Mohon tunggu...
Mochamad Nizar
Mochamad Nizar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Grebeg Pancasila, Kearifan Lokal Blitar sebagai Penumbuh Nilai Pancasila

6 Maret 2023   15:23 Diperbarui: 6 Maret 2023   15:31 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: lenteratoday.com

GREBEG PANCASILA, KEARIFAN LOKAL BLITAR SEBAGAI PENUMBUH NILAI PANCASILA TERHADAP MASYARAKAT

Tradisi Grebeg Pancasila adalah perayaan budaya tahunan yang diadakan di Indonesia untuk memperingati nilai-nilai Pancasila, yaitu ideologi dasar negara Indonesia. Kata "grebeg" dalam bahasa Jawa berarti "mendekat" atau "bertemu", dan acara ini dimaksudkan untuk mempromosikan persatuan dan kesatuan di antara masyarakat Indonesia yang beragam.

Menurut (Putriana, 2019) Grebeg Pancasila yaitu sebuah kegiatan ritual budaya untuk memperingati hari lahirnya Pancasila yang didesain sebagai peristiwa budaya. Grebeg Pancasila pada mulanya hadir karena rasa kecewa dan kegelisahan dari para seniman dan budayawan Kota Blitar karena tanggal 1 Juni tidak lagi dperingati sebagai hari lahirnya Pancasila

Grebeg Pancasila merupakan kearifan lokal Blitar. Budaya ini muncul karena keprihatinan budayawan Blitar terkait sebuah masalah. Berawal dari momentum sidang BPUPKI yang kemudian di lanjutkan dengan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, sebagai tonggak awal lahirnya Pancasila.

Gambar 1. Ritus Bedol Pusaka Nagari

Peringatan hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia, apalagi setelah Departemen Penerangan masa Soekarno menerbitkan buku berjudul "Lahirnya Pancasila" di tahun 1947. Namun peringatan tersebut tidak sepenuhnya berjalan, pada masa Orde Baru peralihan kekuasaan tahun 1970 hari lahir Pancasila tak pernah lagi diperingati. Hal ini terjadi karena Kopkamtib atau Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban melarang diperingatinya hari lahir Pancasila.

Pembelajaran sejarah dalam kelas melegitimasi Soeharto dan mendiskreditkan Soekarno. (Adam, 2009). Akibat peristiwa tersebut unculah rasa prihatin sekaligus kecewa dihati budayawan Blitar. Berahirnya masa Orde Baru ke Reformasi memunculkan sebuah gagasan dari salah satu budayawan Blitar bernama Bapak Bagus Putu Parto. 

Ide tersebut kemudian direalisasikan dan pertama kali diadakan di tahun 2000. kemudian pada tahun 2004 dilakukan pembakuan ritus dalam pelaksanaan Grebeg Pancasila. Berkat kegigihan dan ketekunan masyarakat serta budayawan Blitar akhirnya pada tahun 2016 Presiden Joko widodo meresmikan 1 Juni sebagai peringatan nasional hari lahirnya Pancasila.

Dengan adanya tradisi Grebeg Pancasila secara tidak langsung dapat menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat Kota Blitar. Hal ini dikarenakan masyarakat Blitar bangga dengan kearidan lokal yang dimilikinya. Apalagi saat ini, tidak hanya budayawan saja yang ikut serta dalam tradisi tersebut, namun masyarakat juga ikut serta dalam prosesnya. Dalam prosesinya pusaka yang dibawa melambangkan rasa nasionalisme terhadap bangsa indonesia. Pusaka yang dibawa diantaranya diantaranya Sang Saka Merah Putih teks Pancasila lambang Garuda, teks pidato Bung Karno 1 Juni 45 dan foto Bung Karno

Sumber Rujukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun