Dalam sebuah diskusi ringan, Ahmad, ustaz muda dari Semarang bercerita kepada penulis :
"Saya agak bingung menghadapi para ibu yang minta doa buat anak-anaknya. Selepas pengajian, datang ramai-ramai para ibu ngadep saya sambil menggandeng anak, minta didoakan supaya anaknya sholeh-sholihah. Saya tanya tuh, "Sholehnya itu yang bagaimana buk?", Â beragam jawabnya.
"Seperti Nabi Muhammad ustaz!" seru ibu yang berkerudung merah, sambil mengusap kepala anaknya. Yang lain teriak tuh, "Rajin sholat ustaz! Rajin ngaji, manut kalau di bilangin orang tua, rangkingnya satu di sekolah, akhlak baik, juara, hapal Al Quran !" semangat kali ibu-ibu.
"Kalau di rumah, anak-anaknya ngapain aja bu?"
Rata-rata keluhan lucu yang terdengar, macam "Ini ustaz, anak saya itu di rumah kerjaannya seharian main Hapee terus, gak mau berhenti. Saya suruh sholat, dia mah ngambek mulu" ada pula yang menuturkan anaknya suka olahraga, suka main sama teman-temannya.
Ada seorang ibu berkacamata yang menceritakan keseharian anaknya yang belajar di sekolah favorit. Anak di sebutnya 'cerdas' itu  dari pukul 7 pagi sampai setengah 2 siang waktunya habis buat sekolah. Pukul 3 sampai 6 sore buat les matematika, IPA, Bahasa Indonesia. Malamnya, buat mengerjakan PR esok hari. Rangking 1 di sekolah, kebanggaan keluarga. Sayang, disuruh sholat kadang malas.
Iseng saya tanya ke ibu itu, "Ibu kalau ndidik anak, ikut modelnya siapa sih?"
"Ya... ngikut sekolahan aja ustaz. Pokoknya, asal anak mau belajar, saya berikan semua yang terbaik untuk dia ustaz" jawabnya serius.
"Apakah ananda di berikan les ngaji untuk menunjang agamanya?"
"Setiap malam jumat, dia ikut ngaji di TPA lingkungan ustaz". Padahal les mata pelajaran umum-nya tiga kali sepekan.