Kebijakan pembiayaan utang untuk pembangunan infrastruktur dalam kondisi defisit transaksi berjalan yang kronis justru akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi di bawah yang ditargetkan.
Berbeda dengan Indonesia, Malaysia memang menggunakan utang untuk membiayai APBN-nya tapi kondisi neraca perdagangan dan transaksi berjalan selama 10 tahun terakhir positif dan nilainya besar. Â Contohnya neraca perdagangan bulan Mei 2018 surplus sebesar US$ 2 milliar dan neraca transaksi berjalan surplus sebesar US$ 3,7 milliar. Â Kita perlu belajar ke tetangga sebelah Malaysia, kalau mau membangun dengan utang.
Saran saya Menkeu Sri Mulyani jangan terlalu lantang dan terlalu yakin menggunakan keamanan utang dengan ukuran rasio terhadap PDB, tetapi contohlah Malaysia walaupun rasio utangnya terhadap PBD lebih besar dari Indonesia tetapi aman dari gejolak ekonomi eksternal.
Indikator neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan patut dijadikan pertimbangan untuk melakukan ekspansi pembiayaan APBN melalui  utang.  Jepang dan Korea Selatan memiliki nilai positif untuk kedua neraca tersebut, kecuali Amerika Serikat.  Kita bisa maklumi Amerika Serikat demikian, karena negara tersebut memiliki mata uangnya  (dollar) yang berlaku sebagai alat tukar di seluruh dunia.  Kita berutang jangan meniru Amerika Serikat, kita meniru tetangga sebelah Malaysia agar tidak masuk perangkap krisis seperti Turki.
     Â
     Â
Nizwar Syafaat, Ekonom dan  Pengamat Kebijakan Publik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H