Mohon tunggu...
M NizarTaufiqurrahman
M NizarTaufiqurrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa Universitas Airlangga yang berumur 18 tahun. Seiring saya menjalani kuliah, saya ingin mencari berbagai pengalaman, entah itu di dalam kampus maupun di luar kampus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kampung 1001 Malam, Kampung Tertinggal yang Penuh Harapan

25 Juni 2022   16:02 Diperbarui: 25 Juni 2022   16:03 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Surabaya yang dikenal sebagai Kota Pahlawan adalah ibukota provinsi Jawa Timur. Sebagai kota yang menyandang "ibu kota provinsi", pembangunan infrastruktur kota Surabaya bisa dikatakan lebih maju daripada kota maupun kabupaten yang ada di Jawa Timur. Saat matahari masih bersinar, kota Surabaya tampak asri dengan banyak pepohonan di sekitar. Saat malam pun kota Surabaya masih terlihat terang karena gemerlap lampu yang tersebar di sepanjang jalan. Beberapa hal tersebut yang membuat kota Surabaya nyaman dihuni bagi masyarakatnya.

Dibalik pembangunan infrastruktur kota Surabaya yang bagus, ada salah satu kampung yang tidak terkena cipratan pembangunan tersebut. Nama kampung tersebut adalah kampung 1001 Malam. Kampung 1001 Malam terletak di pinggir hingga di bawah tol Dupak-Gresik. Awal mula diciptakannya Kampung 1001 Malam ini pada tahun 1999 oleh Bapak Bejo. "Awal terbentuknya Kampung 1001 Malam itu di tahun 1999 yang mendirikan itu Bapak Bejo selaku sesepuh Kampung 1001 Malam, dan yang menamakan Kampung 1001 Malam itu adalah Bapak Bejo juga" tutur Ibu Wanti dalam wawancara project EPNC pada tanggal 11 Juni 2022. Dikatakan kampung 1001 Malam dikarenakan dahulu kampung ini masih belum dimasuki aliran listrik dan akses menuju kampung harus melalui kolong tol Dupak-Gresik yang membuat gelap gulita saat siang maupun malam.

Warga Kampung 1001 Malam harus bertahan serta beristirahat dengan rumah-rumah kecil di samping maupun di bawah jalan tol Dupak-Gresik. Tak peduli siang atau malam, mereka harus hidup berdampingan dengan bisingnya jalan. Namun, semua itu tak mempengaruhi rasa kekeluargaan di sana. Rasa persatuan dan kekeluargaan mereka sangatlah hangat. Rasa semangat mencari nafkah pun sangat terasa meskipun hanya sebatas pengamen, pemulung, dan buruh. Dikarenakan kondisi ekonomi yang rendah, banyak pelajar Kampung 1001 malam harus terpaksa memutus sekolahnya. Biasanya, mereka lanjut membantu orang tua mereka untuk mencari nafkah.

Bu Wanti selaku humas dari Kampung 1001 Malam berharap anak-anak masih tetap lanjut pendidikannya sampai perguruan tinggi. Karena menurut beliau, meskipun anak-anak Kampung 1001 Malam memiliki kehidupan yang kurang layak, mereka juga bisa mendapat pendidikan yang tinggi dan akhirnya sukses. Bu Wanti berharap anak-anak Kampung 1001 Malam tidak patah semangat dan terus berjuang demi meraih kesuksesan agar mereka dapat mengangkat perekonomian keluarganya dan mendapatkan kehidupan yang layak. Selain berharap kepada anak-anak, ibu Wanti juga berharap agar Pemerintah Kota Surabaya memperhatikan Kampung 1001 Malam. Karena saat ini Kampung 1001 Malam masih belum terdata secara resmi sebagai salah satu hunian di kota Surabaya. Semoga semua harapan ibu Wanti bisa terkabulkan dan Kampung 1001 Malam menjadi lebih maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun