Pada tahun 1906, kiranya dua tahun sebelum Boedi Oetomo berdiri, Minke terlebih dahulu menjadi pelopor organisasi pribumi pertama yang ia namai Sebagai Sarikat Priyayi, yang kemudian berubah menjadi Sarekat Dagang Islam lewat perenungan panjangnya dalam mengakomodir berbagai kalangan.
Ini menunjukkan bagaimana cara Minke dalam menumbuhkan sikap nasionalisme dalam mengwujudkan cita-cita kemerdekaan. Misalnya dalam satu pernyataannya, "Bicara tentang nasionalisme harus melalui pendidikan yang agak lama" (Minke, Jejak Langkah, 695).
Pada satu sisi, kita diperlihatkan bagaimana peran perempuan juga ikut mempengaruhi Minke dalam perjalanannya mengusir kolonial. Mulai dari Nyai Ontosoroh yang merupakan bunda sekaligus guru agungnya, Ibunda tercintanya yang sering mengingatkannya agar tetap menjadi seorang Jawa, bukan Jawa dengan otak kolonial yang ikut-ikutan menindas, Annelies yang ia sebut sebagai Bunga Akhir Abad karena kecantikan fisik dan pikirannya, sampai Meimei, gadis perawakan Cina yang tergabung dalam satu organisasi perlawanan Tionghoa, yang buat Minke sadar akan pentingnya sebuah organisasi.
Soekarno memang selalu benar soal perempuan, "setiap lelaki hebat, ada perempuan hebat dibelakangnya". Yang jomblo jangan terprovokasi, ini hanya statement. Kalian tetap hebat dengan kejombloaan kalian. Hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H