Mohon tunggu...
Khanif Fauzan
Khanif Fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pustakawan

Terima kasih telah berkunjung, semoga barakah manfaat! :) https://linktr.ee/fauzankhanief

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

20 Pesan Kitab Ta'limul Muta'lim dan Kegagalan Pendidikan Era Milenial

17 Juni 2020   11:26 Diperbarui: 17 Juni 2020   12:06 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kitab Ta'limul Muta'lim Menjadi Solusi Permasalahan Pendidikan

Benarkah pendidikan kita benar-benar gagal?

Sangat tidak bersyukur, kalau saya yang telah menempuh pendidikan selama 15 tahun mengatakan "Pendidikan Indonesia Gagal!"  dengan sepenuh hati. Tidak. Guru-guru saya mulai dari TK hingga jenjang universitas, pasti selalu mempersembahkan yang terbaik untuk anak didiknya.

Selaku murid, kita patut mengucapkan, terima kasih guru! Tanpamu, aku buta akan ilmu!

Meski para murid didik rutin di sekolah, seringkali  saya dengarkan kabar tak menyenangkan betapa banyak tanggapan mengenai pendidikan Indonesia, yang dinilai memprihatinkan. Dompet Dhuafa University pernah melakukan penelitian terkait presepsi masyarakat tentang program pendidikan.

Terdapat 449 responden dari 8 provinsi yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, dan Sulawesi Selatan. Hasil penelitian itu, 86% responden menilai pendidikan Indonesia belum mampu memberikan dampak positif terhadap budi pekerti, sedangkan 14% menyatakan sudah puas. (Tirto.id : Yang Meresahkan dari Sistem Sekolah Kita)

Kita semua tahu, Indonesia melalui Kemendikbud telah melakukan 11 kali pergantian kurikulum pendidikan nasional, dalam rentang 1947-2013. Sah-sah saja melakukan perubahan kurikulum.

Namun menurut Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Nanang Fattah mengatakan, "Kurikulum jangan banyak diubah. Selain membingungkan, juga kurang efektif. Perubahan kurikulum hanya ramai di atas, sedangkan di bawah tenang-tenang saja atau kurang banyak terpengaruh"

Faktanya, menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di Asia. Posisi itu berada di bawah Vietnam. Data Balitbang (2003), bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Progam (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP). Dan, dari 8.036 SMA, ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

"Males!" kata adik saya, ketika nggak mau saya suruh ngerjain PR (Sebelum pandemi Covid-19). "Tugasnya banyak, gurunya galak. Cuma mendikte dari buku, orasi di kelas. Tahulah, guru yang lain juga ngasi PR banyak!"

Saya ketawa, saya dulu juga merasa seperti itu. Andaikan orat-oret matematika saya dikumpulkan selama 15 tahun, bisa ribuan kertas tuh. Tapi nggak paham juga sampe sekarang. Berlaku juga di pelajaran yang lain, ingetnya cuma cara gurunya ngajar, bukan ilmunya. Lucu.

Sebab dulu motivasi sekolah karena di suruh orang tua, ajakan dari lingkungan. Jadi nggak heran kalau beberapa teman saya nyesel dan bertanya-tanya, kenapa pas sekolah dulu, kok nggak paham juga ya? Ngga tambah pinter gitu?

Kesalahan pendidikan bisa dari sisi guru atau murid. Namun nggak perlu muluk-muluk membicarakan kurikulum atau kegagalan pemerintah mengatasi pendidikan. Mendidik adalah proses menuntut ilmu, maka perlu kita sama-sama cermati hal dasar metode mencari ilmu. Seberapa jauh kita tahu mengenai hal itu? 

Dan saya dapat solusinya, dari kitab Ta'limul Muta'lim yang dikarang Imam Al-Zarnuji. 13 pasal, tuntunan belajar agar lepas dari kesalahan dalam metode mencari ilmu. Saya pelajari sewaktu nyantri, dan kesimpulannya, inilah yang bisa memberikan solusi agar pendidikan di Indonesia lebih baik lagi.

Saya rangkum menjadi 20 pesan sebagai syarat mempelajari ilmu. Diantaranya adalah :

