Mohon tunggu...
NOOR KHOLISH
NOOR KHOLISH Mohon Tunggu... lainnya -

Di Setiap Renungan Terdapat Suatu Ide Yang Besar dan Inspirasi Yang Hebat... Pengelana Daerah Penuh Keeksotisan Yang Tak Pernah Habis,, Sang Pencari Ilmu dan Jati Diri di Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Garut, Terkenal dengan “Dodol Garutnya” atau “ Eceng Gondoknya”

8 Desember 2012   05:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:00 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_220265" align="aligncenter" width="879" caption="Dodol Garut? atau Eceng Gondok?"][/caption]

Sabtu, 8 Desember 2012

Dikala waktu sengang sehabis kuliah, sambil memandangi laptop yang tersambung dengan TV Turner, tiba-tiba muncullah sebuah unek-unek untuk sekedar iseng-iseng menulis tentang salah satu kabupaten yang ada di provinsi Jawa Barat yang lagi tersorot banyak media belakangan ini, bak seorang artis yang lagi Booming dengan karirnya yang menanjak. Yah,,, Kota Garut lah namanya . Kemudian muncullah sebuah judul tentang kota Garut, yakni “Terkenal dengan Dodol Garut atau Eceng Gondok.

Nah,,,, kok Dodol Garut dan Eceng Gondok? Apa sih hubunganya? Mungkin ini yang akan jadi pertanyaan kawan-kawan kompasioner jika mendengar kedua istilah tersebut. Berikut saya akan coba jelaskan mengenai kedua istilah tersebut.

Sebenarnya, kalo mendengar kata Garut, mungkin yang terlintas difikiran kita pertama kali adalah makanan dodol khas Garut yang begitu enak karena mempunyai rasa Khas tersendiri di bandingkan dengan dodol dari daerah yang lain. Bahkan katanya juga Dodol Garut itu sendiri merupakan salah satu komoditas produk makanan khas daerah yang mampu mengangkat citra Kabupatn Garut itu sendiri karena diklaim sebagai daerah penghasil Dodol dengan kualitas tinggi dan aneka ragam jenis Dodol yang dihasilkannya.

Kalau masalah Dodol Garut sih semua orang pasti mengakui bahwa itu memang makanan Khas Garut. Nah, terus.. apa hubunganya dengan Eceng Gondok?

Kalau masalah Eceng Gondok, semua orang pasti juga tahu dengan tumbuhan air berwarna hijau yang seringkali kita temui di permukaan sungai yang berarus pelan atau danau. Dimana kebanyakan orang Eceng gondok seringkali dianggap masalah, salah satunya karena Mengurangi keindahan panorama danau atau sungai. Nah terus apa hubunganya dengan Kota Garut?

Kita tahu sendiri kan, akhir-akhir ini di Garut lagi terkena masalah yang merusak citra kota Garut itu sendiri. Dan semua itu tadi disebabkan oleh si Eceng Gondok. Uuupz salah, maksudnya si Aceng Gondok. Hal ini kan memang, yang lagi terjadi di kota Garut? Kota yang awalnya tenang dan baik-baik saja, tiba menjadi sorotan media karena kesalahan yang dilakukan oleh sang pemimpin sekaligus panutan, dan pembawa aspirasi rakyat yakni Sang Bupati, Aceng Fikri.

Apa yang dilakukan Sang Bupati Garut, Aceng Fikri inilah yang bisa diibaratkan sebagai tumbuhan Eceng Gondok tadi, yang seharusnya sebagai panutan rakyat yang seyogyanyabisa seperti kelebihan yang dimiliki si Eceng Gondok tadi, yakni bisa digunakan sebagai pupuk organik ketika sudah terurai karena kaya asam humat (“pengayom yang bisa memajukan dan memberikan yang terbaik untuk Daerah dan Rakyatnya dengan kekayaan ilmu yang dimilikinya, karena rakyat sudah memilih dan menaruh harapan yang besar kepadanya”). Namun, apa yang itu yang terjadi?

Dengan kekuasaan yang dimilikinya justru bukan untuk kepentingan rakyat dan daerahnya, namun untuk kepentingan dirinya sendiri dengan mencoreng wajah kabupaten Garut dengan skandal nikah kilat dengan perempuan berusia 18 tahun bernam Fany Octora, karena dia beranggapan setelah menikah ternyata dia baru mengetahui bahwa si Fany ini sudah tidak perawan lagi, kemudian dia menceraikanya hanya lewat pesan singkat. Sungguh hal inilah yang sangat melukai hati masyarakat Garut yang telah memilihnya sebagai pemimpin mereka. Sebagai seorang pejabat public tak seharusnya dia melakukan hal seperti ini. Di tambah lagi peryataanya yang pernah diutarakanya bahwa dia mengibaratkan seorang perempuan layaknya kaos yang rusak. Apa kata-kata seperti ini pantas diucapakan oleh seorang pemimpin?

Hal itulah yang sangat tak diduga-duga. Seorang pejabat public bisa melakukan tindakan seperti itu. Dan ini juga yang akhirnya mencoreng nama dan citra baik dari daerah Garut sendiri. Jika saya boleh mengibaratkan tentang hal yang dilakukan Bupati Garut, Aceng Fikri ini yang menikah singkat selama 4 hari (tanpa bermaksud menghina atau melecehkan pihak tertentu), bagaikan “ Dodol Garut yang rasanya enak dan khas tanpa tambahan bahan pengawet, yang asli buatan masyarakat Garut, tapi karena Bupatinya sendiri yang membuat maka, Dodolnya tak begitu enak dan hanya bisa bertahan samapi 4 hari saja”.

Jadi, mungkin warga Garut yang bangga akan kekhasan dari daerahnya, gara-gara tingkah Bupatinya yang tak pantas ini, pasti mereka sangatlah kecewa terhadap pemimpin yang telah dipilihnya. Dan mungkin juga para kaum perempuan daerah Garut juga merasa tersinggung dan dihina dengan apa yang dilakukan Aceng Fikri ini. Maka, pantaslah wajar, jika warga Garut meminta Aceng Fikri untuk di hukum dan di copot dari kursi Bupati Garut yang didudukinya. Dan memang itu ganjaran yang pas untuk Aceng Fikri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun