Salah satunya, sahabat saya yang akrab dengan sapaan Dede, setelah selesai membacakan yasin dan tahlil untuk Habib Saggaf bin Muhammad Al Jufri, menceritakan kisahnya waktu mondok di AlKhairaat Palu.
Dede adalah murid langsung dari Saiyid Habib Saggaf AlJufri, yang menurut pengakuannya masih belum bisa dikatakan sebagai santri yang baik sebab masih suka membangkang.
Meski sekilas, bagi saya ia adalah murid yang cukup baik. Sikap tawadunya mencerminkan ketawaduan gurunya.
"Huuu," Dede membuang nafas panjang setelah selesai memimpin pembacaan yasin dan tahlil bagi gurunya.
"Saya ingat waktu saya di pondok," Dedi memulai kisahnya sebagai murid "saya adalah murid yang tergolong nakal, tempat duduk saya selalu di belakang, dan yang di belakang itu adalah tempat tempat saya dan teman-teman saya."
"Dan ini ternyata diperhatikan oleh Habib Saggaf dan kami dipindahkan paling depan."Â
"Tetapi saya menolak untuk dipindahkan," ujar Dede penuh dengan penyesalan.
"Setelah kejadian itu, malamnya saya bermimpi didatangi Habib Saggaf agar saya menemuinya di ruangannya"
"Besoknya, dengan penuh rasa penasaran, cemas yang bercampur aduk, saya langsung menemui Habib Haikal (salah satu pengasuh pondok) dan menceritakan mimpi saya"
"Habib Haikal sontak kaget mendengar cerita saya" tutur Dede dengan dialek Manado.
"Cepat kamu ke ruangannya dan menemuinya!" Seru Habib Haikal "kamu paati terlebat masalah".