2. Interpretasi
    Seperti yang diuraikan pada pengertian sifat data, maka interpretasi dapat diartikan sebagai penilaian secara kualitatif yaitu sifat data yang dapat dilihat secara visual atau bersifat semantik, obyek apa yang ada dipermukaan bumi yang diamati/dilihat, apakah obyek tersebut mengalami perubahan dan mengapa terjadi perubahan tersebut. Untuk mempermudah dalam mengamati/menilai, maka dapat dilakukan dengan identifikasi dan interpretasi obyek tersebut. Untuk mempermudah identifikasi dan interpretasi perlu dilakukan koreksi radiometrik dan perbaikan kontras citra (image enhancement). Disini perlu diuji hasil yang diperoleh dengan membandingkan secara visual citra yang ada dengan dokumen yang lain (peta, foto, citra), sedangkan dilapangan perlu dilakukan verifikasi secara visual setempat (in-situ) dan melakukan pengukuran reflektan obyek dengan alat radiometer.Â
   Interpretasi didasarkan atas 7 (tujuh) kunci yaitu sebagai berikut.
- Bentuk (Form) : bersifat bentuk geometri seperti lingkaran, segi empt, segitiga, trapesium, elips dan sebagainya.
- Pola (Pattern) : bersifat gabungan dari beberapa bentuk dari obyek tersebut seperti jala (net), radial, diametral dan sebagainya.
- Warna/corak (Color/tone) : bersifat warna alami seperti merah, hijau, biru, kuning dan sebagainya, sedangkan corak dinyatakan dengan derajad keabuan (grey scale) seperti 0% (putih), 100% (hitam) dan sebagainya.
- Posisi (Site) : bersifat letak relatif dipermukaan bumi seperti didaerah pegunungan, dekat pantai, ditengah kota dan sebagainya.
- Ukuran (Size) : bersifat dimensi obyek tersebut dinyatakan secara kualitatif seperti besar kecil, sedang atau dinyatakan secara kuantitatif dengan numerik (1,2,3,....) dan satuan (meter, kilometer, derajad).
- Struktur (Structure) : bersifat bentuk dan rangkaiannya seperti teratur dan tidak teratur.
- Tekstur (Texture) : bersifat ikatan antar elemen pembentuk obyek seperti halus, kasar dan sebagainya.
   Berdasarkan macamnya interpretasi dapat dilakukan secara manual dan otomatik. Secara manual yaitu tanpa bantuan komputer, yaitu dilakukan secara visual, sehingga disini dibutuhkan analisa yang bersifat subyektif dari pengamat/penilai dan akan lebih baik apabila pengamat/penilai tersebut mempunyai kepakaran yang sesuai dengan topik yang diamati/dinilai, cara ini juga disebut interpretasi analog, sedangkan otomatik digunakan komputer dalam pemrosesannya sehingga analisanya bersifat obyektif dan tidak tergantung pada kepakaran pengamat/penilai, sering kali interpretasi otomatik dikatakan sebagai interpretasi digital atau klasifikasi citra.
   Berdasarkan cara/metode interpretasi dapat dilakukan secara supervisi, non supervisi, visual, dan statistik. Secara supervisi yaitu apabila obyek dipermukaan bumi itu sudah dikenal oleh pengamat/penilai baik secara langsung di lapangan atau didapatkan dari data sekunder/statistik (peta, tabel, laporan dan sebagainya) dan non supervisi apabila obyek dipermukaan bumi itu tidak/belum dikenal oleh pengamat/penilai baik secara langsung di lapangan atau didapatkan dari data sekunder/statistik (peta, tabel, laporan dan sebagainya), jadi hanya didasarkan perkiraan atau asumsi saja. Interpretasi visual berarti pengamat/penilai menentukan obyek tersebut dengan melihat langsung tanpa bantuan komputer sehingga disini hasilnya bersifat subyektif dan sangat bergantung kepada kepakaran pengamat/penilai, sebagai alat bantu digunakan tujuh kunci interpretasi. Interpretasi statistik berarti pengamat/penilai menentukan obyek tersebut dengan menginterpretasikan/menganalisa nilai (maksimum, minimum, tengah, simpangan) dan grafik (histogram 3 band, scutter 2 band) statistik obyek tersebut yang diperoleh dengan bantuan komputer sesuai dengan karakter dari band citra yang digunakan, sehingga disini hasilnya bersifat obyektif dan tidak bergantung kepada kepakaran pengamat/penilai.
3. Terapan
- Untuk Pemetaan   Â
    Pemetaan dengan sistem pasif (pencitraan optis) dapat dilakukan dengan menggunakan data satelit Landsat Thematic Mapper (TM)/Enhanced Thematic Mapper 51 (ETM) dengan resolusi spasial (30 x 30) atau dengan satelit Ikonos, satelit Quickbird, SPOT 5 yang menawarkan resolusi sekitar 1 meteran. Selain itu untuk membuat peta citra satelit dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Peta citra satelit merupakan peta yang menampilkan latar belakang citra satelit berupa data raster dan kemudian dilengkapi dengan data vektor yang menampilkan 52 informasi jalan, sungai, kontur, toponimi, dan simbol-simbol lain yang diperlukan. Peta citra satelit menggambarkan kenampakan umum dan menyajikan model medan yang cukup jelas,sehingga diharapkan siapapun dapat memanfaatkan peta tersebut sebagai alternatif peta topografi yang sering dipergunakan untuk berbagai keperluan diantaranya sebagai data dasar bagi suatu perencanaan pembangunan, memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan lintasan jalan, saluran irigasi, dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembuatan peta tematik.
- Untuk Pertanian
   Pengkajian kadar hara daun dan perkembangan kanopi tanaman pertanian serta pemantauan areal tanaman pertanian yang terserang penyakit dapat dilakukan melalui analisis citra SPOT. Kadar hara daun sangat berguna sebagai salah satu basis penentuan dosis pupuk, sedangkan penyakit yang mematikan bagi tanaman pertanian sangat nyata dalam pengurangan tegakan pohon dan penurunan produksi per hektar. Inventarisasi sumberdaya pertanian menjadi lebih mudah dipantau dengan teknologi ini sekaligus dapat digunakan dalam membantu penilaian dan keputusan dalam manajemen di pertanian.
   Tujuan kajian kadar hara, kanopi, dan dan tegakan pohon dengan menggunakan teknik inderaja sistem SPOT ini adalah menentukan: hubungan kadar hara daun dengan nilai kecerahan, hubungan tanaman yang terserang penyakit dengan nilai kecerahan (brightness value- BV), pola spektral tegakan pohon yang dikaitkan dengan umurnya, menentukan kisaran umur tegakan pohon berdasarkan nilai kofisien korelasinya dan determinasinya tertinggi, dan menentukan jenis transformasi indeks vegetasi yang peka terhadap penonjolan aspek umur tegakan pohon.
- Untuk Kehutanan
   Dengan menggunakan teknologi radar interferometri -- INDREX 96 dapat diperoleh informasi potensi sumber daya hutan. teknologi radar yang digunakan adalah sistem radar milik DASA yang disebut DO-SAR (Dornier Sysnthetic Apperture Radar). Penggunaan metode airborne radar interferometri dalam pemetaan hutan lindung dilakukan dengan memilih metode ini karena diperlukan untuk mengatasi kendala tingginya liputan awan, dan topografi yang sulit, disamping terbatasnya waktu pekerjaan yang relatif pendek. Selain itu untuk memonitoring kebakaran hutan yaitu dengan memantau titik-titik api dapat digunakan satelit NOAA.
- Untuk Sumberdaya Air
   Salah satu kegunaan penginderaan jauh adalah menduga daerah rawan banjir. Selain itu digunakan untuk pembuatan peta landuse yang kemudian dilakukan proses overlay dengan peta landuse lainnya, sehingga, diperoleh peta baru yaitu peta perubahan tata guna lahan, dengan area pada tiap-tiap jenis landuse adalah merupakan pengurangan area tata guna lahan antara peta landuse yang lalu dengan sekarang. Dengan terjadinya perubahan tata guna lahan, maka mengakibatkan berubahnya nilai debit air yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Perubahan tata guna lahan juga menyebabkan berubahnya kemampuan tanah dalam menyerap dan mengalirkan air, sehingga akan mengakibatkan terjadinya genangan pada daerah yang terletak di dataran rendah atau cekungan. Keadaan ini masih diperparah lagi dengan pembangunan sungai yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem, seperti pembuatan sungai-sungai baru, saluran drainase, tanggul sungai, pelurusan sungai, dan sudetan-sudetan. Pengelolaan sumber daya air yang dilakukan oleh dinas-dinas dan departemen tertentu, sebagian besar tidak memperhatikan dan mempertimbangkan keseimbangan ekosistem, sehingga akan mempercepat terjadinya erosi dan berakibat pada keruntuhan lereng ( shallow slides ), air larian tersebut akan terus mengalir kedaerah yang lebih rendah (sungai, danau, laut) sehingga akan mengakibatkan banjir dan longsor. Pembuatan peta penyebaran sumber daya air dapat dikerjakan dengan melakukan analisa geohidrologi dengan sangat mudah dilihat dengan data radar mengingat pengambilan data radar yang bersifat side looking.
- Untuk Perencanaan Wilayah dan Kota