Mohon tunggu...
Nita Nurul
Nita Nurul Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Berbisnis dalam Islam

24 Februari 2018   13:57 Diperbarui: 24 Februari 2018   14:25 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bekerja di dunia bagi umat islam merupakan bekal di akhir kelak. Hidup di surga di a khirat kelak merupakan tujuan dan impian kesuksesan setiap umat islam. Kesuksesan di akhirat tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan setiap umat islam. Kesuksesan di dunia melalui ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan dan mengharapkan ridho dari Allah swt . Islam adalah akidah, syariah dan amal. Jadi, umat islam tidak cukup hanya melakukan ibadah kepada Allah dan Rosul saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa "Bekerja" sebagaimana yang ditentukan oleh Allah swt. Terkait dengan hal ini, rosul bersabda:

"Yang dinamakan iman itu ialah apabila kamu menyakini di dalam hati menyatakan dengan lisan, dan melaksanakannya dengan perbuatan" (Al hadist) .

Jadi iman kepada Allah tidak hanya yakin di dalam hati dan mengucap dalam perkataan, tetapi juga melaksanakan dalam perbuatan atau pekerjaan. Islam tidak menghendaki para pemeluknya menjadi orang yang malas dan memandang bahwa bekerja, usaha untuk mencari rezeki dan mencari kemakmuran merupakan perbuatan jelek dan mendatangkan siksa.

Dalam hadis lainpun dijelaskan agar umat manusia berbuat baik dalam bekerja,

Artinya:"Dari jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda, "Wahai manusia, bertaqwalah kepada Allah dan berbuatlah baik dalam mencari harta kerena sesungguhnya jiwa manusia tidak akan puas / mati hingga terpenuhi rezekinya walaupun ia telah mampu mengendalikannya (mengengkangnya), maka bertaqwalah kepada Allah swt dan berbuat baiklah dalam mencari harta, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram. "(HR. Ibnu Majah)

Pada dasarnya jiwa manusia tidak akan puas atau mati hingga terpenuhi rizkinya walaupun ia telah mengendalikannya, dengan kata lain ia telah mengendalikannya, dengan kata lain manusia itu memiliki sifat tamak, sifat yang selalu kurang puas dengan apa yang diberikan oleh Allah kepada Allah kepadan. Maka Allah menyeru kepada manusia untuk bertaqwa kepada-nya dan berbuat baik dalam mencari harta yang halal dan meninggalkan yang haram.

Pandangan al-Qur'an dalam berbisnis dikaitkan dengan iman. Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara akar tumbuhan dan buahnya, bahkan ditegaskan al-Qur'an "amal-amal yang baik tidak disertai iman, tidak berbaik di sisi-Nya". Karena itu al-Qur'an memerintahkan :

"Hai orang-orang yang beriman, apabial diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah swt dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah swt, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntunglah di muka bumi. "

Ayat ini memberikan pengertian agar berbisnis dilakukan setelah melakukan sholat dan dalam pengertian tidak mengesampingkan dan tujuan keuntungan yang hakiki, yaitu keuntungan yang dijanjikan.

Di dalam al-Qur'an pun juga dijelaskan, bahwa hakikat berbisnis yang baik tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan mencari keuntungan material semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan lebih meliputi dan menguntungkan hal yang bersifat immaterial dan kualitas. Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan sesama manusia tetapi juga dilakukan sesama manusia dengan Allah, bahwa bisnis harus dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan dan kecermatan dalam proses Administrasi dan perjanjian-perjanjian.

Etika dalam berbisnis merupakan hal yang penting untuk kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. Perilaku bisnis yang tidak etis dapat merusak sistem pasar yang tidak etis menjurus pada alokasi sumber daya yang tidak efisien. Perilaku bisnis yang tidak etis dapat dicontohkan lewat beberapa hal seperti, kasus suap atau penyogokan, tindakan pemaksaan, menyembunyikan informasi, pencurian, diskriminasi dan lain-lain yang dapat menguntungkan diri sendiri.

Kesadaran akan pentingnya perilaku yang etis dalam bisnis sudah seharusnya didukung oleh semua pihak agar kelangsungan bisnis dapat bertahan dalam jangka panjang. Perilaku bisnis yang etis dapat memberikan kesempatan yang adil bagi setiap pihak untuk menunjukkan kemampuannya secara optimal.

Jadi, begitulah Islam mengajarkan kepada kita, bagaimana berbisnis dengan baik. Dalam Islam berbisnis itu merupakan kegiatan muamalah yang pertama kali menanggalkan etika, kemudian disusul oleh bidang politik, dan terakhir adalah persoalan seks. Bisnis yang sehat adalah bisnis yang berlandaskan etika. Oleh karena itu, pelaku bisnis muslim hendaknya memiliki kerangka etika bisnis yang kuat, sehingga dapat mengantarkan aktivitas bisnis yang nyaman dan tentunya berkah.

Sumber:

Nilasari,Irma.2006.Pengantar Bisnis.Yogyakarta.Graha Ilmu

Srijanti,dkk.2006.Etika Mmbangun Masyarakat Islam Modern.Yogyakarta.Graha Ilmu

Quraish Shihab, “Etika Bisnis dalam Wawasan Al-Qur’an”,Jurnal Ullumul Qur’an,No.3/VII/97,hal.5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun