Mohon tunggu...
Muhammad Harits Hibatullah
Muhammad Harits Hibatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Melek Politik

Saya adalah seorang mahasiswa yang menyukai tentang politik regional maupun nasional, saya akan menulis pandangan-pandangan saya terkait dinamika gerakan mahasiswa, politik, keagamaan dan apa yang saya fikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Tuhan Meridhoi Kecurangan? Analisis Adagium Vox Populi Vox Dei dalam Kontestasi Politik

14 Februari 2024   07:59 Diperbarui: 14 Februari 2024   08:03 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vox Populi Vox Dei adalah ungkapan bahasa Latin yang berarti "suara rakyat adalah suara Tuhan". Ungkapan ini digunakan untuk menyatakan bahwa pendapat mayoritas rakyat harus dihormati sebagai perwujudan kehendak ilahi. Ungkapan ini berasal dari abad ke-8, ketika seorang biarawan Inggris bernama Alcuin menulis surat kepada Raja Charlemagne, yang mengkritik sikap raja yang mengandalkan suara rakyat untuk mengambil keputusan. Alcuin menulis: "Nec audiendi qui solent dicere, Vox populi, vox Dei, quum tumultuositas vulgi semper insaniae proxima sit." Artinya: "Janganlah mendengarkan mereka yang biasa berkata, Suara rakyat adalah suara Tuhan, karena keriuhan orang banyak selalu dekat dengan kegilaan."

Dalam konteks demokrasi, ungkapan Vox Populi Vox Dei sering digunakan untuk menegaskan bahwa pemerintah harus mengikuti keinginan rakyat, bukan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Namun, ungkapan ini juga memiliki kritik dan tantangan, terutama dalam situasi di mana suara rakyat tidak mencerminkan kebenaran, keadilan, atau kebaikan. Misalnya, jika ada orang yang menang dalam pemilihan umum dengan cara kecurangan, seperti membeli suara, melakukan intimidasi, atau melakukan manipulasi data, apakah suara rakyat yang dihasilkan masih bisa disebut sebagai suara Tuhan? Apakah pemerintah yang terpilih masih memiliki legitimasi moral dan hukum untuk memimpin? Apakah rakyat yang terlibat dalam kecurangan tersebut masih bisa disebut sebagai warga negara yang bertanggung jawab?

Menurut saya, Vox Populi Vox Dei tidak bisa diterapkan secara mutlak dan tanpa kriteria dalam demokrasi. Suara rakyat bukanlah suara Tuhan jika suara tersebut tidak didasarkan pada prinsip-prinsip dasar demokrasi, seperti hak asasi manusia, supremasi hukum, persamaan hak dan kewajiban, partisipasi politik, transparansi, dan akuntabilitas. Suara rakyat juga bukanlah suara Tuhan jika suara tersebut tidak menghormati nilai-nilai universal, seperti kebenaran, keadilan, kemanusiaan, dan solidaritas. Suara rakyat yang dihasilkan dari kecurangan, kekerasan, atau ketidakadilan tidak bisa dianggap sebagai suara Tuhan, melainkan sebagai suara setan. Oleh karena itu, Vox Populi Vox Dei harus dipahami sebagai suara rakyat yang cerdas, jujur, adil, dan beradab, bukan suara rakyat yang bodoh, korup, zalim, dan barbar. 

Vox Populi Vox Dei harus menjadi motivasi bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi secara aktif, kritis, dan konstruktif, bukan menjadi alasan bagi rakyat untuk bersikap apatis, oportunis, atau destruktif. Vox Populi Vox Dei harus menjadi pedoman bagi pemerintah untuk melayani rakyat dengan sebaik-baiknya, bukan menjadi dalih bagi pemerintah untuk menyalahgunakan kekuasaan. Vox Populi Vox Dei harus menjadi harapan bagi bangsa untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama, bukan menjadi ancaman bagi bangsa untuk terpecah belah dan terpuruk dalam kemiskinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun