Belakangan ini, isu penghentian kegiatan study tour oleh pemerintah Indonesia menjadi topik hangat di kalangan masyarakat, khususnya di lingkungan pendidikan. Study tour, yang selama ini dikenal sebagai kegiatan belajar di luar kelas dengan mengunjungi berbagai tempat bersejarah, museum, dan institusi pendidikan lainnya, dianggap memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran siswa.Â
Namun, dengan adanya berbagai pertimbangan terkait keamanan, efektivitas, dan biaya, pemerintah mulai mengevaluasi kembali kebijakan ini. Rencana penghentian study tour menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai pihak, mulai dari guru, orang tua, hingga siswa, yang masing-masing memiliki pandangan dan kepentingan tersendiri. Di dalam artikel ini saya berusaha akan membahas lebih dalam mengenai alasan di balik rencana penghentian tersebut, reaksi masyarakat, serta alternatif solusi yang dapat diambil untuk tetap memberikan pengalaman belajar yang kaya bagi para siswa.Â
Alasan Penghentian
Ada beberapa alasan yang mendasari rencana pemerintah untuk menghentikan kegiatan study tour :
1. Keamanan dan Keselamatan
Keamanan dan keselamatan siswa saat melakukan perjalanan jauh menjadi perhatian utama. Beberapa insiden yang melibatkan kecelakaan selama study tour menjadi alarm bagi pihak berwenang untuk mengevaluasi kembali keselamatan kegiatan ini.
2. Efektivitas Pembelajaran
Ada pandangan bahwa study tour tidak selalu efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Beberapa kalangan menilai bahwa manfaat edukatif dari study tour sering kali tidak sebanding dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan.
3. Biaya Tinggi
Biaya untuk mengadakan study tour sering kali memberatkan orang tua siswa, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi kurang mampu. Perbedaan kemampuan finansial ini dapat menimbulkan ketidakadilan di antara siswa.
4. Regulasi dan Pengawasan
Kurangnya regulasi dan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaan study tour menjadi kekhawatiran tersendiri. Beberapa kasus penyalahgunaan dana atau kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan menjadi alasan pemerintah mempertimbangkan penghentian ini.
Reaksi Masyarakat terhadap isu di tiadakannay study tour di sekolah
Reaksi terhadap rencana penghentian study tour ini beragam :
1. Pendidik
Sebagian pendidik setuju dengan penghentian ini karena melihat ada banyak cara lain yang lebih efektif dan aman untuk memberikan pengalaman belajar di luar kelas. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa study tour memberikan pengalaman belajar yang unik dan tidak dapat digantikan oleh metode lain.
2. Orang Tua
Beberapa orang tua menyambut baik rencana ini karena tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk kegiatan sekolah. Di sisi lain, ada orang tua yang merasa bahwa study tour memberikan kesempatan bagi anak-anak mereka untuk belajar di luar lingkungan sekolah dan mengenal dunia luar.
3. Siswa
Siswa umumnya merasa kecewa dengan rencana ini karena study tour sering kali menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Bagi banyak siswa, study tour bukan hanya tentang belajar tetapi juga kesempatan untuk berinteraksi sosial dan mempererat hubungan dengan teman-teman.
Alternatif yang Dapat Dipertimbangkan
Jika pemerintah benar-benar memutuskan untuk menghentikan study tour, ada beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk tetap memberikan pengalaman belajar yang kaya bagi siswa:
1. Virtual Tour
Teknologi memungkinkan siswa untuk melakukan kunjungan virtual ke berbagai tempat. Dengan bantuan VR (Virtual Reality) atau platform online, siswa dapat menjelajahi museum, situs bersejarah, dan tempat-tempat lain tanpa harus meninggalkan sekolah.
2. Kerjasama dengan Institusi Lokal
Sekolah dapat bekerja sama dengan institusi lokal seperti museum, perpustakaan, atau universitas untuk mengadakan kegiatan edukatif di lingkungan yang lebih terkontrol.
3. Proyek Lapangan Lokal
Mengadakan proyek lapangan di sekitar lingkungan sekolah atau kota tempat siswa tinggal dapat menjadi alternatif yang lebih aman dan terjangkau.
Isu penghentian study tour oleh pemerintah Indonesia merupakan langkah yang diambil dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk keamanan, efektivitas pembelajaran, biaya, dan regulasi. Meskipun mendapat beragam reaksi dari masyarakat, keputusan ini memerlukan evaluasi mendalam dan pertimbangan terhadap alternatif yang dapat tetap mendukung proses belajar mengajar yang efektif dan aman. Dalam konteks pendidikan, adaptasi terhadap perubahan ini harus dilakukan dengan tujuan utama memberikan pengalaman belajar terbaik bagi siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H