Mohon tunggu...
Panji Saputra
Panji Saputra Mohon Tunggu... Freelancer - Makelar Kopi

Sunyi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Sosok Saiyid Habib Saggaf bin Muhammad Al Jufri Lewat Muridnya

4 Agustus 2021   11:22 Diperbarui: 5 Agustus 2021   05:14 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar bersumber dari postingan di fanpage facebook Alumni AlKhairaat.

Lantunan yasin dan tahlil menggema hampir di setiap daerah. Kabar duku datang dari Palu. Cucu dari pendiri AlKhairaat, Habib Saggaf bin Muhammad Al Idrus, berpulang menjumpai sang kekasih (Allah SWT), sebagaimana kekasihnya yang lain.

Sebagaimana kata pepatah, "buah tidak jatuh jauh dari pohonnya," berlaku juga pada Habib Saggaf Al Idrus.

Kita tahu bahwa Habib Idrus bin Salim Al Jufri (atau para muridnya sering menyapa dengan sapaan Guru Tua) sebagai ulama yang karismatik, penuh kasih sayang dalam mendidik murid-muridnya, memiliki kelebihan yang berikan oleh Allah SWT pada orang-orang yang soleh, atau biasa kita sebut dengan karomah yang banyak dituturkan oleh murid-muridnya langsung.

Begitu pula Habib Saggaf Al Jufri (cucu dari Guru Tua), sebagai pimpinan utama AlKhairaat ini, adalah kesedihan mendalam bagi murid-muridnya yang ditinggalkan di manapun mereka berada.

Adalah hal yang wajar apabila kalian menemukan pamflet-pamflet yang berisikan kabar duka dari seorang ulama di hampir setiap stori WA, status facebook, maupun Instagram. Sebab, setiap guru, ulama yang berpulang sudah sepantasnya kita mendoakan mereka.

Saiyid Habib Saggaf bin Muhammad Al Jufri, wafat pada selasa, 3 Agustus 2021, sekitar pukul 15:50 WITA di Rumah Sakit AlKhairaat, Palu.

Sebagaimana Guru Tua, Habib Saggaf Al Jufri juga sangat gigih dalam menimba ilmu dan mengamalkannya. Ia menyelesaikan pendidikannya di Muallimin Alkhairaat di Palu, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir tahun 1959 dan meraih gelar sarjana pada 1963, kemudian melanjutkan ke Strata Dua di universitas yang sama, dan lulus tahun 1967.

Setelah kembali dari Al Azhar, Habib Saggaf Aljufri membaktikan diri dan ilmunya untuk Alkhairaat. Beliau juga aktif berdakwah di seluruh pelosok Tanah Air, sekaligus mendirikan madrasah Alkhairaat.

Meskipun di usia yang sudah sangat senja, Habib Saggaf tidak pernah meninggalkan dakwahnya. Beliau terus berdakwah di masjid dan di beberapa wilayah di Tanah Air seperti Ternate, Kalimantan, juga beberapa kali mengunjungi AlKhairaat Bintauna.

Meski belum bisa dikatakan sebagai alumni AlKhairaat, lebih tepatnya sempat, saya cukup merasakan dedikasi dan kasih sayang Guru Tua lewat ustadz maupun ustaza yang mengajar di AlKhairaat Bintauna, dan mendengarkan karomah-karomah Guru Tua yang dikisahkan oleh mereka maupun teman-teman saya.

Salah satunya, sahabat saya yang akrab dengan sapaan Dede, setelah selesai membacakan yasin dan tahlil untuk Habib Saggaf bin Muhammad Al Jufri, menceritakan kisahnya waktu mondok di AlKhairaat Palu.

Dede adalah murid langsung dari Saiyid Habib Saggaf AlJufri, yang menurut pengakuannya masih belum bisa dikatakan sebagai santri yang baik sebab masih suka membangkang.

Meski sekilas, bagi saya ia adalah murid yang cukup baik. Sikap tawadunya mencerminkan ketawaduan gurunya.

"Huuu," Dede membuang nafas panjang setelah selesai memimpin pembacaan yasin dan tahlil bagi gurunya.

"Saya ingat waktu saya di pondok," Dedi memulai kisahnya sebagai murid "saya adalah murid yang tergolong nakal, tempat duduk saya selalu di belakang, dan yang di belakang itu adalah tempat tempat saya dan teman-teman saya."

"Dan ini ternyata diperhatikan oleh Habib Saggaf dan kami dipindahkan paling depan." 

"Tetapi saya menolak untuk dipindahkan," ujar Dede penuh dengan penyesalan.

"Setelah kejadian itu, malamnya saya bermimpi didatangi Habib Saggaf agar saya menemuinya di ruangannya"

"Besoknya, dengan penuh rasa penasaran, cemas yang bercampur aduk, saya langsung menemui Habib Haikal (salah satu pengasuh pondok) dan menceritakan mimpi saya"

"Habib Haikal sontak kaget mendengar cerita saya" tutur Dede dengan dialek Manado.

"Cepat kamu ke ruangannya dan menemuinya!" Seru Habib Haikal "kamu paati terlebat masalah".

Saya jumpai Habib Saggaf lagi duduk di ruangannya dengan tenang dan penuh karismatik. Mengucapkan salam dan mencium tangan Habib Saggaf sambil menerka-nerka apa kiranya maksud dari mimpi saya semalam.

"Iqra!" seru Habib Saggaf dengan telunjuk yang mengarah pada salah satu kitab.

Kitab Matn Al jurumiyyah, karangan al-Imam ash-Shanhaji. Salah satu kitab dasar gramatikal Arab yang cukup tipis tapi butuh bimbingan untuk bisa membacanya. Kalau macam saya ini, yang huruf Arabnya saja sudah lengkap dengan tanda baca tapi masih juga tidak becus bacanya, membaca kitab ini mungkin mustahil bagi saya. Yang mondoknya saja tidak selesai ini.

"Tapi, Bib...." Sangga Dede dengan penuh cemas dan tidak percaya.

"Iqra!" seruh Habib Saggaf lagi.

"Kalian bayangkan, saya yang tergolong murid yang suka membangkang ini, yang duduknya paling belakang, disuruh baca kitab matan al Ajurumiyah." 

"Tapi dengan terpaksa, saya bisa membaca kitab gundul itu dengan lancar meskipun masih belum menguasainya" tutur dede dengan penuh ekspresi juga intonasi yang pas.

"Itu salah satu karomah Habib Saggaf yang saya alami langsung." 

Saya cukup khidmat mendengar kisah dari salah satu murid Almarhum Saiyid Habib Saggaf bin Muhammad Al Jufri sembari membatin, Subhanallah.

Selamat jalan Guru, Habib Saggaf bin Muhammad Al Jufri. Semoga Allah SWT mengkaruniai rahmat dan kasih sayangnya dan ditempatkan di tempat para alim ulama. Lahul Fatihah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun