Jika ada satu negara yang ingin sekali dikunjungi, maka Wakanda adalah jawabannya. Negeri ini begitu maju bahkan mampu mengalahkan negara adidaya sekelas Amerika Serikat sekalipun.Â
Sistem transportasi di Wakanda begitu maju. Wakanda punya kereta yang kecanggihannya melebihi Shinkansen Jepang. Dari sisi kesehatan, Wakanda memiliki vibranium yang dapat digunakan untuk menyembuhkan orang yang sedang sakit atau terluka. Wakanda juga punya berbagai perangkat dengan teknologi supercanggih. Wakanda seolah tak punya kekurangan. Sumber daya alam dan sumber daya manusianya melimpah ruah. Wakanda adalah negeri impian bagi semua orang.
Sayangnya, Wakanda tidak benar-benar ada. Kita tidak akan menemukan negara tersebut di dalam atlas karena Wakanda hanyalah negara buatan. Wakanda hanya ada dalam film buatan Marvel Cinematic Universe (MCU) berjudul "Black Panther".
Jika raja yang baru diangkat menang maka ia tetap menjadi raja namun jika si penantang yang menang dalam duel tersebut maka ialah yang berhak menggantikan posisi sebagai raja. Dari semua perwakilan suku dan kelompok yang hadir, hanya ada satu kelompok suku yang tidak setuju. Ia pun menantang T'Challa untuk duel. Setelah sempat berlangsung dengan sengit akhirnya duel dimenangkan oleh T'Challa. Sang penantang kalah dan itu artinya T'Challa tetap menjadi raja.
Berhasilnya T'Challa dalam memenangkan duel ternyata tak secara otomatis membuatnya dapat bernapas lega. Wakanda mendapatkan masalah lainnya. Artefak Wakanda yang tersimpan di sebuah museum di London, Inggris ternyata dicuri oleh buronan bernama Ulysses Klaue (Michael B. Jordan) dan hendak dijual kepada orang Amerika di sebuah bar di Korea Selatan. Wakanda tak ingin kecolongan.Â
Dengan kecanggihan teknologi, T'Challa bersama agen mata-mata Wakanda, yakni Nakia (Lupita Nyong'o) dan Okoye (Danai Gurira) terbang ke Korea. Sementara itu Shuri (Letitia Wright), adik kandung T'Challa membantu dari jarak jauh di Wakanda. Mereka berupaya untuk menangkap Klaue.
Killmonger datang dan berusaha merebut tahta T'Challa di Wakanda. Sejak itu tatanan masyarakat di Wakanda pun menjadi berantakan. Mampukah T'Challa mempertahankan kekuasaannya di Wakanda dan membuatnya menjadi negeri yang damai?
Menurut saya Black Panther adalah film yang cerdas. Film yang diangkat dari komik Fantastic Four vol. 52 tahun 1966 ini mampu menyampaikan pesan bahwa setiap orang, apapun latar belakang itu dapat berhasil dan setara dengan orang lainnya.Â
Di dunia nyata, orang-orang berkulit hitam dari negara Afrika digambarkan sebagai masyarakat kelas bawah jika dibandingkan dengan orang-orang berkulit putih. Beberapa stereotype terkait warga Afrika seperti kemiskinan, kelaparan, kejahatan dan lainnya pasti deh tertanam di benak sebagian besar penduduk dunia. Namun lewat "Black Panther", itu semua dibalik.Â
Wakanda seolah menjadi pesan bahwa orang-orang Afrika atau berkulit hitam yang biasanya dipandang sebelah mata justru mampu menjadi negara dengan peradaban dan teknologi yang tinggi, bahkan mengalahkan negara dengan penduduk mayoritas penduduk kulit putih. Black Panther seakan menjadi harapan bahwa suatu hari nanti negara-negara Afrika mampu bangkit dari menjadi negara yang maju. Ini isu yang sensitif sebenarnya namun di titik ini saya merasa Ryan Coogler telah sukses menjadi sutradara.
Tidak ada film yang sempurna. Begitu pun dengan Black Panther. Untuk mencairkan suasana, Black Panther diselipi dengan beberapa adegan joke. Sayangnya, sebagian besar adegan-adegan jokeini terkesan tidak natural dan cenderung 'maksa'. Adegan jokeyang membuat saya tertawa lepas sih ada, namun hanya sedikit. Kekurangan lain menurut saya adalah kurang fokusnya konflik utama yang ingin dibahas.Â
Entah mengapa saya merasa konflik berupa pencurian artefak di London kurang begitu penting karena bukan itu poinnya. Saya merasa akan lebih baik jika Ryan Coogler lebih mengambil porsi lebih besar pada masalah perebutan tahta yang dalam film justru baru muncul pada bagian akhir. Jika
Kendati pada bagian pembukaan film saya sempat bingung dengan jalan ceritanya, secara keseluruhan saya puas dengan film berdurasi 2 jam 14 menit ini. Saya bahkan ingin menontonnya kembali jika ada kesempatan lagi. Dari skala 1-10, saya beri nilai 7.5 untuk film ini. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Tayang dengan Format ScreenX
Ada yang menarik dari penayangan Black Panther. Black Panther tak hanya hadir dalam format regular, namun juga format ScreenX lho! Format ini tayang di 3 benua berbeda, mulai dari Amerika Serikat, Turki, Vietnam, Tiongkok, Thailand, Jepang dan tentu saja Indonesia.
ScreenX adalah teknologi tampilan layar perak yang mempunyai system multi-proyeksi dengan 270 derajat tampilan layar panoramik. Pada versi reguler biasanya kita hanya menonton di layar saja. Nah, pada format ScreenX kita juga bisa melihat tampilan film pada sisi kanan dan kiri bangku penonton. Dengan format ini, kita pun akan memiliki pengalaman menonton yang berbeda daripada biasanya.
"Dunia Wakanda diterjemahkan dalam format ScreenX memberikan pengalaman menonton yang berkesan bagi para penonton dengan teknologi panoramik." Jelas Dave Hollis, Presiden dari Theatrical Distribution, The Walt Disney Studio.
Perlu diketahui, tidak semua film memiliki format ScreenXnya. Di Indonesia sendiri baru ada 4 film yang ditayangkan dalam format screenX yang tayang sejak diresmikan 26 Mei 2017 di CGV. Keempat film tersebut adalah Pirates of The Carribean: Salazar's Revenge, Battleship Island, Kingsman: The Golden Circle dan tentu saja Black Panther. Black Panther sendiri adalah film Marvel pertama yang mengusung format ScreenX. Harga tiket untuk format ScreenX bervariasi, dari paling murah Rp70.000 hingga termahal Rp100.000 tergantung hari penayangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H