  1. Seorang pelajar perlu memiliki niat saat menuntut ilmu. Landasannya, yaitu sabda Nabi tentang niat, "innamal a'malu binniyyat", "Sesungguhnya amal seseorang tergantung pada niatnya"
  2. Niat menuntut ilmu yang benar ada empat hal, yaitu niat mencari ridha Allah Subhana hu wata'ala, menghidupkan agama dan mendirikan Islam, menghilangkan kebodohan dari dirinya, dan mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan.
  3. Memilih ilmu yang paling penting untuk di pelajari. Pesan Imam Al-Zarnuji : "Ilmu yang paling utama, adalah ilmu yang dibutuhkan saat itu. Dan sebaik-baik amal, adalah menjaga amal yang di tuntut saat itu"
  4. Memilih guru dan tidak berpindah ke guru yang lain sebelum selesai. Hendaknya mencari guru yang pandai dan berakhlak mulia. Perlu pertimbangan barangkali 2 bulan gunamemilih guru yang tepat.
  5. Pilih kawan yang bersungguh-sungguh, wara', tabiatnya lurus (Menjauhi malas, suka menganggur, banyak bicara, suka merusak, dan suka memfitnah
  6. Takdzim (hormat) terhadap ilmu dan ahli ilmu. Lebih utama dari sekedar taat. Cara menghormatinya adalah dengan tidak berjalan di depannya, tidak mendahului tempat duduknya, tidak memulai pembicaraan kecuali atas izinnya, tidak banyak bicara di depannya, tidak bertanya sesuatu saat sedang bosan, memperhatikan waktu, sabar menanti hingga ia keluar, menjauhi kemurkaannya, melaksanakan perintahnya selama tidak melanggar syariat, dan menghormati anak-anaknya.
  7. Jika seorang guru tersakiti oleh muridnya, maka murid terhalang mendapatkan keberkahan ilmu dan tidak mendapat manfaat kecuali sedikit. (Guru perlu memperhatikan hal ini bila ingin para muridnya pandai).
  8. Seyogianya, para penuntut ilmu tidak memilih sendiri jenis ilmu yang akan ia pelajari. Tetapi menyerahkan keputusan kepada gurunya.
  9. Selalu giat, rajin, dan semangat bekerja keras. Mengulang pelajaran antara maghrib dan isya, serta waktu sahur.
  10. Tidak memaksakan diri diluar kemampuannya, dan memiliki cita-cita yang tinggi.
  11. Sifat malas timbul dari banyak lendir, dahak, dan badan yang lembab. Cara mengatasinya adalah mengurangi makan dan minum, makan roti dan kue kering, dan bersiwak.
  12. Memulai belajar pada hari rabu. Meski mempelajari satu huruf, pengulangannya seribu kali.
  13. Membuat catatan untuk di hafal dan di ulang-ulang. Tidak boleh menulis sesuatu yang tidak ia pahami, karena hal ini melemahkan karakter, menghilangkan kecerdasan, dan membuang-buang waktu.
  14. Melakukan mudzakarah (tukar pengetahuan), munazharah (adu argumen), dan munthaharah (diskusi) dengan tidak berlebihan.
  15. Imam Abu Hanifah setiap kali memahami fikih dan hikmah, beliau mengucap hamdalah dan bersyukur. Itulah tambahan ilmu beliau.
  16. Bertawakal kepada Allah. Memiliki rasa kasih sayang, suka memberi nasihat, dan tidak mendengki.
  17. Metode paling efektif mengulang hafalan yaitu pelajaran kemarin di ulang 5 kali, pelajaran dua hari yang lalu di ulang 4 kali, pelajaran tiga hari yang lalu di ulang 3 kali, pelajaran empat hari yang lalu di ulang 2 kali, pelajaran lima hari yang lalu di ulang sekali, begitu seterusnya.
  18. Sungguh, perjalanan menuntut ilmu tidak lepas dari kesusahan, karena ini adalah perkara agung. "Siapa yang mempelajari agama Allah, maka Allah akan mencukupkan keinginanya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka"
  19. "Tidur itu dari panas api" (Maka harus di dinginkan dengan minum air) kata Muhammad bin Al-Hasan
  20. Jangan berburuk sangka kepada sesama mukmin, karena itulah sumber permusuhan. "Siapa ingin membuat geram lawannya, maka hendaknya ia mengulang-ngulang pelajarannya. Jika kau penuhi dirimu dengan kebaikan, itu sudah cukup untuk mengalahkan lawanmu."

Dan sebenarnya, masih banyak pesan lainnya bagi para penuntut ilmu dalam kitab Ta'limul Muta'lim. Cukuplah 20 pesan tersebut diamalkan, Insya Allah menjadi barakah bagi pendidikan di Indonesia.

Indahnya pesan Imam Al-Zarnuji, dalam muqadimmah kitab Ta'limul Muta'lim halaman 57 yang patut kita perhatikan :

"Tatkala aku melihat banyak dari para penuntut ilmu pada masa kita bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, namun tidak dapat mencapai hasilnya. Diantara manfaat dan buah ilmu adalah mengamalkan dan menyebarkannya.

"Mereka terhalang (dari ilmu) sebab kesalahan dalam metode mencari ilmu, dan mereka meninggalkan syarat-syaratnya. Sedangkan, setiap orang yang salah jalan maka akan tersesat dan tidak mendapatkan sesuatu yang ia inginkan sedikit atau banyak.

"Maka aku ingin menjelaskan kepada mereka tata cara belajar berdasarkan yang telah aku lihat dan dengar dari guru-guruku yang memiliki ilmu dan hikmah."

Semarang, 17 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun