"Selamat pagi, Mbak. Saya Lydia. Saya ditugasin Mas Ganesha untuk menjemput Mbak Mentari."
"Halo, selamat pagi. Terima kasih banyak, ya. Mari masuk dulu. Ibu saya tadi ada bikin teh hangat. Mari."
Keduanya kemudian masuk ke ruang tamu.
"Mari, Mbak Lydia silakan duduk dulu."
Mentari mempersilakan Lydia untuk duduk di ruang tamu. Ruang tamu yang sangat nyaman, dengan tatanan interior khas ibu. Simpel tapi meneduhkan. Mentari berjalan ke dapur untuk mengambil dua cangkir teh hangat yang sudah dibuatkan oleh Ibu. Dua cangkir teh sudah ada di nampan yang dibawa Mentari.
"Monggo, Mbak diminum dulu."
"Terima kasih banyak, Mbak."
"Sama-sama, Mbak."
"Mbak Mentari maaf apakah sudah pernah terlibat dalam komunitas sebelumnya?"
"Tidak pernah, Mbak. Ini yang pertama untuk saya. Adik saya di Bali yang justru teribat aktif di dalam sebuah lembaga yang mengurus anak-anak dengan hambatan dalam wicara. Dia mendalami teknik komunikasi dengan bahasa isyarat, Mbak."
"Oh, ya? Menarik sekali, Mbak. Siapa tahu kapan-kapan bisa bergabung dengan komunitas kami. Event ini rencananya diadakan tiap tahun sekali, Mbak. Ini adalah event pertama setelah peresmian lembaga kami. Dulu kami mengadakan tiap enam bulan sekali per daerah, belum menasional seperti sekarang. Kami ada di 7 kota di seluruh Indonesia. Empat di Pulau Jawa. Satu di Sumatera, satu di Kalimantan, dan yang paling terakhir bergabung kemarin adalah Bali."