Di bagian ini saja saya sudah merasa masuk dalam cerita dengan beragam pertanyaan. Siapa yang dimaksud dengan perempuan itu? Kenapa dia berkeringat dan jantungnya berdentum? Apa pula yang terjadi padanya sehingga dia ingin keluar dari hutan sejauh mungkin? Pertanyaan-pertanyaan yang timbul membuat saya penasaran sehingga tak sabaran untuk mengikuti alur cerita yang disampaikan oleh penulis Belanda tersebut.Â
Itu baru bagian prolog di halaman 7. Sekarang mari kita beralih ke bagian awal bab pada halaman 9. Bagian itu bertuliskan, "Di manakah dia? Apa yang terjadi. Ia tidak bisa mengingat apa pun. Sama sekali. Apakah dirinya telah melintasi batas antara mimpi dan kenyataan? Apakah ia baru terbangun dari mimpi buruk? Di manakah ia?"
Good job! Masih dalam tahap "perkenalan" cerita, namun Jack Lance sudah mengajak kita untuk bertanya-tanya tentang kemungkinan alur cerita berikutnya. Selain itu, ia juga mengajak kita untuk berperan sebagai detektif, menebak-nebak siapa dalang di balik ini semua. Lester Cumming adalah mantan Jenny yang kasar dan pemarah. Rachel sangat tidak menyukainya. Mungkinkah ia pelakunya? Kepiawaian Jack Lance dalam mengaduk-aduk emosi pembacanya untuk "gregetan" dengan pelaku misteri ini patut mendapatkan apresiasi.Â
Sisi positif Dark Memory tidak hanya karena ceritanya yang membuat candu tetapi juga alur ceritanya yang cepat namun runut dan jelas, tidak bertele-tele. Saya tidak suka cerita dengan alur yang lamban dan mudah ditebak karena bakal membosankan. Ada beberapa novel yang belum saya selesaikan hingga akhir karena hal tersebut. Beruntung, Jack Lance lewat Dark Memory tidak begitu.Â
Nah, cepatnya alur dibuktikan di masing-masing bab kecil. Misalnya bab 1 bercerita tentang keadaan Rachel yang tersesat di hutan, bab 2 langsung bercerita tentang Jonatan Lauder yang kehilangan kontak dengan Rachel, bab 3 tentang usaha Rachel keluar dari hutan dan seterusnya. Perlu diketahui, novel ini terdiri dari 3 bab besar, yakni Amnesia, Kepala Serigala dan Di Dalam Sarang dan bab-bab kecil yang ditandai dengan nomor 1-44. Bab-bab kecil ini terbagi-bagi dalam 3 bab besar.Â
Meski terkadang perpindahan dari satu bab ke bab lain berbeda latar atau tokoh, namun cepatnya alur yang disajikan tetap runut dan jelas. Hal itu membuat pembaca dapat paham secara keseluruhan akan apa yang ditampilkan dalam novel.Â
Di samping itu, Jack Lance juga sukses menyisipkan kejutan demi kejutan dalam alurnya. Misalnya, di awal saya mengira tokoh si A yang menjadi tersangka. Namun semakin saya baca ke akhir, ternyata tokoh B-lah pelakunya. Saya mengira cerita sudah selesai namun ternyata masih ada kelanjutannya. Saya mengir ketegangan sudah selesai, namun ternyata masih terjadi di halaman berikutnya. Kemahiran Jack Lance dalam membuat suspens membuat saya terus menikmati setiap peristiwa demi peristiwa yang terjadi dunia yang diciptakan olehnya.Â
Dalam hal ini, kemampuan Tika Sofyan sebagai penerjemah dalam mengalihbahasakan dari bahasa sumber ke bahasa Indonesia luar biasa. Tidak semua penerjemah mampu menginterpretasikan dan menerjemahkan suatu karya sastra dengan baik. Saya merasakannya karena jurusan kuliah saya Sastra Inggris dan pernah menerjemahkan karya sastra. Jadi saya tahu betapa harus pintarnya kita jika ingin menerjemahkan suatu karya. Misalnya pada kalimat, "I cut my finger". Kalau penerjemahnya tidak cerdas ia mungkin akan menerjemahkan secara literal ke dalam Bahasa Indonesia menjadi, "Saya memotong jari saya." Namun jika penerjemahnya cerdas, kalimat tersebut berarti "Jari saya terpotong". Dalam hal ini, bagi saya Tika Sofyan mampu membuktikan kemampuan menerjemahkannya dengan kualitas baik.Â
Salah satu terjemahan Tika dalam novel yang saya suka dan bahkan terngiang di otak adalah, "Sinar Matahari menari-nari" (tapi saya lupa ada di halaman berapa). Saya tidak tahu apa bahasa asli yang digunakan Jack Lance dalam menulis, namun bagi saya terjemahan itu sangat indah dan memiliki "rasa". Saya baru kali ini menemukan kalimat seperti itu. Contoh terjemahan lainnya yang saya sukai adalah adalah "Jon memandang kejauhan. Ranting-ranting pohon berayun; langit masih abu-abu pekat; hujan masih turun deras; "Masih berapa jauh lagi?" yang terletak pada halaman 273.Â