Namun demikian, kelebihan jalur Merak-Bakauheni di siang hari adalah airnya sangat jernih sampai ke dalam. Bahkan jika beruntung, kita bahkan bisa melihat ikan lumba-lumba berkejaran dan berlompatan begitu riangnya. Belum lagi, kapal-kapal nelayan yang berseliweran mencari ikan, tidak ditemukan di jalur FRF Southampton -- IoW.
Sebaliknya, saat musim panas, banyak festival Yatch yang dilaksanakan di perairan-perairan UK pada umumnya. Termasuk saat ini. Yatch-yatch berbaris satu satu bagiakan anak angsa yang mengikuti induknya di kolam, menuju meeting point di daerah sekitar IoW. Persis angsa karena semuanya putih, berlayar beriringan dan berkumpul dalam jumlah yang sangat banyak. Sesuatu yang amat jarang terlihat di musim dingin.
Sementara yang naik SRJ, meskipun dengan kecepatan tinggi, tetapi hampir tidak terasa guncangan yang berarti. Mereka turun di Red Jet terminal di Cowes, yang hanya 9 menit berjalan kaki menuju lokasi mudik. Inilah salah satu alasan mengapa keluarga ini memilih untuk menggunakan SRJ.Â
Setelah puas memotret dan menyaksikan pemandangan indah, tidak terasa FRF merapat di East of Cowes, IoW.
Waktu itu menunjukkan jam 8 pagi. Rencana awal kami tidak langsung menuju ke meeting point di Rumah Bapak Margono. Osborne House dan Carisbrooke Castle menjadi persinggahan untuk ambil foto dulu. Tapi apa daya kedua objek wisata tersebut baru buka jam 10. Bahkan akses menuju Osborne House sudah ditutup di jalan masuk sehingga tidak ada kesempatan untuk sekedar berfotoria dari luar. Agak beruntung, meskipun Carisbrooke nya tutup, tetapi pemandangan di sekitar berupa tanah pertanian yang luas, sudah cukup mengobati keinginan untuk ber-narsis-ria.
Tidak lama setelah itu, kloter Midhurst juga tiba dan bergabung untuk sarapan. Meskipun launch sudah terasa sempit tetapi kemeriahan sudah terasa. Apalagi dengan bergabungnya kloter kedua dalam jumlah besar, launch sudah tidak bisa menampung. Namun ini bukan persoalan, karena sarapan nasi kuning dan bubur tetap berlangsung seru karena taman belakang rumah yang sedianya akan dijadikan lokasi BBQ setelah acara berjemur dan mandi di pantai, jadi alternatif tempat sarapan.
Di tengah riuh rendah peserta tour yang sudah membludak dan hanyut dalam tawa dan canda serta cerita, tidak terasa, waktu makan siangpun tiba. Sebagai tuan rumah dan sekaligus owner Warung 55, Bu Margono, sudah menyiapkan menu Ayam Ungkep dan Sayur Nangka, untuk santap siang. Tanpa kompromi, para mudikers dadakan ini kembali menyerbu hidangan dengan hebohnya. Bagaimana tidak, Sayur Nangka dan Ayam Ungkep adalah menu mahal yang jarang ditemui di Southampton.
Tidaklah mengherankan ketika sayur dan lauk makan siang tersebut sudah masuk mulut, lidahpun bergoyang penuk kenikmatan. Bagi para mahasiswa kebanyakan, menu sarapan dan makan siang yang back-to-back ini, sungguh anugerah yang luar biasa. Hospitality tuan rumah memang layak di kasih jempol tidak hanya dua tetapi empat sekaligus.