Sejarah perfilman Arab Saudi kemudian berlanjut pada Juni 2009. Sebagai bentuk protes terhadap pelarangan bioskop, para pemuda dan sineas film Arab Saudi kala itu melakukan kampanye lewat film "Menahi". Dalam kampanye tersebut mereka mengajak masyarakat untuk hadir dalam pemutaran film dan mendukung pencabutan larangan bioskop di Arab Saudi.
Penonton film hanya dibatasi bagi pria dan anak-anak (laki-laki dan perempuan) dengan usia maksimal 10 tahun. Adapun bagi wanita dilarang menonton agar menghindari bercampurnya antara penonton pria dan wanita dalam ruangan.
Meski menjadi awal yang baik dalam sejarah film di Arab Saudi, tidak secara otomatis semua orang telah membuka diri. Sebagian besar justru kontra akan pemutaran film tersebut karena menganggap tindakan itu melanggar syariat. Salah satunya adalah Kepala Kepolisian Syariah Arab Saudi, Ibrahim Al-Ghaith.
Ia menganggap bahwa bioskop itu bersifat "jahat dan merusak". Ia juga memprotes akan pemutaran "Menahi" karena film itu adalah film pertama di Arab Saudi yang diputar tanpa adanya konsultasi dari pihak kepolisian syariah (religious police). Film di Arab Saudi harus mendapatkan persetujuan dari kepolisian syariah namun "Menahi" justru melanggarnya.
Penentangan film "Menahi"juga dilakukan oleh 40 orang pemuda. Mereka berusaha masuk ke tempat pemutaran dan bahkan mencegah orang-orang untuk menonton. Sementara itu dari Jeddah, warga melayangkan petisi kepada Raja Abdallah dan Menteri Dalam Negeri Pangeran Naif untuk menghentikan pemutaran film "Menahi".
Perkembangan film di Arab Saudi beberapa kali berada di titik terendah. Namun beruntung, itu tidak membuat para sineas di sana kapok. Pada 2013 insan perfilman Arab Saudi bahkan berhasil membuat gebrakan dengan mengirimkan film "Wadjda" sebagai perwakilan Academy Awards atau Oscar.Â
"Wadjda"Â bukan satu-satunya film Arab Saudi yang bersuara. Film "Barakah Meets Barakah" yang disutradarai oleh Mahmoud Sabbagh juga menjadi film Arab Saudi lainnya yang mengukir prestasi. Film tersebut berhasil tayang di Festival Film Internasional Berlin pada Februari 2017. Uniknya, film ini adalah film romantis pertama Arab Saudi yang bercerita tentang seorang pengabdi negara (PNS) yang jatuh cinta dengan seorang gadis lewat postingan-postingan di Instagram.
Perkembangan bioskop dan perfilman Arab Saudi kemudian mengalami kebangkitan pada Desember 2017 ketika jaringan bioskop AMC mendapatkan izin operasi dari Kementerian Kebudayaan Arab Saudi. Ini adalah izin pertama yang diberikan setelah 35 tahun lamanya Arab Saudi melarang bioskop di negaranya.
Bioskop pertama dibuka di Riyadh. Namun dalam lima tahun ke depan AMC juga berencana akan membuka 40 bioskop di 14 kota dan ditargetkan Arab Saudi akan memiliki sekitar 350 bioskop menjelang 2030. Jika itu semua terwujud, dapat dipastikan bahwa negeri bermatauangkan riyal tersebut akan meraih penjualan tiket sebesar $1 miliar per tahunnya.