Saat itu sandyakala telah hilang, tutup hari menuju gelap malam
Terdengar sayup suara memanggil, kisruh kehancuran di depan mata
Bumi serambi indah nan permai, diliput cemas rasa was-was kian mencekam
Serdadu-serdadu terkutuk itu mencelupkan kakinya di tanah para pejuang
Dari penjuru takbir digaungkan, mengadu dalam hela nafas tersisa
Dersik kian laju berhembus, seolah bersorak pada muda baliaÂ
Jika tetap tunduk menutup mata bila tiba kezaliman
Esok 'kan ada genangan darah jiwa-jiwa tak berdosa
Itulah 'kan kau lihat dengan matamu aliran darah saudaramu
Pekikan dari barat keras terdengar, muak tuk tetap menjura pada penjajah
Sosok tangguh juga perkasa tlah mengoyak harga diri penjajah
Si bengis bermata biru kewalahan untuk taktik tipu-tipu
Teuku Umar pejuang gagah perkasa tak gentar menghunus rencong
Bermula atas dalih pembebasan kapal nicero, arang telah dicorengkan pada wajah
Bagaimana bisa penjajah tertipu oleh yang terjajah?
Serdadu lengkap panglima Belanda tewas terbunuh dalam pekat samudra
Lindap merasuki arwah penjajah yang terpukul mundur
Keberhasilan rebut daerah 6 mukim jadi cahaya atas jaya kemenangan
Tika mereka mencaci pongah, Je bent stom... Tangkap Umar!
Murka tlah kuasai mereka, penghinaan Teuku Umar jadi apinya
Entah kapan harus terhenti, tatkala tertorehkan khianat dalam perjuangan
Setelah Van Teijn kemudian Deykerhooff, siasat Teuku Umar menipu pandang
Setiap karsa tersusun rapi, hingga seruan perang berada dalam satu panji
Indah lazuardi memikat rasa, semangat juang Teuku Umar kian membara
Perang...lawan...maju... Jangan sekali-kali kau menghamba meratap iba
Aceh tanah pusaka tak rela dijajah Belanda, kesetian untuk paduka raja
Meski para penghianat bangsa menikam sisi tanpa takut dosa
Pasukan Belanda mengepung tiap sisi, tak mungkin mundur sebagai pengecut
Lawan kiranya jalan kemuliaaan, meski kematian membayang di pelupuk mata
Teuku Umar gugur membela tanah airnya, membela bangsanya
Kini ia menyatu selaras dalam pelukan hangat ibu pertiwi
Menyisakan jejak sejarah perjuangan kepada generasi berikutnya
Meski Teuku Umar telah tiada, semerbak wangi semangatnya tetap tinggal
Membekas dalam ingatan, diwariskan turun-temurun sebagai penghormatan
Lembar elegi Johan Pahlawan, wujud terima kasih atas segala pengorbanan
Teuku Umar... Kau bagai sabitah yang menunjukkan arah
Arah kebebasan, arah menghirup udara kemerdekaaan.
Nyak Oemar Ayri
Lhokseumawe, 17 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H