Dipraktikkan oleh 3% dari total populasi Indonesia, dengan 83,46% di Bali dan 3,78% di Sulawesi Tengah menurut Sensus Penduduk Indonesia 2010. Setiap warga negara Indonesia wajib menjadi anggota terdaftar dari salah satu komunitas agama yang diakui pemerintah Indonesia (Islam, Protestan, Katolik, Buddha, Hindu atau Konghucu).
Kali ini saya akan mewancarai teman saya sendiri yakni Mas Wahyu Tri. Dia adalah teman dekat saya dari dulu waktu kita LES Matematika, IPS, IPA, Dan Bahasa Inggris ditambah lagi kita satu desa. Di desa saya Kedunggebang, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi rata-rata masyarakatnya memeluk agama Islam, Kristen, dan Hindu.
Yg paling dominan ialah Islam dengan Hindu karena daerah kita juga dekat dengan Alas Purwo jadi agama Hindu di desa saya masih sangat melekat. Dan agama Islam masuk di daerah saya itu sekitar tahun 1947 jadi agak lebih baru ketimbang pemeluk agama hindu di daerah saya dan agama Kristen baru masuk didaerah saya sekitar tahun 1990.
Saya dan Mas Wahyu sedikit berbincang mengenai agama Hindu mengenai praktik agamanya, Dewa kepercayaan yang dianut, Hari raya apa saja, serta Kitab agama Hindu. Ketika saya tanya tentang Dewa kepercayaan yang dianut Dia menjawab ada 3 yakni : Brahma, Wisnu, dan Siwa. Yang mana Dewa Brahma sebagai sang pencipta, Dewa Wisnu sebagai sang pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai sang pelebur.
Kemudian saya bertanya "apakah agama Hindu juga mempunyai Kitab sebagai acuan ajaran agamanya?" Mas Wahyu menjawab tentu saja Kitab itu bernama Kitab Wedha. Di dalam Kitab tersebut menjelaskan tentang dasar-dasar agama Hindu. Kemudian saya bertanya tentang praktik agamanya Mas Wahyu menjawab ya seperti yang anda lihat di televisi.
Kita datang ke Pura melakukan sembahyang mengucap doa-doa seperti kalian di Masjid. Datang dengan suci melakukan sembahyang menurut kepercayaan kalian dengan fokus apa yang kalian minta semoga tercapai. Sama halnya dengan agama kami datang ke Pura juga harus suci dan bersih agar kita bias fokus berdoa fokus sembahyang.
Nah ketika saya bertanya tentang Hari raya umat Hindu ini tidak asing bagi saya karena, di desa kami pemuda pemudi itu sering kumpul bersama dalam satu desa jadi keterikatan satu dengan yang lain itu sangat melekat.
Ketika Hari Raya Nyepi di desa kami itu anak-anak bersama-sama merayakannya. Seperti saya juga sering mengikuti proses membuat Ogoh-Ogoh, kemudian menghiasnya, sampai ke proses pembakarannya yang diyakini untuk menghilangkan sial atau tolak balak pada kita. Di desa kami hal tersebut tentu yang dinanti-nanti oleh anak-anak karena yang terpenting itu kebersamaannya.
Sebaliknya ketika agama kami merayakan Idul Fitri, mereka juga ikut merayakan. Seperti halnya di Banyuwangi ketika Takbir Idul Fitri itu setiap desa menyewa sound system besar-besar an untuk memeriahkan takbir. Maka kita juga rame-rame untuk iuran bersama dan memeriahkannya bersama.
Jadi ketika hari raya kita saling merayakan bersama untuk menjaga kebersamaan dan persatuan karena di desa kami hal tersebut sudah menjadi tradisi sampai sekarang.
Kesimpulan dari wawancara singkat kami adalah keterkaitan dan keterikatan umat beragama berawal dari saling menghargai satu dengan agama yang lain. Dengan hal tersebut kita akan merasakan persatuan dan kedamaian yang tercipta.