Pendekatan ini menjadikan program tidak hanya lebih efektif, namun juga lebih layak dan berkelanjutan.Â
1. Analisis kebutuhan dan kondisi lokal
Langkah pertama dalam merancang program adalah  analisis rinci mengenai kebutuhan lokal dan kondisi lingkungan sekolah. Konselor bekerja sama dengan guru, orang tua, dan siswa untuk memahami karakteristik unik mereka yang mungkin mempengaruhi dinamika intimidasi. Pemahaman komprehensif mengenai situasi ini memungkinkan program menjadi lebih tepat dan efektif.
2. Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan
Program  inklusif melibatkan seluruh pemangku kepentingan di lingkungan sekolah. Guru pembimbing berperan penting dalam memfasilitasi kolaborasi antara dosen, mahasiswa, orang tua,  bahkan pemangku kepentingan eksternal seperti psikolog.Â
Melibatkan semua pemangku kepentingan memastikan bahwa perspektif yang berbeda dipertimbangkan dan bahwa program ini menanggapi kebutuhan semua orang di lingkungan sekolah.
3. Mengembangkan strategi pencegahan dan intervensi
Program respons mencakup strategi pencegahan dan intervensi yang holistik. Guru BK berperan dalam merancang strategi yang tidak hanya menangani insiden bullying saat ini tetapi juga mencegahnya terjadi di masa depan.
Hal ini melibatkan penyuluhan, pelatihan, dan aktivitas yang mempromosikan nilai-nilai positif dan hubungan yang sehat di antara siswa.
4. Adaptabilitas dan Fleksibilitas
Dalam merancang program, guru BK perlu memastikan bahwa program tersebut memiliki tingkat adaptabilitas dan fleksibilitas yang memadai. Dengan memahami bahwa setiap situasi bullying mungkin memiliki karakteristik yang berbeda, program harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus di setiap kasus, sehingga dapat memberikan solusi yang sesuai dan efektif.