Pernah terjebak dalam situasi yang tidak mudah dalam mendampingi layanan pendidikan anak memberi sebuah pembelajaran mahal bagi saya. Mau tidak mau harus mengerem lajunya "ego" yang berusaha berkejar-kejaran mendahului realitas yang ada.
Memahami ternyata tidak mudah..
Teori dan kenyataan (di lapangan) saat mendampingi sebuah rintisan layanan memberikan sebuah jawaban-jawaban berseri. Harus diterima sebagai bagian paket lengkap dalam sebuah pembelajaran baik.Â
Pendidikan yang merdeka dan utuh menjadi tujuan sebenarnya bagi anak, bukan ego orang-orang di sekitarnya, dan memang itu tidak mudah.
Memaksakan seekor ikan memanjat pohon kelapa sungguh tidak manusiawi atau sebaliknya memaksakan seekor monyet terbang layaknya burung atau kupu-kupu juga tidak masuk akal. Semua memiliki kekhususan yang tidak dimiliki satu dan yang lain.
Tiga bentuk tindakan (dalam bahasa saya, jebakan. Mengapa? Karena hal-hal ini cenderung ada dan menggoda.) ini menjadi sebuah tanda yang harus diubah untuk menciptakan bentuk pendidikan yang lebih manusiawi dan memerdekakan.Â
Tiga tindakan ini memang harus terus-menerus diupayakan untuk dihindari agar dapat menciptakan atmosfer pendidikan yang lebih baik lagi terkait pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak kita:
Memaksa
"Jebakan" ini menjadi sangat asyik untuk diikuti. Anak-anak tentu masih sangat mudah untuk dikendalikan dan dipaksa, karena mereka belum memiliki kehendak bebas sepenuhnya, namun demikian akibatnya akan dirasakan kemudian.
Anak-anak cenderung menjadi robot atau "wayang" yang bisa dikendalikan sesuka dalang atau teknisi yang mengaturnya, sebagai akibatnya mereka cenderung menjadi pribadi tanpa inisiatif yang 'tergantung'.