Mohon tunggu...
Kurnia Dwi Aprilia
Kurnia Dwi Aprilia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Believe, belive, and belove.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat untuk Koruptor

20 Desember 2012   22:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SURAT UNTUK KORUPTOR

Kepada Yang Terhormat

Para koruptor Indonesia

Di mana pun berada

Selamat hari anti korupsi, Bapak/Ibu koruptor. Bapak Bapak/ibu koruptor, bagaimana keadaan negara saat ini? Amankah dari para penelusup atau teroris dan penjajah yang mungkin saja sedang membidik sasaran baru untuk menyerang negara merdeka ini? Oh ya, bagaimana perkembangan dan kemajuan jumlah dan peningkatan kemahiran koruptor di negri berjuta penduduk miskin ini? Apakah ada kemunduran? Atau mungkin malah terjadi peningkatan? Hm, rasanya selama saya sekolah TK hingga sekarang meninjakkan kaki di perguruan tinggi, saya belum pernah menerima mata kuliah korupsi. Bagaimana cara korupsi, teknik korupsi, tata cara proses korupsi, ciri-ciri korupsi, dan lain halnya tentang korupsi. Tapi, mengapa sekarang hampir semua orang yang sudah pintar, berilmu banyak, berkedudukan, berwenang, berjabatan tinggi, dan berber lainnya malah melakukan korupsi. Seolah korupsi menjadi sesuatu hal yang biasa dan tak pernah ada malunya bagi para pelaku.

Wahai para koruptor, hari ini ada jutaan rakyat yang sedang merintih kelaparan, mengaduh kesakitan, dan meninggal sia-sia karena kelaparan. Padahal, saat ini kondisi kita bukan dalam keadaan perang seperti di Palestina, tidak sedang dalam keadaan bencana alam tsunami seperti di Jepang, dan tidak dalam keadaan masa penjajahan seperti puluhan tahun yang lalu. Namun kita sedang dijajah oleh bangsa sendiri. Dijajah oleh para penguasa dan pemegang kekuasaan. Dirampas dan diambil hak-haknya untuk kepentingan sendiri, diabaikan suara dan erangannya, diacuhkan seperti sampah. Apakah yang seperti ini orang-orang kebanggaan bangsa? Orang-orang yang sejak masa sekolahnya bermimpi-mimpi ingin memajukan bangsa yang belum juga maju hingga saat ini, orang-orang yang berapi-api menuntut ilmu untuk kehidupan yang lebih baik, orang-orang yang menjadi kebanggan ayah ibunya sejak di dalam kandungan hingga saat ini tetap dirindukan ayah ibunya menjadi anak-anak yang peduli, amanah, jujur, berbakti, berambisi bebas dan bersih, berambisi bijak dan berwibawa, serta berguna bagi bangsa dan negara.

Saya curiga dengan kehidupan koruptor ketika duduk di bangku sekolah. Jangan-jangan gelar yang selama ini diraih adalah hasil korupsi. Korupsi karena ketika ujian sempat menyontek sana-sini untuk mendapatkan nilai yang baik. Menghalalkan segala cara agar memperoleh nilai A. Karena yang saya lihat di kehidupan nyata sebagai seorang mahasiswa, hampir sebagian besar dari seluruh mahasiswa yang ‘katanya’ akan menjadi tangan-tangan penerus perjuangan para pembesar negara, yang ‘katanya’ memiliki kemampuan soft skill yang sangat baik, yang ‘katanya’ berkompeten dalam hal berorganisasi, yang ‘katanya’ mahir berbicara di depan orang banyak, yang ‘katanya’ peduli dengan lingkungan sekitar, yang ‘katanya’ rela meluangkan waktu kuliah dan belajar untuk memikirkan orang banyak, dan lain sebagainya, nyatanya ketika duduk di ruang ujian, ketika menghadapi ujian akhir yang akan menentukan IP, mereka juga melakukan banyak kecurangan dengan alasan karena desakaan keadaan, dengan alasan ini-itu yang tak terelakkan. Inilah cerminan penerus koruptor-koruptor negri ini. Orang-orang yang padahal kemampuan yang ‘katanya’ diharapkan ini dapat juga melakukan hal yang tidak sewajarnya. Mirip ya seperti Bapak/Ibu koruptor saat ini.

Bapak/ibu koruptor, apakah koruptor berekor? Atau mirip mahluk predator yang suka makan opor? Tp sayangnya, opor yang dimakan ternyata kotor. Bapak/ibu koruptor, apa karena kau ingin tersohor itulah sebabnya, hukum negara dan hukum agama kau anggap kendor, bahkan kau tidak peduli dengan air mata rakyat yang bocor seperti banjir yg menyebabkan tanah longsor.

Mungkin inilah fitrah dari manusia, yang tidak pernah merasa puas, yang selalu khilaf atas kesalahan dan dosa. Maka dari itu, sebagai umat manusia yang beriman dan beragama, tentunya kita diperintahkan untuk senantiasa selalu saling mengingatkan untuk kebaikan. Dalam surat ini saya hanya ingin mengingatkan bapak/ibu yang diamanahkan sejumlah amanah besar yang menyangkut hajar hidup hampir sebagian bahkan seluruh manusia yang ada di Indonesia untuk mengingat kembali masa-masa bapak-ibu duduk dibangku sekolah, mengingatkan bahwa banyak anak-anak terlantar yatim dan piatu berjejeran di pinggir jalan menengadahkan tangan untuk makan hari ini, mengingatkan banyaknya anak-anak yang putus sekolah karena tidak memiliki dana unutk melanjutkan sekolahnya, dan lain sebagainya kehidupan luar yang sangat mengiris dada dan menyesakkan nafas, agar Bapak/Ibu koruptor berhenti dan bertobat memakan uang rakyat yang bukan milik dan hal Bapak/Ibu koruptor.

Jatinangor, 8 Desember 2012

Anak Bangsa yang ‘katanya’ ingin berbakti pada nusa dan bangsa.

Kurnia Dwi Aprilia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun