Bagi Yaya hal semacam ini lajim dan lumrah terjadi dimanapun. "Seperti solat subuh aja, mau pakai qunut silahkan, mau nggak nya mangga, atau taraweh mau 11 roka'at mangga, mau 23 ya teu sawios, yang salah yang nggak sholat yang nggak taraweh. Itu agama lho, kurang lebih begiulah" Â terang Pria yang dikenal Dewas LPPL itu sambil tertawa.
Menurut Yaya, pihaknya akan mengikuti perkembangannya sampai sejauh mana, apabila dari Mapelija memaksakan pihak penyelenggara negara untuk merubah yang sudah ada yakni 1 sepetember, Yaya menganggap akan sulit baik secara politis maupun secara kultur yang sudah terbangun sekian lama.
"Sekalipun misalnya yang 5 januari dianggap yang bener, saya rasa sulit diresmikan oleh pemerintah karena pembahasannya pasti akan panjang dan ribet terlebih menyangkut versi, jadi biarlah ini khasanah Kuningan agar Kuningan selalu diiingat oleh masyarakatnya sepanjang waktu tiap tahunnya".
Yaya juga menyampaikan rasa bangga dan terima kasihnya kepada para pegiat sejarah yang tergabung dalam Mapelija atas keberanian dan inisiatifnya mengeluarkan gagasan, ide, dan argumentasinya kepada publik, dan berpesan agar jangan berhenti berkreasi agar Kuningan lebih kaya dan lebih hidup. Pungkas Yaya kepada wartawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H