Mohon tunggu...
Noval Kurniadi
Noval Kurniadi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Passion is the fashion for ur ACTION. Passion without action is NO MENTION! | Kontributor wikipedia | www.valandstories.com | Novalku@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Jodoh Owi/Butet di JCC

19 Juni 2017   05:56 Diperbarui: 19 Juni 2017   05:58 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada edisi 2015 cerita yang sama berulang kembali. Owi/Butet kembali harus puas menjadi semifinalis setelah lagi-lagi dikalahkan oleh musuh bebuyutannya, Zhang Nan/Zhao Yunlei dalam rubber set. Xu Chen/Ma Jin akhirnya keluar untuk edisi Indonesia Open di tahun itu.

Sementara pada Indonesia Open 2016 pencapaian Owi/Butet kian menurun drastis. Berstatus sebagai unggulan kedua, Owi/Butet justru angkat koper terlebih dahulu di babak kedua. Yang mengejutkan, ternyata lawan yang mengalahkannya adalah ganda campuran dadakan asal Denmark, yakni Kim Astrup/Line Kjaersfeldt dalam straight game, 21-17 21-19. Line Kjaersfeldt sendiri biasa bermain di tunggal putri namun khusus edisi Indonesia Open kali ini ia juga turun di sektor ganda campuran. Tumbangnya Owi/Butet kali ini membuat banyak orang kecewa. Mereka berspekulasi bahwa Owi/Butet kalah karena mereka terlalu meremehkan lawan. Ini sekaligus menjadi "warning" bagi Owi/Butet karena olimpiade Rio 2016 sudah di depan mata.

Setahun kemudian, Owi/Butet mencoba peruntungannya lagi. Mereka masih penasaran, masa sih mereka sering menang di luar negeri tapi justru selalu gagal di hadapan publik sendiri? Akhirnya, rasa penasaran mereka terjawab. Satu per satu babak berhasil mereka lakoni sebelum akhirnya mereka mampu menduduki partai final dan menjadi sang pemenang.

Ternyata proses memang tidak pernah bohong. Di titik ini, kesabaran adalah kunci utama. Bukan waktu yang singkat bagi Owi/Butet untuk bisa meraih titel di turnamen super series di negara sendiri. Mereka harus mencoba sebanyak 6 kali peruntungan di Indonesia Open, dengan 2 kali menjadi finalis, 3 kali menjadi semifinalis dan 1 kali masuk ke babak kedua sebelum akhirnya dapat meraih titel juara di BCA Indonesia Open 2017. 

Yang menarik, dari 6 kali perhelatan Indonesia Open 2011-2016, tempat pelaksanaan turnamen selalu diselenggarakan di Istora Senayan namun Owi/Butet tak pernah hoki di sana. Mereka selalu gagal mewujudkan asa untuk mencetak sejarah di Indonesia Open. Barulah setelah turnamen dipindah ke Plennary Hall Jakarta Convention Center (JCC), Owi/Butet mampu mematahkan kutukan kalah di negeri sendiri. 

Kalau kata orang sih jodoh tidak kemana. Seperti Chen Long dan Lin Dan yang tak pernah berjodoh di Indonesia Open, jangan-jangan Owi/Butet juga hampir serupa. Jadi sebenarnya Owi/Butet bukan tak mampu menang. Tapi karena mereka memang tidak 'berjodoh' dengan Istora. Jodoh mereka adalah di JCC. Terbukti saat turnamen dipindahkan ke JCC, penantian akan titel di negeri sendiri terjawab sudah. Mungkinkah?

Atas kemenangan Owi/Butet di Indonesia Open yang sekaligus memecahkan dominasi Tiongkok di sektor ganda campuran pada level super series/premier pada 2017 dan "membatalkan" puasa gelar sejak 2014, saya ucapkan "Selamat!" Semua orang Indonesia bersukacita atas kemenangan mereka. Terima kasih atas perjuangannya untuk mengharumkan nama negara!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun