Mohon tunggu...
Khanif Fauzan
Khanif Fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pustakawan

Terima kasih telah berkunjung, semoga barakah manfaat! :) https://linktr.ee/fauzankhanief

Selanjutnya

Tutup

Nature

Akar Utama Kenapa Profesi Petani Makin Sepi Peminat: 'Niat?'

22 Agustus 2023   14:40 Diperbarui: 22 Agustus 2023   14:58 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak perlu muluk-muluk bila ingin  memulai bab pertanian. Sebab individu yang ingin memulai sesuatu harus dengan membacaaa sekian ratus bab, debaat sekian jam, hingga mengabaikan pengaplikasian di lahan, maka yang terjadi malah : Jadi Netizen!

Saya sudah berkecimpung mengenal pertanian semenjak SMP, ketika diajak ke sawah buat cabut-cabut rumput dan tanam menanam pakai kocor dan pupuk kimia. Sungguh, hal yang menyenangkan ketika nanti panen langsung dapat duit, saat itu juga, berapapun jumlahnya. Ya, ngga mikirin duit sih, katanya buat pengalaman. Faktanya memang harus terjun ke lahan.

Eits,, jika cara konvensional yang hanya njaplak kebiasaan itu berlanjut, lama-lama tidak ketahuan pula tujuan mendalam dari kegiatan bercocok tanam. Ibarat bisnis, lahan adalah komoditi untuk sekedar menghasilkan uang. Semakin banyak hasil, semakin untung. Tapi, dalam praktek saya masih bergantung dengan kata 'katanya' sehingga setiap kali praktek, selalu menggantungkan nasib dengan 'katanyaa..'

Betapa tidak? : 'Kan, katanya kalau pake pupuk cap anu bakalan lebih subur, kan katanya kalau pake pestisida cap inu, hama bakalan matek semua, kan katanya, katanya.. faktanya, ngga ngefek signifikan. Katanya pula, kalau makin lama di lahan, makin sering diolah, hasilnya makin banyaak,, yaa tergantung kalau itu padi di musim hujan. Lah kemarau?

Akhirnya, gagal panen mengalahkan cuaca, harga turun menyalahkan pasar, kena varises menyalahkan pupuk kimiaa..

Tanah bantat menyalahkan pupuk kimia, padahal setiap dua hari, tak kurang dua sendok makan ditabur buat tanaman tomat, belum semprat semprot pestisidaa, belum tenaga nyabutin gulma, ini itu banyak sekali, ah!

Menimbulkan kesimpulan, kegiatan bertani itu melelahkan. Nggak ada hasilnya, ada pun hasilnya sedikit. Paling banter buat beli bibit, dan pupuk yang makin tinggi nilainya. Hutang menumpuk, malah beralih jadi buruh pabrik tekstil Boyolali! Gaji UMR, ga cape-cape amat!

Sepi Peminat

Mari kita bahas dulu, akar utama profesi pertanian kok semakin sepi peminat, yang secara makro ditinjau dari angkasa luar, bakalan berdampak impor yang membanjiri pasaran internasional. Ekonomi kalah, area lahan ditumbuhi pabrik raksasa, sebab pertanian semakin di lupakan generasi muda.

Sistem yang salah? Eits,, jangan buru-buru berpendapat yang sama seperti 200 juta netizen Indo yang lain. Mengubah sistem tidak lantas mengubah paradigma, pertanian itu penting untuk kelangsungan generasi. Tanah air yang perlu di olah menjadi makanan hidup, perjuangan untuk melestarikan bumi. Sebabnya, seperti yang telah di sebutkan di paragraf awal-awal di atas : niat bertani hanyalah untuk komersil macam pabrik.

Praktik perdagangan bebas, apapun dilakukan untuk menghasilkan keuntungan lebih. Seperti saya minum obat instan pereda nyeri habis operasi, padahal merusak ginjal dan syaraf tulang belakang. Ga masalah, ga dipikirkan dampak lima, sepuluh tahun ke depan. Bahwa itu dapat mempercepat penggerusan umur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun