Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencintai Masjid, Pesan bagi Umat Islam dari "Lima Penjuru Masjid"

7 April 2018   21:02 Diperbarui: 19 April 2018   07:18 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Partisipasi Komik (Komunitas Film Kompasiana) dalam Gala Premier

"Maling! Maling!"

Sekelompok  orang berteriak mengejar-ngejar seorang pemuda. Mereka kesal bukan  main. Bagaimana bisa kotak amal masjid dicuri? Maka mereka pun berusaha  sekuat tenaga untuk menangkapnya. Berharap untung, yang didapat justru  buntung. Pemuda pencuri kotak amal tersebut akhirnya 'tertangkap' oleh  warga. Ia dihajar habis-habisan. Wajahnya pun babak belur.

Si  pemuda pencuri kotak amal kemudian dibawa ke Masjid Al-Kautsar. Di sana  diketahuilah bahwa ia bernama 'Bewok' (M. Taufik Akbar). Kepada pak RW  dan beberapa pemuda masjid, ia lalu menjelaskan bahwa alasan kenapa ia  mencuri kotak amal adalah karena 'kebelet' nikah'. Namun karena tidak  punya uang dan ingin cara pintas, maka mencuri kotak amal masjid adalah  satu-satunya jalan yang bisa ia lakukan. 

Kali  ini Bewok beruntung. Ia tidak dihakimi oleh pak RW ataupun para pemuda  masjid. Alih-alih dilaporkan ke polisi, Pak RW justru mengangkatnya  sebagai marbot alias petugas kebersihan masjid. 

Kesehariannya  yang lambat laun dekat dengan masjid kemudian mengantarkannya pada  kedekatannya dengan lima pemuda masjid dengan latar belakang dan  pengalaman hidup berbeda-beda. Mereka adalah Gani (Faisal Aziz Harahap),  Budi (Aditya Surya Pratama), Usman (Zaky A. Rifa'i), Abian (Zikri  Daulay) dan Lukman (Ahmad Syarief). 

Perlahan tapi pasti, Bewok akhirnya  tahu kisah tentang kenapa kelima orang temannya itu bisa dekat dan cinta  dengan masjid. Tanpa disadari,  sejak itulah hidup Bewok berubah  menjadi lebih baik. Seperti apakah kisah mereka masing-masing hingga  akhirnya kelima pemuda bisa bertemu di masjid? Inilah yang kemudian  menjadi benang merah dari film "Lima Penjuru Masjid".

Para pemain dan kru film (dok. flp.or.id)
Para pemain dan kru film (dok. flp.or.id)
Mengambil  tema sederhana yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang  mayoritasnya beragama Islam, "Lima Penjuru Masjid" adalah film yang  ringan namun membawa pesan. Intinya, jika kita umat muslim, sudah  seharusnya kita mencintai dan memakmurkan masjid. Cara paling mudah  adalah dengan melakukan sholat berjamaah. 

Menonton  film ini membuat saya merasa 'diingatkan'. Sebagai orang Islam saya pun  jadi bertanya-tanya kepada diri saya sendiri. Sudah seberapa sering  saya 'bolong' dalam sholat? Sudah seberapa jauh saya membiasakan sholat  berjamaah di masjid? Begitu pun dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya.  Walau kadar ketakwaan masih jauh dari kata 'cakep', namun saya sadar  bahwa saya harus memperbaiki ibadah saya dari waktu ke waktu.

Hal  yang saya suka lainnya dari film ini adalah adanya kritik tentang orang  dewasa yang menyuruh pulang anak kecil karena bercanda saat diadakan  sholat berjamaah di dalam masjid. Hal ini jarang diungkap (atau apa  belum ada ya?) di dalam film namun kenyataannya hal seperti itu adalah  realita. Faktanya, ada loh beberapa 'oknum' jamaah suka mengusir anak  kecil yang bercanda saat sholat karena dianggap mengganggu kekhusyukkan  ibadah. Jika itu terjadi, maka jangan salahkan jika saat dewasa nanti,  seseorang tidak dekat dengan masjid. Bisa jadi karena di masa kecilnya  ia mengalami pengalaman tidak mengenakkan dari 'oknum' jamaah yang  mengusirnya karena bercanda.

Ilustrasi anak kecil sholat berjamaah di masjid (dok. hijaz.id)
Ilustrasi anak kecil sholat berjamaah di masjid (dok. hijaz.id)
Dari  segi pesan, film ini bagus karena sangat jarang yang mengangkat tema  tentang mencintai masjid. Namun dari aspek-aspek lain, sayangnya Humar  Hadi selaku sutradara sekaligus penulis skenario kurang memaksimalkan  potensi yang ada. Padahal kalau dilakukan, hasilnya akan jauh lebih  baik. 

Salah satunya adalah adanya beberapa adegan yang tidak penting dan  janggal. Misalnya adegan saat Jumin (Arafah Riyanti) berinteraksi  dengan Dodo dan Syakir (Syakir Daulay) di tempat laundry milik Lukman.  Menurut saya itu tidak penting karena adegan tersebut tidak mempengaruhi  jalannya cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun