Mohon tunggu...
Panji Saputra
Panji Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Makelar Kopi

Sunyi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Into the Wild, Usaha Pencarian Eksistensial Manusia yang Berujung Sia-sia

29 November 2021   01:04 Diperbarui: 29 November 2021   01:14 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chris seorang yang sederhana dan lebih mementingkan esensi ketimbang citra (yang palsu dan semu) ini tercerminkan dalam sebuah acara wisuda, yang di mana saat nama Chris keluar sebagai mahasiswa dengan lulusan terbaik (Cum Luade), tampak Chris berlari ke atas panggung, basa-basi sedikit (karena tuntutan formalitas), dan segera turun dengan cara sebagaimana ia naik.

Dan saat orang tuanya (selanjutnya disebut ortu) berencana merayakan kelulusan Chris disebuah restoran mewah, dan ingin menghadiahkan Chris mobil baru sebagai rasa bangga kedua ortunya kepada Chris yang lulus dengan hasil yang membanggakan. Akan tetapi Chris menolak pemberian ortunya. Mobil lamanya masih layak, masih berfungsi dengan baik, dan ia tidak perlu mengiakan niat dari kedua ortunya yang ketika berada diluar bertindak sok akur. Chris menyadari sikap kedua ortunya yang penuh kepura-puraan itu. Dan ia tak butuh mobil baru. Ia muak dengan kebahagiaan keluarganya yang terlalu dibuat-buat, dan penuh dengan sandiwara. 

Yang ada dikepalanya adalah mencari kebahagiannya sendiri dengan melakukan petualangan ke hutan Alaska, menghindari hiruk pikuk masyarakat perkotaan dengan budaya konsumerisme yang minim ensensi, dan bagaimana menjalani kehidupan paling purba dalam sejarah manusia. Menjadi manusia bebas, tanpa kartu identitas, ATM, harta, tahta, gelar, dan produk masyarakat lainnya. 

"Untuk bisa tahu betapa penting dalam hidup, bukan untuk menjadi lebih kuat tapi untuk merasa kuat, untuk mengukur kemampuan diri, setidaknya sekali saja, untuk tahu rasanya berada dalam hal paling purba dari sejarah manusia, menghadapi kebutaan dan ketulian sendiri tanpa apapun yang membantumu, kecuali tangan dan kepalamu sendiri." Christoper MacCandless

Usaha Chris dalam menemukan eksistensi hidup inilah yang mendorongnya untuk melakukan petualangan ke hutan Alaska. Bahwa di sana (hutan Alaska), ada kebebasan, dan kebahagiaan yang hakiki. Ini semacam adagium Sartre, bahwa "eksistensi mendahului esensi". Bahwa, satu kesia-siaan dapat mengenal esensi dari kebebasan kalau kita tidak mengalami kebebasan itu secara langsung. Satu pandangan yang kontrans dengan ungkapan Camus yang terkenal dalam Minotaur (1939): "Kalau kita ingin mengenal Dunia, kita harus kita harus menyingkir darinya".

Keberadaan  inilah yang menjadi landasan dan titik pijak dalam filsafat eksistensialisme. Mulai dari Kierkegaard sebagai peletak awal filsafat eksistensialisme, hingga Sartre, dan Camus yang berani menerobos labirin eksistensial manusia yang terselubungi kabut. Dalam pengertian yang lebih umum, bahwa eksistensialisme selalu mengenai pencarian akan hakikat dari keberadaan sesuatu, yang dalam hal ini ialah manusia itu sendiri.

Manusia yang selalu mencari keberadaannya dengan menentukan dirinya melalui kesadaran, ialah pembeda dengan adaan-adaan yang lain. Ia yang ada untuk dirinya sendiri, sehingga ia memiliki kebebasan tak yang berujung dalam mencari dan menentukan dirinya. Sama halnya Sartre yang percaya bahwa keberadaan manusia sama dengan keberadaan alam semesta yang hadir begitu saja tanpa landasan absolut. 

Maka, manusia belum bisa mencapai hakikat asalinya sebelum ia mati. Dan selama ia berada dalam masa-masa mencapainya itu, pencarian tak larut dalam rupa pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang tak perna menepi. Ia terus bergerak selama manusia meruang dan mewaktu.

Akan tetapi, manusia adalah mahluk yang keras kepala dan selalu menghasrati untuk menjawab dan menjelaskan satu keberadaan yang berada di luar dirinya yang terselubungi kabut. Misalnya saja, Chris yang dalam perjalanannya menuju Alaska, selalu mencobah menjawab permasalahan setiap orang yang ia temui, meskipun ia sendiri sadar bahwa ia masih dalam proses pencarian dari eksistensinya sendiri. 

Yang jawaban itu nanti ia dapati dan sadari di penghujung nafas terakhirnya yang dimana, alam ternyata lebih kejam dan tak perna peduli sama sekali. Bahwa usahanya dalam menemukan kebebasan untuk mencapai kebahagiaan adalah sesuatu yang sia-sia apabila hanya dinikmati sendiri. 

Yang hakikatnya, kebahagiaan hanya akan nyata apabila dibagi-bagi. Meskipun demikian, Chris tetap menerima takdirnya dengan lapang, bahwasanya setiap keputusannya untuk menjadi bebas harus diterima dengan konsekuensi-konsekuensi yang tak bisa dikompromi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun