Â
Begitulah kehidupan yang mereka jalani sehari-hari. Menikmati hidup dengan mendengarkan musik. Semula semua berjalan lancar saja. Sampai suatu hal terjadi 7 hari kemudian, semuanya berubah.Â
Kondisi tubuh si mama yang kini mendadak melemah membuat A-J merasa khawatir. Mama bahkan merasa kesulitan dalam berjalan. Sebagai bentuk kasih sayang kepada mama, mereka pun berkumpul mengelilingi mama.Â
"Ma, kenapa ma?" tanya Bo.Â
"Mama baik-baik saja kan?" timpal Go secara bersamaan.Â
"Ma, ada apa? Mama kok kelihatan pucat." Hima tak kalah khawatir. Seumur-umur, baru kali ini ia melihat ibunya dalam keadaan seperti itu.Â
"Mama coba tarik napas dulu. Siapa tahu keadaannya jadi lebih baik." kata Albert.Â
Mama memejamkan mata sejenak. Ia kemudian mencoba menarik napas sekali, lalu dikeluarkannya kembali. Ia melakukannya sampai tiga kali.Â
"Gimana, sudah lebih baik, ma?" tanya Ivy.Â
Si mama memperhatikan lekat-lekat satu per satu anaknya.Â
"Mama rasa, waktu mama semakin dekat. Sebentar lagi mama akan berpisah dengan kalian." jelas mama.Â
"Maksud mama apa? Mama tidak boleh ngomong gitu. Mama tidak boleh mati." Dong tak terima.Â
"Iya, mama pasti sehat kembali kok." Joan menimpali.Â
Mama memperhatikan A-J dengan saksama. Kemudian ia berkata, "Mendekatlah kalian semua."Â
A-J semakin mendekat.Â
"Begini, semua memiliki masa masing-masing. Mama rasa sekarang sudah tiba waktunya mama. Nanti juga akan tiba waktunya kalian. Apapun yang terjadi, mama hanya ingin berpesan kepada kalian. Jadilah anak baik-baik dan akurlah satu sama lain. Kalian semua bersaudara, jadi sudah seharusnya saling menjaga." Â pesan mama.Â
Seketika A-J tak bersuara. Mata mereka berkaca-kaca.Â
"Albert, pergilah ke pinggir dan beritahukan kepada mama bagaimana suasananya sekarang."Â
"Baik ma."Â
Albert pergi ke pinggir. Ia lalu memperhatikan ke sekeliling pria gondrong. Ternyata Lapangan Bhakti Jaya sudah ramai dipadati oleh para peserta kontes musik dalam rangka menyambut Hari Musik Nasional 2020. Mereka mengenakan atribut masing-masing lengkap dengan peralatan musiknya. Tak lama kemudian Albert kembali menghampiri si mama beserta saudara-saudaranya lalu ia menceritakan apa yang sedang terjadi.Â
"Si pria gondrong sudah hadir di kontes musik. Sepertinya sebentar lagi kita akan mendengarkan alunan musiknya."Â
Di detik-detik seperti  itu, A-J tak melakukan apapun. Mereka hanya berkumpul mengeliling mama sembari mendengarkan musik demi musik yang dimainkan oleh para peserta kontes musik. Sampai akhirnya tiba giliran bagi si pria gondrong untuk memainkan musiknya, kondisi mama kian melemah. Mereka pun memeluk si mama sembari berpegangan satu sama lain.Â
"Lagu yang akan saya nyanyikan berikut ini berjudul "Cinta" karya Melly Goeslaw. Lagu ini dimainkan oleh Melly Goeslaw featuring Krisdayanti. Selamat menikmati hadirin sekalian!" jelas si pria gondrong di hadapan dewan juri dan peserta lainnya. Ia tampil dengan penuh percaya diri.Â
Jreng.. jreng.. jreng..Â
Si pria gondrong mulai memetik senar gitarnya. Musik pun memasuki intro. Kemudian ia mulai menyanyikan lirik lagunya.
Menapak jalan yang menjauh
Tentukan arah yang kumau
Tempatkan aku pada satu peristiwa
Yang membuat hati laraÂ
Di dekat engkau aku tenang
Sendu matamu penuh tanya
Misteri hidup akankah menghilang?
Dan bahagia di akhir ceritaÂ
Cinta, tegarkan hatiku
Tak mau sesuatu merenggut engkau
Naluriku berkata tak ingin terulang lagiÂ
Kehilangan cinta hati
Bagai raga tak bernyawaÂ
Aku junjung petuahmu
Cintai dia yang mencintaiku
Hatinya dulu berlayar
Kini telah menepi
Bukankah hidup kita
Akhirnya harus bahagia?
Suasana semakin dramatis. Belum selesai si pria gondrong bernyanyi, si mama tiba-tiba tak sadarkan diri. Albert, Bo, Carlie, Dong, Eli, Franz, Go, Hima, Ivy dan bahkan Joan berupaya untuk menyadarkannya namun mama tak pernah terbangun dari tidurnya.Â
Sebelum menutup mata, mama hanya sempat berucap, "Doakan semoga kita nanti bertemu di surga." Tak lama setelah itu mama tidur untuk selama-lamanya.Â
Seiring lagu "Cinta" yang dimainkan menuju akhir, seiring pula tangis mereka pecah meratapi kepergian mamanya. Ingin rasanya mereka melakukan sesuatu, meminta kepada Tuhan untuk perpanjangan waktu. Namun sayangnya, mereka tak bisa apa-apa kecuali menangis. Sebab mereka memerankan hidup sebagai tuma, Â sebutan lain dari kutu rambut yang siklus hidupnya hanya mencapai 30 hari ketika menjadi kutu dewasa.
Cinta, biar saja ada
Yang terjadi biar saja terjadi
Bagaimanapun hidup
Memang hanya cerita
Cerita tentang meninggalkan
Dan yang ditinggalkan Â
CintaÂ
***
Tulisan estafet perdana Sambung Menyambung Menjadi Konten ini adalah konten ketiga dari tim "Muda Berkarya":
2. Linda Erlina
3. Noval Kurniadi (Valka)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H