Mohon tunggu...
Nizwar Syafaat
Nizwar Syafaat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pelajaran Pepatah Madura, "Lebih baik Putih Tulang daripada Putih Mata"

16 Agustus 2018   17:11 Diperbarui: 27 Juli 2022   08:57 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Kegagalan Mahfud sebagai Cawapres di detik terakhir pengumuman yang dilakukan oleh Jokowi sebagai Capres (untuk uraian selanjutnya posisi dan tindakan Jokowi bukan sebagai Presiden tapi sebagai Capres, agar tulisan ini tidak dijadikan delik penghinaan terhadap Presiden) merupakan kejadian yang tragis dan memalukan, bukan hanya menimpa Mahfud seorang diri tapi menimpa seluruh masyarakat Indonesia terutama masyarakat yang menjunjung tinggi kepatutan dan etika. 

Masyarakat dipertontonkan kejadian yang tidak patut dari sudut pandang moral masyarakat Indonesia, bahkan mungkin moral seluruh masyarakat dunia. Kejadian yang menimpa Mahfud adalah kejadian ynag telah menjadi milik masyarakat (publik) Indonesia dan perlu dibahas menurut ukuran moral publik Indonesia agar ke depan, kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

Saya menggunakan ukuran moral Pancasila sebagai ukuran kepatutan dan pepatah Madura sebagai berikut: "Ango'an apote tolang (lebih baik putih tulang) etembang (daripada) apote matah (putih mata)", artinya lebih baik mati daripada menanggung malu.  

Jika dipermalukan, dinistakan, terutama yang berkenaan dengan harkat dan kehormatan serta harga dirinya, maka apapun akan dilakukan untuk membela kehormatan dan harga dirinya, bahkan kalaupun harus kalah dan mati itu lebih terhormat daripada menanggung malu harga diri dan kehormatan diinjak-injak.

Dari beberapa informasi dari media atau lainnya yang saya peroleh, penolakan seluruh Ketum parpol pengusung terhadap Mahfud, menurut pendapat saya, adalah hal yang wajar karena Mahfud tidak memiliki kontribusi yang sangat signifikan terhadap pemerintahan saat ini (tidak berdarah-darah).  

Di pihak lain, mungkin Mahfud beranggapan dan meyakini kebenarannya bahwa para Ketum parpol pengusung menyerahkan pilihan cawapres kepada Jokowi seperti yang diberitakan di beberapa media massa, sehingga Mahfud mau menerima tawaran dari Jokowi melalui Pratikno dan Teten Maduki.  

Keduanya telah memberikan info detail pendaftaran ke KPU naik motor dibonceng Jokowi.  Pramono Anung minta CV dan ajudan Presiden minta ukuran baju untuk dipakai besok harinya ke KPU.

Para parpol pengusung dan pendukung Jokowi sebagai Capres mengatakan bahwa keputusan Cawapres ditentukan rapat di Menteng beberapa saat sebelum pengumuman.  Bagi saya, pernyataan ini masih menyisakan pertanyaan.  

Hari Rabu pagi, satu hari sebelum pengumuman, Jokowi dan Romy mengatakan bahwa inisial cawapres Jokowi adalah M dalam listing  10 orang (mungkin Mahfud atau Ma'ruf). 

Menurut analisis saya karena yang mengumumkan berdua, pastilah inisial M itu adalah satu orang dan sudah menjadi keputusan para ketum parpol pendukung.  Karena Romy bagian dari ketum parpol pendukung maka tidak mungkin itu Mahfud, sudah dapat dipastikan itu adalah Ma'ruf (Subhanallah hanya Allah yang Maha Tahu). 

Versi Jokowi kepada Mahfud bahwa pada kamis sore para Ketum Parpol pengusung menghadap saya dengan menyodorkan calonnya masing-masing.  Jokowi bilang ke Mahfud, saya bukan ketua partai sehingga saya dalam posisi sulit.

Menurut analisis saya, rapat cawapres di Menteng antara Jokowi dengan para Ketum dan Sekjen Partai pengusung dan pendukung mungkin benar adalah penentuan cawapres tapi sangat mungkin sudah didahului oleh kesepakatan yang sudah bulat sebelumnya, karena saya tidak melihat ketegangan di wajah setiap kedatangan para ketum dan sekjen partai (Subhanallah hanya Allah yang Maha Tahu).

Saya tidak akan membahas dan menganalisis lebih lanjut tentang hal tersebut.  Tapi kalau memang keputusannya Mahfud diganti oleh Ma'ruf dan dihasilkan dalam rapat di Menteng, maka akan sangat patut apabila Jokowi mengumumkan pada pagi harinya sekaligus ke tempat pendaftaran di KPU.  Mungkin drama tidak patut ini tidak setragis yang telah terjadi.

Saya sangat menyesal Mahfud membuka aib orang walupun itu lawannya di ILC karena itu tidak beguna dan menyalahkan orang lain serta menimbulkan fitnah.  Yang perlu disalahkan adalah Jokowi sebagai orang yang menawarkan Mahfud jadi cawapres tapi oleh Mahfud tindakan Jokowi tersebut  dimaklumi. Ini yang saya tidak bisa mengerti.   Romy, Cak Imin, Said Agil, Ma'ruf tidak perlu disalahkan karena mereka lawan. 

Menurut saya mereka berbuat seperti itu ke Mahfud adalah wajar sebagai lawan. Namun demikian ada pernyataan Said Agil yang tidak patut seperti Mahfud bukan kader NU.  Sejak lahir Mahfud itu sudah NU.  Dia dilahirkan di kota Sampang. Kecamatan Omben sarangnya NU. Sedangkan pernyataan Romy yang membuat Mahfud tersinggung menurut saya hanya salah tafsir saja diantara keduanya.   

Nah di sini terlihat,  ucapan para Ketum partai pengusung bahwa cawapres ditentukan oleh Jokowi hanya bualan belaka dan Jokowi sebagai Capres tidak memiliki kemandirian.  Ini sesuai dengan pengakuan Jokowi sendiri kepada Mahfud.

Dengan berpegang teguh kepada ukuran moral Pancasila dan pepatah Madura di atas, maka saya menyarankan agar Mahfud memaafkan Jokowi dan tetap teguh silaturahmi serta meninggalkan istana dan menginjak istana kembali setelah Jokowi keluar dari istana.  

Namun demikian semuanya terpulang kepada Mahfud sendiri.   Tulisan ini hanya sebagai pelajaran bagi kita semua yang menjunjung tinggi Pancasila dan budaya lokal seperti pepatah di atas..... Semoga kejadian yang sama tidak terulang lagi di masa yang akan datang.  

Nizwar Syafaat, Ekonom dan Pengamat Kebijakan Publik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun