Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Ketahui 5 Fakta Menarik tentang Perayaan Waisak

29 Mei 2018   13:04 Diperbarui: 7 Mei 2020   09:33 4283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biksu Buddha dari Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI), memasuki detik-detik Tri Suci Waisak di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Jumat (28/5/2010). Pada saat bersamaan, umat Buddha dari Walubi juga menjalani ibadah yang sama di pelataran candi yang prosesinya berlangsung hingga tengah malam.(KOMPAS IMAGES / FIKRIA HIDAYAT)

Sementara itu umat Buddha di luar justru tidak memperingatinya. Detik-detik Waisak sendiri adalah terjadinya bulan purnama Waisak yang terjadi hanya satu kali saja, tidak lewat atau kurang dari sedetik.

Kok gitu? Ya, soalnya umat Buddha di luar cenderung menggunakan sistem pergantian hari secara masehi. Jadi kalau sudah ganti hari, ya itu artinya sudah masuk purnama Waisak untuk pergantian Waisak Buddhis.

Nah, ini beda banget dengan yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan buku "Hari-hari Besar Agama Buddha" yang ditulis oleh Herman S. Endro, tradisi Waisak di Indonesia dipengaruhi oleh tradisi purnama di Bali sehingga membuat umat Buddha di Indonesia sangat detil dalam penentuan detik-detik Waisak. Enggak hanya hitungan jam atau menit, tapi juga detik!

Maka dari itu setiap tahunnya ummat Buddha Indonesia merayakan detik-detik Waisak dengan waktu berbeda-beda. Pada tahun 2016 detik-detik Waisak jatuh pada pukul 04.04.06 WIB, pada 2017 jatuh pada pukul 04.42.09 sementara pada tahun ini jatuh pada pukul 21.19.13 WIB

Umat dan tokoh Buddha melakukan ritual pradaksian sebelum menyemayamkan air berkah di dalam Candi Mendut Magelan, Jawa Tengah, Senin (28/5/2018). Ritual ini merupakan bagian kegiatan memperingati Tri Suci Waisak 2572BE/2018.(KOMPAS.com/IKA FITRIANA)
Umat dan tokoh Buddha melakukan ritual pradaksian sebelum menyemayamkan air berkah di dalam Candi Mendut Magelan, Jawa Tengah, Senin (28/5/2018). Ritual ini merupakan bagian kegiatan memperingati Tri Suci Waisak 2572BE/2018.(KOMPAS.com/IKA FITRIANA)

Memuat tiga peristiwa penting

Hari Raya Waisak bukan sekadar hari raya, melainkan juga peringatan atas 3 peristiwa penting. Umat Buddha menyebutnya dengan istilah Tri Suci Waisak.

Pertama, lahirnya Pangeran Siddharta di pada 623 SM.

Kedua, Pangeran Siddharta mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha pada 588 SM. Di fase ini Pangeran Siddharta melihat 4 kondisi (deva-dutta), di antaranya adalah seorang tua renta (jinna), seseorang yang mengalami sakit parah (byadhita), kematian (kalakata), dan seorang pertapa berjubah kuning dengan wajah yang anggun (pabbajita).

Sejak itu Ia berpikir bahwa kehidupan di dunia tidaklah kekal (anicca) dan penuh dengan ketidakpuasan. Untuk itulah Ia meninggalkan segala kenikmatan dan kemewahan yang ia miliki dan setelah melalui serangkaian proses yang tidak mudah, ia pun mencapai penerangan dan menjadi Buddha.

Ketiga, wafatnya Sang Buddha atau dikenal dengan istilah Parinibana (wafat) pada 543 SM.

Slaah satu patung Buddha tertinggi di dunia berada di Jepang (dok. travel.kompas.com)
Slaah satu patung Buddha tertinggi di dunia berada di Jepang (dok. travel.kompas.com)

Kesepakatan Sri Lanka 1950

Buddha memiliki sejumlah aliran, di antaranya adalah aliran Theravada dan Mahayana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun