Ujaran tokoh Upin dan Ipin dalam film kartun dari Malaysia ini akrab didengar anak-anak kita. ujaran ini berbentuk kalimat utuh. Sebabnya, unsur inti hadir, yakni Subjek (S) dan Predikat (P).
Ujaran ini berpola tidak normal. Kata "enaknya" menempati unsur P dan kelompok kata "ayam goreng" menempati unsur S. Dalam ketatakalimatan ujaran ini disebut kalimat inversi, kalimat abnormal, atau kalimat tak lazim.
Mengapa demikian?  Untuk memahaminya, kita dapat membandingkan dengan jenis kalimat yang menjadi lawannya, yakni kalimat versi. atau kalimat normal, atau kalimat  lazim. Contohnya, ujaran tersebut dapat diubah komposisinya menjadi berpola S-P, yakni "Ayam goreng enak."
Dalam iklan obat untuk konsumsi anak, ujaran ini pun akrab didengar pemirsa televisi di tahun 1990-an. Dua ujaran "//Senangnya hatiku/Hilang panas demamku/" persis berpola sama dengan judul artikel ini.Â
Kita pun sering menemukan ujaran ini dalam penulisan teks sastra, semisal puisi. Kalimat inversi dibuat dengan sadar atau tanpa sadar untuk mengutamakan makna kata atau kelompok kata yang menempati unsur P dalam kalimat. Contohnya, kita dapat menulis "Cintaku putih seputih salju" dengan gaya bahasa inversi menjadi "Putihnya cintaku seputih salju, sebagai diksi dan gaya bahasa.
Mangkubumi, 26 Juni 2021
Penulis: Penyair, esais, dan pembelajar tekstologi dan stilistika Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H