Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 - People Choice Kompasiana Awards 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Menyoal Relasi Ortu-Anak Jaman Now, Mungkinkah Gap Itu Terjembatani?

3 Juni 2024   07:02 Diperbarui: 3 Juni 2024   09:46 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Kompas.com (Shutterstock))

Ngomongin permasalahan relasi ortu dan anak, gak pernah akan kehabisan topik, new every morning, selalu fresh. Adaa aja.

"Jaman dulu ortu saya, bapak saya, ibu saya, nenek saya, gak gitu-gitu amat, pergaulannya masih sangat bla-bla, mainannya masih layangan, kelereng, petak umpet, main di kebon, bla-bla...."

"Dulu ortu gak pernah permasalahin anaknya kalo dihukum guru, sekarang dicubit dikit lapor polisi, kesenggol dikit lapor Komnas HAM"

"Dulu distraksi untuk anak-anak gak sebanyak sekarang. Gadget, jadi barang kesayangan semua kalangan..."

"Anak-anak sekarang koq susah banget dibilangin, ya.. ?"

Kalimat-kalimat itu lalu-lalang dalam sebuah obrolan yang ngebahas mengenai relasi anak dengan ortu di jaman ini. 

Sebagian besar menyoal seputar bagaimana membangun komunikasi dengan mereka, anak-anak di masa kini dengan segala keberadaannya dan persoalannya. Sebagian bingung harus bagaimana menyikapi persoalan nilai di sekolah, yang juga bukan persoalan mudah. Topik berikutnya, bagaimana memberikan pengertian mengenai pacaran pada anak-anak di usia remaja, bila dilarang ataupun diijinkan sama-sama mengandung konsekuensi.

Gak mudah memang memberikan masukan dan saran untuk anak-anak di level usia remaja. Butuh banyak strategi dan cara yang selevel dengan mereka. Selalu-always, teori tak seindah kenyataan.

"Mereka belum pernah ada di usia kita, tapi kita sudah pernah di usia mereka. Kita yang harus mengerti dan masuk pola mereka yang udah berbeda jauh dengan jaman kita.." Sebuah kalimat sahabat memberi pemahaman baru.

Isi kepala kita sebagai orangtua menginginkan yang terbaik untuk mereka tetapi itu menurut versi kita, bukan mereka. Kadang memaksakan isi kepala kita pada mereka. Saya pribadi pelaku juga. Kesimpulannya, tidak bisa memaksakan isi otak kita pada mereka yang berbeda keinginan, berbeda kebutuhan.

Tentu tidak pernah ada satu cara paling ideal untuk menyelesaikan masalah terkait isu-isu parenting ini. Latar belakang yang berbeda tidak bisa diseragamkan dengan satu cara. Tidak ada ada satu cara PALING manjur. Trial-error pasti terjadi, toh kesempurnaan mustahil terjadi, selalu ada sisi-sisi yang tidak bisa kita prediksi, dan itu harus disadari.

Mereka, dengan segala keberadaannya menjadi pribadi yang ingin dipahami lengkap dengan kelemahan mereka. Walaupun sebagai pihak yang lebih dulu merasakan pengalaman, rasanya ingin selalu memberikan masukan untuk mereka dan itu lumrah. Gak ada ortu yang ingin anaknya "menderita".

Anak-anak ini punya cetak biru yang sudah melekat sejak mereka lahir. Jangan sampai sayap mereka kita patahkan untuk ego kita (peringatan keras untuk saya pribadi). Mengambil jalan untuk sejajar, bukan masuk ke jalan mereka dan mengemudikannya. Memahami terus-menerus (butuh proses yang tidak sebentar, bahkan sepanjang hayat).

Yakin dan menanamkan sesuatu yang baik dan positif di otak kita mengenai mereka, walaupun kerapuhan kita sebagai manusia yang tidak sempurna selalu membayangi. Ujungnya, menerima proses. Jembatan itu selalu bisa dibangun, selalu. Jembatan itu bernama harapan, harapan selalu ada, dan itu menguatkan, meringankan.

Seorang sahabat pernah memberi pesan pada saya, bukan hanya sabar menerima tetapi 'nrimo', itu akan lebih ringan menghadapi. Kadang adu kuat dan adu otot ortu anak malah bikin runyam. 

Untuk semua orangtua hebat, selamat untuk semua proses yang telah Mbak dan Mas lalui. 

Terima kasih.

Cirebon, 3 Juni 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun