Mohon tunggu...
Nizwar Syafaat
Nizwar Syafaat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Proyeksi Ekonomi Indonesia 2020

17 Agustus 2018   22:26 Diperbarui: 17 Agustus 2018   23:09 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berdasarkan data internasional, kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2020 diproyeksikan masih memprihatinkan belum ada perbaikan yang berarti dari kondisi sekarang.  Kondisi ekonomi eksternal mengalami penurunan dibanding kondisi saat ini. Defisit transaksi berjalan (current account) mengalami peningkatan yang signifikan, dan nilai IHSG menurun dibawah 4500 point,  serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah menyentuh di atas Rp 15500.

Kondisi ekonomi dalam negeri, walaupun laju inflasi dapat dikendalikan di bawah 4 %, pengeluaran konsumsi mengalami peningkatan, investasi asing juga meningkat,  namun pertumbuhan ekonomi tidak lebih baik dari sekarang dan pengangguran meningkat.

Kondisi Ekonomi Eksternal 

Indeks harga ekspor mengalami penurunan dari 164 point kondisi saat ini menjadi 155 point pada tahun 2020, lebih tinggi dibanding penurunan indek harga impor dari 147.32 point menjadi 147 ponit.  Walaupun demikian, neraca perdagangan pada tahun 2020 diperkirakan mengalami surplus US$ 300 juta dibanding kondisi saat ini mengalami defisit US$ 2,3 million.

Kunjungan turis mancanegara meningkat dari 1.3 juta orang saat ini menjadi 1.5 juta orang.  Investasi Langsung Asing (FDI) juga mengalami peningkatan dari Rp 95.70 trilliun menjadi Rp 134 trilliun.  Kedua sektor tersebut  memberikan kontribusi pada pemasukan devisa negara.

Utang luar negeri Indonesia meningkat dari US$ 352247 miliion saat ini menjadi US$ 377248 million.  Peningkatan utang tersebut akan menekan neraca transaksi berjalan akibat pembayaran cicilan pokok dan bunga menguras devisa.

Walaupun ada perbaikan neraca perdagangan, peningkatan pemasukan devisa dari turis mancanegara, investasi langsung asing, namun pengeluaran devisa ke luar negeri ternyata jauh lebih besar seperti untuk pembayaran bunga utang pemerintah maupun sawsta, pembayaran jasa-jasa dan lainnya menyebabkan defisit transaksi berjalan (current account) mengalami peningkatan dari US$ 17.3 million pada awal tahun 2018 menjadi US$ 25.2 million pada tahun 2020.

Kondisi defisit transaksi berjalan yang besar menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar mengalami pelemahan yang sangat dalam dari  Rp 13385 awal tahun 2018 menjadi Rp 15512 pada tahun 2020. Juga nilai IHSG menurun dari 5784 point kondisi saat ini menjadi 4420 point pada tahun 2020.

Kondisi Ekonomi Domestik 

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, sampai tahun 2020 pemerintah masih menganut APBN ekspansif dengan defisit sekitar Rp 300 trilliun menyebabkan persentase utang pemerintah terhadap GDP membengkak dari 29% tahun 2018 menjadi 35% atau sekitar Rp 6243 trilliun.

Pengeluaran konsumsi meningkat dari Rp 1395 trilliun pada tahun 2017 menjadi Rp 2895 trilliun pada tahun 2020. Investasi Langsung Asing (FDI) meningkat dari Rp 95.70 trilliun tahun 2017 menjadi Rp 134 trilliun tahun 2020. Inflasi dapat dikendalikan secara konsisten di bawah 4% dari 3.18% kondisi saat ini menjadi 3.80% pada tahun 2020.

Walaupun komponen pertumbuhan ekonomi sampai tahun 2020 mengalami peningkatan, namun karena nilai tukar rupiah mengalami penurunan dan merusak sendi pertumbuhan ekonomi, maka pencapaian pertumbuhan ekonomi tidak lebih baik dari sekarang hanya sebesar 5.1% dan penganguran meningkat dari 6.9 juta orang menjadi 7.5 juta orang.

Uraian di atas memberikan gambaran dan pemahaman kepada kita bahwa apabila petahana tetap memimpin pemerintahan lagi sampai tahun 2024 dengan tingkat laku pengelolaan ekonomi seperti sekarang, maka kondisi ekonomi tidak akan lebih baik dari sekarang seperti proyeksi di atas. Semuanya tergantung kepada rakyat, apakah rakyat menghendaki perubahan ekonomi  atau tetap seperti sekarang...... pilpres 2019 rakyat memilih. 

Nizwar Syafaat, Ekonom dan Pengamat Kebijakan Publik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun