3. Menemukan komunitas, relasiÂ
Bedah buku menjadi sebuah ajang pertemuan konsumen, penulis, dan pihak penyelenggara (toko buku). Ini merupakan sebuah aktivitas yang memberikan nilai lebih bagi toko buku.Â
Walaupun untuk menemukan komunitas dan relasi tentu tidak hanya melalui hal ini. Bedah buku menjadi sarana menambah pengetahuan, relasi, dan hal-hal lain dan ini hanya ditemukan ketika kita terkoneksi dengan buku (toko buku).
Gempuran digitalisasi memang bukan hal mudah untuk mempertahankan eksistensi buku. Perlu upaya-upaya untuk mempertahankan kecintaan terhadap buku, misalnya:
1. Menghargai buku dengan lebihÂ
Sebagai contoh, buku dijadikan souvenir di event ulang tahun, peringatan anniversary lembaga, atau dijadikan doorprize sebuah event.Â
2. Guru sebagai agen gerakan cinta bukuÂ
Tak ayal, buku identik dengan citranya dalam dunia pendidikan. Guru bisa menjadi agen pembentuk kecintaan siswa terhadap buku. Bukan hanya membaca tetapi menulis buku.Â
Saya pernah memberikan tugas siswa untuk menuliskan pengalamannya ke dalam sebuah buku yang kemudian itu bisa menjadi karya yang bisa dibaca oleh kawan-kawannya. Mau tidak mau mereka belajar menulis dan membacanya.
Mencoba dengan tagline satu buku satu siswa, setidaknya selama mereka sekolah mereka bisa menuliskan pengalaman mereka dan membagikannya dalam bentuk tulisan di buku.
3. Kampanye masif mengenai buku
Mengadakan gerakan-gerakan kampanye buku merupakan sebuah upaya melestarikan keberadaan buku. Dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga kita terlebih dahulu. Banyak kegiatan kemasyarakatan yang bisa kita gunakan sebagai alat untuk mengkampanyekan buku.
4. Bikin perpustakaan di rumah
Salah satu pengelolaan buku adalah membuat perpustakaan pribadi di rumah. Saya yakin hal ini setidaknya sudah membangun kecintaan buku di dalam keluarga. Lebih menularkan budaya baca melalui keluarga menjadi sebuah dasar membangun budaya baca buku dalam masyarakat.Â
5. Dukung membuat taman bacaÂ
Saya dan adik perempuan saya saat kuliah adalah peminjam buku yang setia di persewaan buku dekat dengan kampus kami saat itu. Kala itu masih banyak persewaan-persewaan buku.Â