Mohon tunggu...
Khanif Fauzan
Khanif Fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pustakawan

Terima kasih telah berkunjung, semoga barakah manfaat! :) https://linktr.ee/fauzankhanief

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hebatnya Islam Memandang Rendah Kedudukan Harta

16 Juni 2020   10:53 Diperbarui: 1 Juli 2020   01:03 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitulah perbedaan tentang cara memandang harta, antara islam dengan kita yang cinta dunia.

Prof. Dr. Quraish Shihab menjelaskan dalam bukunya, "Dia dimana-mana-Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena" menjelaskan bab mengenai harta :

Jika di tinjau dari segi kebutuhan manusia, itu sangatlah penting. Tapi jika di bandingkan yang lain, kedudukan harta tidaklah seperti yang di gambarkan.

Yang paling rendah kedudukannya adalah yang di luar jasmani kita. Katakanlah emas dan perak. Ia berfungsi memperindah jasmani atau mendukungnya agar dapat makan dan minum. Jasmani lebih tinggi derajatnya, dari pada sesuatu yang membantu kelanggengannya.

Karena di satu sisi, dia membantu dan menjadi alat yang di gunakan jiwa dan di sisi lain dia dibantu dan menjadi tuan bagi emas dan perak.

Yang paling tinggi kedudukannya, adalah yang bersifat immaterial (Spiritual), karena jangankan harta, badanpun kita korbankan untuk memperoleh kenikmatannya. Dari sini, harta hendaknya menjadi alat, bukan menjadi tujuan

Ia mestinya kita gunakan, bukan dia yang menggunakan kita.

Harta harus memiliki fungsi sosial. Ia mestinya di gunakan untuk kemaslahatan sebanyak mungkin makhluk. Harta jika disimpan-tanpa di gunakan-maka dia tidak akan berkembang.

Tetapi jika di salurkan pada tempatnya, maka ia tumbuh berkembang, jumlahnya, manfaatnya, di dunia dan akhirat.

Maka hebatlah Islam dalam mendudukkan harta sebagaimana mestinya. Tentu mengetahui hal itu membuat saya heran, kenapa ada orang yang mengorbankan kesehatannya demi menumpuk harta?

Saya berkesimpulan, Rasulullah membuang emas dan perak bukan berarti menyia-nyiakan harta, melainkan saat itu kaum muslimin Tidak Butuh harta. Beliau tahu, hadiah Raja Habib bin Malik itu berpotensi melemahkan iman kaum muslimin. Selayaknya kita ambil hikmahnya, jangan lantas kita ikut seperti itu, hanay Rasulullah yang boleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun