Mohon tunggu...
nizar presto
nizar presto Mohon Tunggu... -

pernah belajar di SD Ender II, Dan dilanjutkan di MTs Dan MA KHAS KEMPEK

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Islam dan Keindonesiaanya

6 September 2013   21:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:15 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mengutip apa yang pernah di katakan bung karno, “Kalau kalian memasuki lebih dalam lagi diriku, pasti yang akan kalin temukan adalah islam”, perkataan itu menunjukkan bahwa bung karno selaku proklamator kemerdekaan,  tidak bisa di lepaskan dari keislamannya, begitu juga dengan Indonesia yang selamanya tidak akan bisa di lepaskan dari Islamnya, namun kenapa sekarang kita sering menemukan bahwa hubungan islam dan Indonesia semakin memanas  saja, kenapa hal ini bisa terjadi??.

Dan ketika kita ingin membahas mengenai memanasnya kondisi islam di indonesia, maka lagi-lagi kita tidak akan pernah jauh meninggalkan dua istilah yang mungkin sudah sangat familiar dengan telinga kita ini, dua istilah yang sebetulnya akan sangat mencidrai keragaman yang telah terbentuk, keragaman yang menjadi identitas dan wajah negri ini, yaitu istilah Mayoritas dan Minoritas, karena pernyataan minoritas yang ketika dengan sengaja di lemparkan kepada sebagian pihak, itu akan menjadikan bara api yang suatu saat bisa melalap segala hal yang menghalanginya.

Karena keragaman yang menjadi embrio dari terlaksananya kemerdekaan itu adalah kenyataan yang sangat tidak bisa untuk di sembunyikan, dan dikarenakan pula  keragaman yang terlahir dari satu rahim itu adalah keragaman yang secara prinsipnya memang harus saling mendukung satu sama lain, seperti contoh  disaat INDONESIA  sedang mendapatkan cobaan yang sangat berat dengan datangnya para kolonial, sehingga menjadikan semua kelompok yang beragam itu seakan seperti sanak saudara yang benar-benar di besarkan dalam satu rumpun untuk membebaskan dan menjaga nama baik negri yang sudah lama terpatri di setiap helaan nafas masyarakatnya, yang akhirnya dengan persatuan yang di usung dari keragaman inilah yang menjadikan Bung karno sukses meproklamirkan negara INDONESIA.  Maka oleh karena keragaman yang sejak lama sudah menjadi track record bangsa ini sehingga menjadikan pelebelan minoritas terhadap sebagian golongan itu tidaklah pantas.

*****

Kalau kita mencoba untuk flashback kembali ke abad 18an, pasti kita akan menemukan konsep nasionalisme yang pernah di usung oleh Jamaludin al-Afghani yang lahir pada tahun 1838 M di libanon, konsep yang sengaja di usung pertama kalinya di dunia Islam, karena sebab kondisi ummat islam ketika itu sedang dalam lingkaran kolonialisme, Akhirnya di sebabkan dengan percikan gagasan yang di keluarkan oleh jamaluddin al-Afgani yang merupakkan salah satu penggagas lahirnya Ikhwanul Muslimin ini lah yang menyebabkan Indonesia berhasil menyulam kembali simpul persatuannya untuk melawan kolonialisme, karena konsep nasionalismenya.

Namun entah mengapa, kesadaran itu semakin pecah dan berserakan di setiap ujung negri ini, setelah masa reformasi berlalu, apa mungkin di sebabkan karena kebebasan yang selalu di dengung-dengungkan oleh mereka yang ingin idiologinya di “tonjolkan” di ranah publik, atau karena idiologi transnasional yang secara perlahan berhasil menciptakan idiologi baru di negri ini?? Seperti yang pernah di sebut  gusmus  dengan sebutan “Islam anyaran”. Sebetulnya ada sedikit kritikan dari sebutan  “islam anyaran” ini,?? Istilah yang sengaja di lontarkan oleh gusmus sebagai gambaran akan islam transnasional yang lahir bukan dari rahim Indonesia, karena hanya islam yang berbudaya saja lah yang lahir dan tumbuh di tanah Indonesia ini.

Atau ada sebab lain yang menjadikan pemahaman keragaman kita ini pecah sehingga menjadikan semakin maraknya istilah intoleransi yang secara sengaja di angkat di ranah publik, agar bisa merobek pakaian keragaman yang sudah lama kita pakai??? Atau kenapa?? Dan inilah alasan kenapa saya paling “Alergi menggunakan dua istilah itu” kawan.

Adapun ketika melihat keberadaan masyarakat muslim Indonesia yang sangat banyak populasinya itu, sehingga menjadikan mereka golongan yang sangat mudah untuk di jadikan kambing hitam ketika ada kejadian konflik yang di dasari atas nama agama, padahal salah satu prinsip dasar dari ajaran islam yang sebenarnya adalah nilai toleran terhadap segala bentuk perbedaan, dengan berbagai dalih yang telah tertera di dalam kitab sucinya, namun karena sebagian ulah dari segelintir orang yang mengaku dirinya muslim lah, yang menjadikan seakan islam yang telah tidak toleran terhadap setiap kelompok kecil.

Penulis  jadi ingat ketika dulu dia pernah di daulat sebagai ketua panitia untuk acara dialog antar agama yang di selenggarakan oleh PC IPNU Cirebon, karena temanya adalah dialog antar agama, maka mau tidak mau penulis sebagai ketua acara harus menjalin kerja sama dengan agama-agama lainnya, nah ketika moment seperti itulah penulis menemukan banyak sekali pelajaran tentang keberagaman, di saat kita menghargai ritual mereka maka mereka pun akan secara spontan menghargai ritual ibadah kita dan lain sebagainya. Dan jikalau untuk kesekian kalinya mereka mempermasalahkan aqidah, maka di situlah di haruskannya pemahaman ulang bagi mereka, akan akidah ummat Islam yang sebenarnya, toh padahal Islam membuka jalannya secara luas bagi kita untuk menjalin keakraban dengan semua kalangan, namun ketika menyentuh masalah akidah, maka secara otomatis kita kembali pada tataran konsep “Lakum di nukum waliyadin” yang telah di tawarkan Islam, karena yang ditekankan oleh Islam adalah esensinya bukan kulitnya saja.

Dan kalau pembaca masih ingat dengan apa yang di sajikan kepada kita oleh Sunan Kalijaga dan wali lainnyya, yang lebih senang menonjolkan tradisi yang sudah lama berkembang di masyarakat, dengan polesan nilai keislaman, sehingga Sunan kalijaga berhasil membawa ajaran islam pada masa keemasannya, sekalipun ketika itu “tetua” dari wali songo, Sunan Ampel sedikit melarang akan penggunaan metode yang di gunakan oleh Sunan kalijaga dan yang lainnya, namun ternyata dengan metode itu sunan kali jaga bisa menunjukkan Islam yang sebenarnya karena  yang di titik beratkan oleh islam sekarang ini adalah ESENSI nya, bukan kulitnya.

Lalu ada sebuah harapan yang di lontarkan untuk kembali membahas tentang keberadaan Islam dan Indonesia, yaitu sebuah pertanyaan "sudah relevankah Pancasila untuk negri kita ini"?.

KH Said Aqiel Siroj, ketua umum PBNU yang sekaligus sebagai Kiai dari penulis pernah mengungkapkan bahwa, ketika mereka masih mempermasalahkan dengan ke-islami-an pancasila, maka gambarkan saja bahwa pancasila itu tak ubahnya seperti “Rendang” yang sudah di sajikan tepat di depan mata kita, mana mungkin setelah itu kita akan menanyakan kepada sang penyaji, mana kelapanya, mana jahenya, mana daging sapinya dan yang lainnya, kalaupun ada yang bertanya seperti itu maka sudah jelas bahwa dia adalah orang yang memiliki taraf kepintaran paling rendah, karena kita hanya akan berkata, owh ini makanan yang terkenal enak itu yah, begitu juga Pancasila, kalau masih ada yang mempertanyakan ke-islami-an pancasila, semisal pertanyaan mana dalil dalam al-Qurannya?, mana Haditsnya?, mana dan mana?, maka orang tersebut seperti mereka yang bertanya mana kelapanya karena nilai keislaman yang sempurna itu telah merasup kedalam pancasila yang di gambarkan dengan Sila Ketuhanan, Sila kemanusiaan dan lain sebagainya.

Dan penulis berharap dengan tulisan ini, semoga semua masyarakat muslim yang berada di Indonesia atau di luar bisa memahami nilai keragaman yang sangat urgent ini.

*Baca coretan saya yang lainnya yah dan jangan lupa untuk menjadi pembaca yang baik, kita harus selalu  meninggalkan kritik dan sarannyya..

* Aku menulis ini hanya sebagai ajang belajar untuk mengungkapkan setiap hal yang pernah  ku ketahui, tentunya dengan menulis, karena menulis adalah ajang bagiku untuk merekam hidup.

Maroko.18:16/05-09-2013.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun