Mohon tunggu...
Nita Sari
Nita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Geografi Universitas Lambung Mangkurat

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Potensi Wilayah Menggunakan Metode LQ SS di Kabupaten Kotabaru Tahun 2019

4 November 2024   17:22 Diperbarui: 4 November 2024   17:25 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Kabupaten Kotabaru, yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, memiliki potensi ekonomi yang signifikan terutama di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Wilayah ini dikaruniai kondisi alam dan sumber daya yang beragam, menjadikannya cocok untuk pengembangan komoditas yang berpotensi tinggi. Sektor-sektor ini berperan penting dalam mendukung perekonomian lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun, pengembangan sektor-sektor ini di Kotabaru masih menghadapi sejumlah tantangan, termasuk optimalisasi sumber daya yang belum maksimal dan kebutuhan akan strategi pembangunan yang lebih tepat sasaran. Pendekatan yang digunakan dalam analisis potensi ekonomi Kabupaten Kotabaru mencakup metode Location Quotient (LQ) dan Shift Share. Metode ini berguna untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan berdasarkan keunggulan komparatifnya dan menganalisis pertumbuhan sektor berdasarkan pengaruh lokal dan nasional. Analisis ini bertujuan memberikan panduan dalam merumuskan kebijakan yang dapat mengoptimalkan potensi ekonomi Kabupaten Kotabaru secara berkelanjutan.

POTENSI WILAYAH

A. PERTANIAN

1. Tanaman Pangan

      Data potensi wilayah subsektor tanaman pangan di Kabupaten Kotabaru menunjukkan bahwa sebagian besar kecamatan memiliki kategori potensi "tertinggal" pada berbagai komoditas pangan, sementara hanya beberapa kecamatan yang memiliki potensi "prospektif" untuk pengembangan pertanian. Pada komoditas padi, mayoritas kecamatan seperti Pulau Sembilan, Pulau Laut Tengah, Pulau Laut Sigam, Kelumpang Hilir, Kelumpang Hulu, dan beberapa lainnya dikategorikan sebagai wilayah dengan potensi tertinggal, begitupun sebaliknya kecamatan seperti Pulau Laut Bara, Pulau Laut Tnjung Selayar, Pulau Laut Selatan, Pulau Laut Kepulauan, Pulau Laut Timur, Pulau Sebuku, dan kecamatan lainnya yang tergolong prospektif. Pada komoditas jagung, ada kecamatan yang memiliki potensi prospektif hanya ada di Kecamatan Kelumpang Hulu, Kelumpang Tengah, Hampang, Kelumpang Barat, dan Pamukan Barat. Komoditas kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar menunjukkan pola yang serupa dengan sebagian besar kecamatan berada dalam kategori tertinggal, namun beberapa kecamatan seperti Pulau Laut Tanjung Selayar, Pulau Laut Tengah, dan Pamukan Utara tetap menunjukkan potensi prospektif untuk pengembangan beberapa komoditas tersebut. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa Kabupaten Kotabaru memiliki variasi potensi tanaman pangan yang beragam antar kecamatan, dengan peluang pengembangan yang lebih besar di beberapa kecamatan tertentu. Optimalisasi komoditas "prospektif" di kecamatan-kecamatan tersebut dapat menjadi fokus dalam perencanaan pembangunan pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan daerah.

2. Hortikultura

      Berdasarkan data potensi wilayah subsektor hortikultura di Kabupaten Kotabaru menunjukkan perbedaan tingkat potensi pengembangan komoditas sayuran di berbagai kecamatan. Pada komoditas Bawang Merah hanya di Kecamatan Pulau Laut Utara yang di kategorikan prospektif, sedangkan pada komoditas Cabai, beberapa kecamatan seperti Pulau Laut Barat, Pulau Laut Selatan, Pulau Laut Timur,  Pulau Laut Tengah, Kelumpang Barat, Kelumpang Utara, dan Pamukan Selatan dikategorikan sebagai wilayah "andalan," yang berarti memiliki potensi pengembangan lebih tinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Komoditas seperti Petsai dan Tomat menunjukkan status "unggulan" di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Sungai Durian dan Sampanahan untuk Petsai, dan di Kecamatan  Pulau Sebuku untuk Tomat. Namun, sebagian besar komoditas seperti Terong, Kentang, Semangka, Buncis, Kelor, Kangkung, Bayam, Kubis, Bawang putih, dan Cabai rawit di hampir seluruh kecamatan masih tergolong dalam kategori "tertinggal," yang menunjukkan rendahnya potensi atau perlu adanya peningkatan pada komoditas-komoditas tersebut. Berdasarkan data ini, strategi pengembangan dapat difokuskan pada komoditas-komoditas "andalan" dan "unggulan" seperti cabai dan tomat di kecamatan-kecamatan yang potensial, sementara peningkatan kualitas dan produktivitas perlu diperhatikan untuk komoditas yang masih "tertinggal."

3. Buah - buahan

      Berdasarkan data potensi wilayah subsektor buah-buahan di Kabupaten Kotabaru menunjukkan bahwa beberapa kecamatan memiliki potensi pengembangan yang signifikan pada komoditas tertentu, sementara banyak kecamatan lainnya masih berada dalam kategori "tertinggal." Komoditas mangga memiliki potensi unggulan di Kecamatan Pulau Laut Barat, Pulau Laut Tanjung Selayar, dan Pulau Laut Selatan, sedangkan Pulau Laut Timur, Pulau Laut Tengah, Kelumpang Selatan, Kelumpang Hilir, dan Kelumpang Barat berpotensi menjadi "andalan" dalam pengembangan mangga. Kecamatan-kecamatan seperti Pulau Sembilan, Pulau Laut Kepulauan, Pulau Laut Utara, Kelumpang Tengah, dan Sampanahan juga memiliki potensi "prospektif" untuk mangga, menunjukkan potensi pasar yang kuat jika dikembangkan dengan baik. Komoditas durian, yang termasuk buah dengan nilai ekonomi tinggi, menunjukkan status "unggulan" di Kecamatan Pulau Laut Tanjung Selayar dan Kelumpang Tengah, dan "prospektif" di Pulau Sembilan, Pulau Laut Timur, Pulau Laut Utara, dan Sampanahan Pulau yang dapat menjadi peluang besar bagi peningkatan kesejahteraan petani lokal. Di sisi lain, komoditas jeruk menunjukkan potensi andalan di Kecamatan Hampang, yang dapat meningkatkan diversifikasi komoditas buah di wilayah tersebut. Sementara itu, Pulau Laut Selatan menunjukkan keunggulan pada komoditas salak, yang dapat mendukung keberagaman hasil pertanian lokal. Namun, sebagian besar komoditas lainnya seperti Belimbing, Nanas, Petai, Sirsak, Rambutan, Jeruk siam, Duku, Jengkol, Nangka, dan Sawo masih tergolong "tertinggal" di hampir seluruh kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa produksi komoditas-komoditas tersebut masih rendah atau belum optimal, sehingga memerlukan intervensi dalam bentuk pelatihan, teknologi pertanian yang lebih baik, serta akses pasar yang lebih luas.

4. Biofarmaka

      Analisis potensi wilayah subsektor biofarmaka di Kabupaten Kotabaru menunjukkan bahwa berbagai komoditas, seperti jahe, laos, kencur, kunyit, dan lidah buaya, mengalami kondisi "Tertinggal" di semua kecamatan yang dianalisis. Kategori ini mencerminkan bahwa perkembangan komoditas biofarmaka di wilayah ini berada di bawah rata-rata atau stagnan, sehingga membutuhkan perhatian khusus untuk dapat meningkatkan daya saing dan produktivitasnya. Keterbatasan ini mungkin disebabkan oleh rendahnya adopsi teknologi, keterbatasan akses pasar, atau kurangnya dukungan infrastruktur di tingkat kecamatan. Setiap kecamatan di Kotabaru, termasuk wilayah dengan potensi tanaman obat seperti jahe dan kunyit, memerlukan strategi pengembangan yang komprehensif untuk memaksimalkan hasil komoditas biofarmaka. Optimalisasi potensi ini sangat penting bagi peningkatan perekonomian lokal dan diversifikasi pendapatan masyarakat, serta mendukung ketahanan kesehatan melalui pemanfaatan tanaman obat lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun