Penggemar film Thailand patut bergembira. Pasalnya, dalam waktu dekat akan rilis film "Homestay" keluaran GDH yang dibintangi oleh Teeradon "James" Supapunpinyo, Cherprang Areekul dan Nochapai Jayanama.Â
"Homestay" sendiri berkisah tentang sesosok roh yang diberikan kesempatan untuk hidup sementara dengan memasuki sesosok jasad bernama "Min". Roh tersebut kemudian diberikan waktu selama 100 hari untuk mencari tahu apa yang menyebabkan Min bunuh diri. Jika berhasil maka ia dapat hidup kembali namun jika gagal maka ia akan mati.
Menjelang penayangannya pada 10 April 2019 nanti, sebaiknya kita ketahui fakta-fakta menarik di baliknya yuk! Berikut adalah 5 fakta menarik tentang film "Homestay".Â
 1. Film fantasy pertama GDH
Film Thailand bergenre drama-komedi, thriller, horor atau bahkan horor-komedi sudah menjadi makanan sehari-hari. Sebut saja film "One Day", "Bad Genius" dan bahkan "Friendzone" yang belum lama ini rilis di bioskop tanah air. Namun bagaimana dengan genre drama-fantasi?
Meskipun ini bukanlah genre baru di industri perfilman dunia, bagi perfilman Thailand sendiri ternyata ini adalah hal baru lho. "Homestay" menjadi debut Thailand dalam genre drama-fantasi.
2. Disutradarai oleh sutradara Shutter
Teman-teman pasti tahu dong dengan film horor fenomenal Thailand "Shutter" yang rilis 2004 silam? Nah, ternyata film "Homestay" ini disutradarai oleh sutradara yang sama dengan film "Shutter" lho! Dialah Parkpoom Wongpoom.
Perbedaannya adalah jika di "Shutter" Wongpoom berduet dengan Banjong Pisanthanakun dalam membuat film, di "Homestay" Wongpoom justru menjadi sutradara seorang diri.
3. Diadaptasi dari novel Jepang
Saat menonton film "Homestay" saya merasa seakan menonton film anime karena adanya unsur fantasi di dalamnya. Ternyata benar saja. Hal itu dikarenakan film "Homestay" memang diadaptasi oleh novel Jepang karya Eto Mori berjudul "Colorful" yang rilis pada 2007 silam.
Di Jepang sendiri, novel "Colorful" telah diangkat menjadi animasi pada 2010 dengan judul film yang sama. Film tersebut kemudian mendapatkan penghargaan "Audience Award and Special Distinction" dalam Annecy International Animated Film Festival 2011, sebuah ajang penghargaan animasi bergengsi di Annecy, Prancis yang telah dimulai sejak 1960. Â
Sebagai penikmat film, kita hanya melihat hasil akhirnya saja. Padahal sebenarnya ada proses panjang yang ditempuh sebelum akhirnya film tersebut dapat mampir ke berbagai layar bioskop. Salah satu proses yang ditempuh adalah ternyata butuh waktu 1 dekade alias 10 tahun bagi pembuat film untuk mendapatkan lisensi novel Eto Mori!
Kok ya ngapain sih ngotot banget buat dapetin lisensinya Eto Mori? Ternyata bukan tanpa alasan lho gaes. Dalam wawancara di CGV Grand Indonesia (30/3/19), Wongpoom menjelaskan bahwa mereka berusaha untuk mendapatkan lisensi novel karena novel "Colorful" membuat orang menyadari cinta dan memahami bahwa hidup itu berharga.Â