Mohon tunggu...
Nurul Khawari
Nurul Khawari Mohon Tunggu... Koki - Juru ketik, tinggal di Kartasura, Solo

http://www.facebook.com/nkhawari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyulam Solidaritas di Pasar Klewer Solo

29 Mei 2012   08:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:38 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pasar Klewer merupakan salah satu pasar legendaris di Kota Solo. Seakan tidak lengkap mengunjungi Solo jika tidak mampir ke Pasar Klewer. Terbentuk karena secara fisik pedagangnya seringkali menata dan menawarkan dagangan dengan tidak rapi alias Kleweran di pasar yang dulu dikenal sebagai Pasar Slompret. Namun kini Pasar Slompret yang telah beralih nama menjadi Pasar Klewer menjadi pasar dengan perputaran uang yang cukup fantastis.

Bangunan Pasar Klewer terdiri dari dua bagian. Yaitu bangunan lama yang terdiri dari dua lantai di bagian barat gapura Klewer yang dibangun pada tahun 1970 dan bangunan baru yang berada di timur gapura Klewer yang berbatasan langsung dengan Siti Hinggil Kraton Surakarta yang dibangun pada tahun 80-an. Mengingat usia bangunan yang sudah cukup lama (setidaknya berusia diatas 30 tahun), barangkali renovasi memang mendesak untuk segera dilakukan untuk menghindari kerusakan yang lebih parah. Namun bagaimana mekanisme dan strategi pemerintah kota, ini hal yang yang harus dipertanyakan mengingat pembangunan pasar selalu berujung pada masalah yang sensitive, karena menyangkut banyak kepentingan.

Pasar Klewer merupakan tempat bernaungnya ribuan pedagang. Menurut informasi yang diperoleh penulis, Pasar Klewer memiliki memiliki 1370 kios dan dalam perkembangnnya terus bertambah hingga menjadi 2024 kios. Namun jumlah pedagang yang terlibat jauh lebih banyak dari jumlah kios yang ada. Selain pedagang yang menempati kios kios tersebut, terdapat juga pedagang oprokan yang menempati lorong lorong pasar yang secara kuantitas jumlah mereka cukup besar. Ribuan pedagang tersebut setiap hari melakukan transaksi dengan pedagang yang sudah menjadi pelanggan mereka dari berbagai penjuru kota. Melakukan perubahan pasar berarti akan memungkinkan terjadinya pergeseran pelanggan yang telah lama mereka jalin.

Karena faktor strategis inilah sehingga setiap kebijakan yang akan diterapkan di Pasar Klewer untuk mencari solusi terkait renovasi Pasar Klewer seringkali berujung polemik. Bila tidak disikapi secara bijak, polemik ini akan memunculkan konflik yang lebih luas dan tentu saja tidak produktif. Perbedaan pendapat dan cara pandangan atas urusan kebijakan publik harus diselesaikan dengan arif melalui energi solidaritas atau modal modal sosial yang terdapat dalam suatu pergaulan masyarakat, termasuk pergaulan masyarakat Pasar Klewer.

Solidaritas di Pasar Klewer
Pasar Klewer sebagai salah satu pasar tradisional paling produktif diantara 38 pasar tradisonal lain yang ada di kota Solo memiliki peran yang sangat penting. Selain sebagai pasar sandang terbesar, didalam Pasar Klewer terdapat pertemuan tiga etnis besar yang ada di Kota Solo, yaitu etnis China, Etnis Jawa dan Etnis arab. Masing masing etnis tersebut terkonsentrasi kedalam blok blok tertentu namun diantaranya tumbuh solidaritas sosial yang cukup kuat.

Studi solidaritas sosial di Pasar Klewer dilakukan oleh Ratna Devi (2007), menurutnya solidaritas sosial yang terjadi diantara pedagang Pasar Klewer terdiri dari enam point penting. Yaitu Partisipasi dalam jaringan, Resiprocity, Trust, Norma sosial, Nilai-nilai, dan Tindakan Proaktif. Secara teori, menurut Albert Putnam, faktor faktor tersebut adalah pembentuk modal sosial . Modal sosial merupakan energi positif yang tumbuh dari dalam komunitas sosial.

Enam point pembentuk modal sosial terdapat di Pasar Klewer, baik yang terjadi dalam satu etnis yang sama maupun solidaritas lintas etnis. Misalnya saja dalam etnis China, solidaritas ditunjukkan dalam melakukan interasi diantara sesama etnis yang tergabung dalam organisasi jaringan seperti Hoohap dari Hokian, Fujing dari Fujing, Perhakat dari Haka dan sebagainya. Dalam masyarakat Arab nilai solidaritas terbangun melalui forum forum silaturahmi dalam acara acara tertentu. Misalnya pertemuan dalam acara pernikahan atau pengajian yang sering didalamnya terdapat tradisi yang mereka sebut sebagai “Samer”. Dalam acara perhelatan seperti ini seringkali terbentuk syirkah atau kerjasama yang didasari dengan nilai saling menguntungkan.

Etnis Jawa sebagai etnis mayoritas yang ada di Pasar Klewer membangun solidaritas mereka melalui forum forum daur kehidupan. Forum daur kehidupan seperti perayaan pengantin, kelahiran nanak dan berbagai selamatan lainnya sering menjadi ajang bagi masyarakat Pasar Klewer untuk membangun silaturahmi dan ikatan solidaritas. Disana mereka bertemu tidak hanya untuk membicarakan urusan bisnis. Namun mereka seringkali membicarakan hal hal lain diluar urusan bisnis. Namun disinilah tumbuh rasa saling memiliki, saling terikat yang menjadi modal utama terbentuknya jaringan dan solidaritas antar pedagang.

Etnis jawa yang kebanyakan menjadi pedagang oprokan di Pasar Klewer dengan jumlah terbesar ini memiliki peran paling kuat untuk menjalin solidaritas lintas etnis. Karena pada momentum pertemuan daur kehidupan ini pada kenyataannya tidak hanya diikuti oleh satu etnis tertentu saja, namun etnis yang lain seringkali terlibat meskipun sekedar datang atau memperlihatkan rasa empati dan lain sebagainya.

Pola perdagangan yang dilakukan oleh pedagang oprokan memiliki peran cukup signifikan untuk membangun ikatan solidaritas antar pedagang berlatar belakang etnis apapun. Yaitu seringkali pedagang oprokan ini menjadi “kepanjangan tangan” dari pedagang besar yang menempati kios. Pedagang oprokan seringkali mengambil barang dari pedagang besar dengan konsep “ngalap nyaur”. Yaitu sistim perguliran barang dagangan yang sistim pembarannya dan pembayaran dengan cara bergantian secara terus menerus secara berkesinambungan atau lumintu.

Karena berbagai faktor, pedagang oprokan lebih aktiv dalam menawarkan dagangan kepada setiap pengunjung. Pedagang oprokan mengambil barang kepada pedagang besar yang pada umumnya memiliki kios. Secara tidak langsung pedagang oprokan juga menghubungkan antar pedagang besar yang ada disana. Pola seperti ini didasari oleh rasa saling percaya dan kesadaran berdasarkan norma saling menguntungkan. Pedagang oprokan menjadi semacam “penyulam solidaritas” antar pedagang. Berbagai kepentingan pedagang bisa terakomodasi sehingga win win solution terjadi dalam ruang bisnis tersebut. Meskipun kompetisi tetap tumbuh diantara mereka, namun berkat sulaman pedagang oprokan lahirlah solidaritas antar pedagang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun