Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah Bukan Sekadar Tempat Penitipan Anak, Benarkah?

15 Mei 2024   03:45 Diperbarui: 15 Mei 2024   15:08 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artikel : proses belajar-mengajar di sekolah/Sumber:Dokpri (Yunita Kristanti)

Suatu waktu seorang rekan kerja melintas lihat bolak-balik di depan rumah menyempatkan waktu untuk mengantar dan menjemput ketiga anaknya ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor. Saya sempat menanyakan, apa arti penting menjemput dan mengantar ketiga anaknya tersebut?

Jawabannya, waktu enggak bisa diulang, saya ingin hadir untuk mereka selagi mampu, sesibuk apa pun saya. "Mungkin ini kecil (mengantar & menjemput) maknanya buat orang lain, tapi buat mereka (anak) punya makna tersendiri dalam proses hidupnya yang enggak akan bisa diulang lagi".

Sebuah pernyataan jawaban yang sangat dalam maknanya bagi saya. Kehadiran orangtua bagi anak sungguh amat berharga artinya.

Masih di bulan pendidikan, saya merefleksikan lagi mengenai peran penting orangtua dalam proses pendidikan anak. Pendidikan yang utama dan terutama adalah di dalam keluarga.

Orangtua sejatinya adalah pendidik yang utama dan terutama. Mereka, para orangtua adalah guru sejati bagi anak-anaknya yang tak mungkin tergantikan.

Sebuah referensi yang saya lihat menyatakan beberapa tanggapan anak-anak seputar relasi dengan orangtua.

Sebagai contoh ada pernyataan anak paling menyukai jika orangtua menunggui anaknya belajar. Kemudian, anak-anak paling tidak suka jika orangtuanya terlalu sibuk, lalu anak-anak tidak suka jika orangtuanya marah-marah.

Pernyataan-pernyataan tersebut sangat beralasan. Di tengah gempuran digitalisasi dalam keluarga, bisa jadi relasi anak dan orangtua menjadi sangat minim. Kesibukan orangtua untuk mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan keluarga menjadi suatu hal yang tidak bisa dielakkan.

Apakah anak menjadi sesuatu yang penting bagi orangtua? Apakah orangtua harus terlibat dalam pendidikan anak-anak? Anak-anak 24 jam merupakan tanggung jawab para orangtua dan pihak mana pun tidak bisa menggantikannya.

Suatu waktu ada sebuah obrolan dengan seorang guru pendidikan dasar. Beliau mengatakan ada fenomena yang terjadi di kalangan orangtua di tempat beliau mengajar.

Orangtua memercayakan sepenuhnya pendidikan anak pada gurunya sehingga sering kali mereka abai terhadap perkembangan putra-putri mereka. Kemudian ada juga yang menceritakan, sekolah menjadi tempat 'penitipan anak' bagi orangtua yang super duper sibuk.

Rekan guru ini menceritakan hal tersebut sebagai sebuah fenomena yang ada di seputar kita. Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan (baik formal, informal, maupun nonformal) merupakan lembaga yang diberi 'amanah' untuk 'membantu' orangtua dalam memberi proses pendidikan bagi anak-anak mereka. Perlu digarisbawahi di sini, sekolah hanya membantu proses pendidikan. Orangtua menjadi oknum yang seharusnya paling bertanggung jawab.

Sekolah juga bukan tempat menitipkan anak bagi para orangtua yang 'sibuk'. Sekolah bukan juga solusi bagi semua masalah anak, sehingga orangtua bebas dari tanggung jawab mendampingi. Miris rasanya jika justru pihak sekolah lebih 'mengenal' anak ketimbang orangtua mereka masing-masing.

Ada takaran dan porsi tanggung jawab yang dimiliki masing-masing pihak. Dan untuk hal itu tidak bisa dialihtugaskan. 

Mitra dan kolaborasi menjadi dua kata yang pas untuk orangtua dan sekolah. Program sekolah dan pengetahuan mengenai anak-anak menjadi dua hal yang harus dibagikan terhadap sekolah dan orangtua. Makna belajar sepanjang hayat bukan saja untuk anak dan siswa, melainkan juga orangtua dan sekolah.

Hidup yang dinamis menjadi sebuah materi pelajaran yang tak habis dikupas. Belajar terus-menerus menjadi proses yang selayaknya dilakukan. Bermitra, bersinergi, serta berkolaborasi adalah sebuah dukungan terindah bagi anak-anak kita.

Sinergi menjadi jembatan titian kesetaraan dalam proses pendidikan yang dijalani oleh anak-anak kita. Masyarakat menjadi pihak berikutnya yang kemudian mewarnai kemitraan tersebut. Sehingga proses pendidikan ini menjadi sebuah tanggung jawab bersama.

Pendidikan dalam arti luas melampaui sekat-sekat waktu & tempat. Proses pendidikan bisa terjadi dimana saja. Dan inilah yang harus DISADARI kita bersama: Proses pendidikan tidak berhenti ketika bel sekolah berdering tanda usai. Kemitraan orangtua, sekolah, juga masyarakat menjadi kekuatan berhasilnya proses pendidikan sepanjang hayat anak-anak kita.

Maju pendidikan Indonesia.

Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun