Sebetulnya, sebagai sebuah identitas, Bakso sudah pernah naik daun di Amerika. Setelah kepulangan dari kunjungannya ke Indonesia, mantan Presiden Amerika, Obama banyak di quote oleh media di sana karena kesukaan Obama kepada Bakso selain nasi goreng dan sate. Saking interestnya, salah satu situs yakni Nola.com, secara khusus memuat tulisan dengan tema bakso berjudul "Bakso: the soup President Obama loved as a child".
Selalu ketika berjumpa dan bercerita tentang Bakso, mereka mengakui gagal dalam membuat Bakso. Oleh karena itu, mereka akan sangat senang jika di tawari untuk membeli apalagi kalau bisa dapat gratisan. Tidak akan pernah menolak. Â Â
Selanjutnya, makanan, dalam hal ini Bakso juga berfungsi sebagai media diplomasi. Dalam dunia per-kuliner-an, terdapat dua istilah yang berkembang yakni culinary diplomacy dan gastrodiplomacy. Diplomasi jenis pertama lebih bersifat antar pemerintah (government to government), sedangkan jenis yang kedua bersifat dari pemerintah untuk public.Â
Dengan demikin, culinary diplomacy, umumnya adalah jamuan kenegaraan saat pemimpin suatu negara berkunjung ke negara lain. Gastrodiplomacy, dapat dilihat dalam kegiatan open house saat lebaran, dimana pihak Istana menjamu masyarakat yang datang saat kegiatan tersebut, atau misalanya melalui festival kuliner di sebuah negara.Â
Sementara, ahli gastronomi, Paul Rockower, membaginya menjadi diplomasi kuliner privat dan publik. Kedua jenis diplomasi ini sama dengan pengertian di atas. Diplomasi kuliner privat dilakukan pada level pemerintah dengan pemerintah.Â
Sementara Diplomasi kuliner public sama maknanya dengan gastrodiplomacy, yaitu penggunaan makanan sebagai alat diplomasi publik yang bertujuan untuk mengenalkan dan mempromosikan masakan suatu negara kepada publik negara lain secara luas.Â
Oleh karena itu, meskipun bukan dilakukan oleh pemerintah, melainkan oleh komunitas bernama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Southampton, penyajian Bakso saat Iedul Fitri yang dinikmati oleh masyarakat dari beragam negara, merupakan wujud dari gastrodiplomacy. Sebuah soft-diplomacy, yang tidak hanya menenteramkan pikiran tetapi juga mengenyangkan perut. Â Â
All in all, Bakso bagi mahasiswa dan masyarakat Indonesia di Southampton, tidak hanya pelapas rindu terhadap kuliner bercita rasa Indonesia, tetapi juga warisan yang bernilai ekonomis tinggi serta mengeratkan kohesivitas sosial, menjadi simbol identitas kuliner di tengah interaksi dengan masyarakat, khusus nya muslim, dan menjadi sarana diplomasi kuliner yang efektif di University of Southampton pada khususnya, dan di City of Southampton pada umumnya. Â Â
Catatan akhir pekan, Southampton SO162NS