Inilah saya mak,Â
Anakmu yang bermimpi tinggi
Tapi tak berani berjalan di tanah tandusÂ
Tak berani berenang di lautan lepasÂ
Tak berani mencoba karena takut akan kegagalan.
Inilah saya mak,
Anakmu yang sebelum ini banyak mendapat kesempatan
Mendapat peluang untuk majuÂ
Mendapat jalan untuk belajar berjalanÂ
Karena tidak paham kesempatan itu hilangÂ
Peluang yang ada tak datang lagiÂ
Dan masih tetap tidak berani melangkahÂ
Mak, apa tuhan marah karena saya menyiakan waktu selama ini
Hingga tak memberi saya kesempatan lagiÂ
Tak seperti duluÂ
Banyak kemudahan dan karunia untuk sayaÂ
Seperti nama itu tak salah mak doakan
Tapi kini rasanya berat mak .
Kalau dapat diulang
Boleh saya lebih memilih nama yuliÂ
Sama seperti bulan kelahiran saya
Atau fajar saja mak
Seperti saat tangis pertama saya pecahÂ
Di ujung malam.
Bukannya saya tak berterima kasih makÂ
Tapi saya merasa tidak dapat bertanggung jawabÂ
Atas nama ini
Saya belum bisa memberimu dan memberi sesama.Â
Maafkan saya mak.
Niya Miest, 8 Juli 20019Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H