Mohon tunggu...
Khanif Fauzan
Khanif Fauzan Mohon Tunggu... Penulis - Pustakawan

Terima kasih telah berkunjung, semoga barakah manfaat! :) https://linktr.ee/fauzankhanief

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nikmatin Waktu Loe Sob!

28 Maret 2018   12:00 Diperbarui: 28 Maret 2018   12:03 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://iwanyuliyanto.co

Anak kuliah mah cuma pergi kuliah bentar, lalu pulang ke kost-an. Paling-paling kalo keluar ya main ke rumah temen, internetan, ngobrol-ngobrol nggak penting. Abis tu balik lagi, lalu besoknya begitu juga. Terus berputar, nggak ada abis-abisnya. Hidup hanya buat main-main ngabisin duit ortu.

Kuliah tu buat cari ilmu, kata orang gitu. Tapi, ilmu macam apa jika hasilnya hanya pengangguran bergelar sarjana?

Gue renungin tuh, gue resapi maknanya. Kuliah tu sebenarnya ngapain? Lha nggak beda juga ama pengangguran yang lain. Saat perkuliahan, isinya cuman main-main aja, materi dari dosen sama sekali nggak masuk dalam kepala. Habis kuliah, maen sama temen. Ngapa-ngapain, semaunya tapi semuanya nggak penting. Ach, apaan sih ini?

Itu fakta yang harus gue terima bro. kenyataannya gitu. Remaja tu emang masa-masa bingungnya manusia. Istilah kerennya 'pencarian jati diri'

Gue selaku remaja, belum tahu apa itu jati diri. Beneran.

Gue renungin lagi, kehidupan remaja masa gue nie cenderung sangat bebas. Bebas banget, sampe mau ngapain aja bingung. Kita hanya di suruh kuliah, belajar yang rajin aja, bergaul yang bener, tanpa tahu gimana prakteknya. Beda sama anak kuliah tahun 70-an, zaman 'mekak ra enak' alias susyaaah buat hidup... sehingga belajar tu bener-bener rajin, tahu prakteknya karena guru-gurunya yang killer tapi sungguh-sungguh dalam mengajar, dan kuliah harus di selingi kerja pula. Beda jauh bro...

Zaman pasca reformasi, banyak anak-anak muda bergaya hidup sebebas-bebasnya. Banyak sekali anak-anak muda berpakaian selebor, berambut gondrong, semiran, dan sebagainya. Semua ini sebenarnya penuh tanda tanya. Kenapa?

Sekarang emang era yang bebas, tapi justru mengundang banyak sekali permasalahan. Belum pergaulan bebas yang makin marak. Kelihatannya kita remaja kelihatan just so fun aja, tapi di balik kebahagaan yang di tampilkan ada semacam keresahan yang kita alami. Kita bebas memilih dan memutuskan semaunya, sementara orang tua cuek, terserah mau ngapain aja.

Hmm... gue inget omongan Cak Nur dulu dalam bukunya Imam Musbikin 'Kuncup-kuncup Cinta di Taman Hati', menanggapi permasalahan remaja di era reformasi.

"Pada pokoknya anak-anak muda di kota-kota besar menikmati, tetapi juga sekaligus menderita... mereka menikmati kebebasan untuk memilih dan memutuskan sendiri masa depan mereka, kawin dengan siapa, bekerja macam apa, tinggal di mana, menempuh karir apa,dan jenis peranan social mana yang hendak di jalaninya kelak. Kita katakan mereka menikmati kebebasan itu sebab jika di banding dengan kebalikannya yaitu keadaan serba terikat dan tergantung, maka kebebasan itu adalah suatu kenikmatan. Tetapi sebetulnya kebebasan itu dapat berubah menjadi beban. Mereka menderita beban kebebasan dan tanggung jawab sendiri untuk memutuskan prospek hidup mereka dan menyiapkannya"

Gaya hidup bebas remaja, gonta-ganti pacar, merokok, minum-minuman keras, sebetulnya merupakan gejala yang nampak bahwa kita sebenarnya tak tahu kemana harus melangkah dan menentukan tujuan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun